Budayakan Wajib Masker, GPM: Mau Mahal atau Murah yang Penting Pakai
Rabu, 14 Oktober 2020 - 20:52 WIB
JAKARTA - Kesadaran menerapkan protokol kesehatan menjadi kunci utama untuk mencegah penyebaran COVID-19 . Terlebih lagi di tengah kasus yang terus meningkat, penerapan tersebut wajib dilakukan setiap orang.
Salah satunya kewajiban menggunakan masker saat berada di ruang publik seperti kantor, pasar atau pusat perbelanjaan, transportasi dan area umum lainnya. Upaya itu terus digaungkan, termasuk dari komunitas masyarakat bernama Gerakan Pakai Masker (GPM). (Baca juga: Satgas COVID-19: Budaya Bermasker Harus Dimulai dari Sadar Bahaya Virus Corona)
Ketua Umum Gerakan Pakai Masker (GPM), Sigit Pramono mengatakan ada beragam jenis masker yang saat ini banyak dijual di pasaran dengan kualitas dan harga yang beragam. Salah satunya jenis scuba yang ternyata tidak dianjurkan oleh pemerintah untuk digunakan.
Kendati begitu, dirinya tak menyoalkan jenis masker. Menurutnya, hal yang paling utama saat ini adalah mendorong adanya perubahan perilaku masyarakat untuk mulai menggunakan masker. Karena tidak semua orang juga bisa memiliki masker, khususnya kalangan masyarakat yang ekonominya rendah.
“Yang terpenting fungsi dasar masker itu untuk melindungi kamu dan aku. Yang penting bagaimana orang pakai masker. Mau harga mahal atau lebih murah, yang penting pakai masker dan gunakan dengan cara benar,” jelas Sigit dalam dalam diskusi bertajuk ‘Budaya Wajib Masker, Ampuh Kurangi Risiko Penularan COVID-19’ yang diselenggarakan SINDO Media bersama Satgas Penanganan COVID-19, Rabu (14/10/2020).
Saat ini, GPM terus melakukan kampanye atau sosialisasi wajib masker ke berbagai wilayah dan tempat. Cara penyampaian juga harus menyesuaikan dengan pemahaman orang. Misalnya, sosialisasi di pesantren akan berbeda dengan cara kampanye di pasar tradisional.
“Kalau di pesantren, biasanya kita bilang itu perintah dari kyai. Kalau di pasar, kita menyadarkan pedagang atau pembeli dan bekerja sama Asosiasi Pengelola Pasar (Asprindo). Ternyata banyak pedagang pasar yang tidak menyadari pentingnya memakai masker. Kalau satu pedagang positif, pasar akan ditutup. Makanya kita bilang perlu biasakan pakai masker,” tutur dia.
Kegitan sukarela itu dilakukan agar masyarakat menggunakan masker secara arif dan mengerti tujuannya menggunakan masker. Namun, dengan tetap menyesuaikan kemampuan ekonomi membeli masker.
Pihaknya juga mengajarkan agar secara rutin mengganti masker. Selain itu, masker yang digunakan harus segera dicuci atau diganti dengan yang baru. Bagi yang beraktivitas di luar rumah, sebaiknya disimpan lebih dulu dalam wadah tertutup seperti plastik sebelum nantinya masker dicuci. (Baca juga: GPM Akui Tidak Mudah Bangun Budaya Wajib Pakai Masker)
“Intinya, kita fokus saja bagaimana mengubah perilaku masyarakat dari tidak pakai masker menjadi pakai masker. Sekarang ini vaksin yang sudah tersedia adalah masker. Inilah yang relatif murah dan mencegah tertular COVID-19 karena bisa melindungi kamu dan aku,” tukasnya.
Salah satunya kewajiban menggunakan masker saat berada di ruang publik seperti kantor, pasar atau pusat perbelanjaan, transportasi dan area umum lainnya. Upaya itu terus digaungkan, termasuk dari komunitas masyarakat bernama Gerakan Pakai Masker (GPM). (Baca juga: Satgas COVID-19: Budaya Bermasker Harus Dimulai dari Sadar Bahaya Virus Corona)
Ketua Umum Gerakan Pakai Masker (GPM), Sigit Pramono mengatakan ada beragam jenis masker yang saat ini banyak dijual di pasaran dengan kualitas dan harga yang beragam. Salah satunya jenis scuba yang ternyata tidak dianjurkan oleh pemerintah untuk digunakan.
Kendati begitu, dirinya tak menyoalkan jenis masker. Menurutnya, hal yang paling utama saat ini adalah mendorong adanya perubahan perilaku masyarakat untuk mulai menggunakan masker. Karena tidak semua orang juga bisa memiliki masker, khususnya kalangan masyarakat yang ekonominya rendah.
“Yang terpenting fungsi dasar masker itu untuk melindungi kamu dan aku. Yang penting bagaimana orang pakai masker. Mau harga mahal atau lebih murah, yang penting pakai masker dan gunakan dengan cara benar,” jelas Sigit dalam dalam diskusi bertajuk ‘Budaya Wajib Masker, Ampuh Kurangi Risiko Penularan COVID-19’ yang diselenggarakan SINDO Media bersama Satgas Penanganan COVID-19, Rabu (14/10/2020).
Saat ini, GPM terus melakukan kampanye atau sosialisasi wajib masker ke berbagai wilayah dan tempat. Cara penyampaian juga harus menyesuaikan dengan pemahaman orang. Misalnya, sosialisasi di pesantren akan berbeda dengan cara kampanye di pasar tradisional.
“Kalau di pesantren, biasanya kita bilang itu perintah dari kyai. Kalau di pasar, kita menyadarkan pedagang atau pembeli dan bekerja sama Asosiasi Pengelola Pasar (Asprindo). Ternyata banyak pedagang pasar yang tidak menyadari pentingnya memakai masker. Kalau satu pedagang positif, pasar akan ditutup. Makanya kita bilang perlu biasakan pakai masker,” tutur dia.
Kegitan sukarela itu dilakukan agar masyarakat menggunakan masker secara arif dan mengerti tujuannya menggunakan masker. Namun, dengan tetap menyesuaikan kemampuan ekonomi membeli masker.
Pihaknya juga mengajarkan agar secara rutin mengganti masker. Selain itu, masker yang digunakan harus segera dicuci atau diganti dengan yang baru. Bagi yang beraktivitas di luar rumah, sebaiknya disimpan lebih dulu dalam wadah tertutup seperti plastik sebelum nantinya masker dicuci. (Baca juga: GPM Akui Tidak Mudah Bangun Budaya Wajib Pakai Masker)
“Intinya, kita fokus saja bagaimana mengubah perilaku masyarakat dari tidak pakai masker menjadi pakai masker. Sekarang ini vaksin yang sudah tersedia adalah masker. Inilah yang relatif murah dan mencegah tertular COVID-19 karena bisa melindungi kamu dan aku,” tukasnya.
(kri)
tulis komentar anda