Doni Monardo Apresiasi Penanganan COVID-19 di Sulut
Kamis, 08 Oktober 2020 - 08:26 WIB
JAKARTA - Satuan Tugas ( Satgas) Penanganan COVID-19 mengapresiasi upaya pengendalian penyebaran virus Sars Cov-II oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara ( Pemprov Sulut ). Ketua Satgas Penanganan COVID-19 , Doni Monardo menilai pemprov bisa menurunkan tingkat zona risiko Covid-19 dalam kurun waktu satu bulan.
Berdasarkan data zonasi risiko, ada delapan kabupaten/kota yang berada pada zona risiko sedang. Tujuh kabupaten/kota telah menjadi zona risiko rendah. ( Baca juga: Tekan COVID-19, Seluruh Puskesmas di Jateng Diminta Aktif Lakukan Tracing)
“Terhitung sejak September sampai Oktober, tidak ada kabupaten/kota di Sulawesi Utara yang berada pada zona risiko tinggi. Semuanya masih terkendali pada zona risiko sedang dan rendah,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Kamis (8/10/2020).
Doni melanjutkan perlu ada penguatan kerja sama antara pemerintah daerah dan masyarakat. Tujuannya, agar Sulawesi Utara bisa berhasil dalam perang melawan pandemi COVID-19.
“Di wilayah yang masih ditemukan kasus (nanti) dapat segera sembuh. Yang sehat semakin aman dari potensi penularan COVID-19,” tutur mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu.
Lulusan Akademi Militer (Akmil) 1985 itu mengingatkan pentingnya terus menerus melakukan edukasi dan sosialisasi penerapan protokol kesehatan. Masyarakat harus menjadi garda terdepan dalam melawan pandemi COVID-19. (Baca juga:
“Pemahaman penerapan protokol kesehatan harus terus diberikan kepada masyarakat secara masif sehingga terjadi perubahan perilaku dalam beradaptasi dengan COVID-19. Peran masyarakat sebagai garda terdepan terus diperkuat sehingga tidak ada lagi yang jatuh sakit dan terjadi penumpukan pasien di rumah sakit,” tegasnya.
Sementara Pejabat Sementara (Pjs) Gubernur Sulut Agus Fatoni mengatakan pihaknya masih mengalami beberapa kendala dalam penanganan COVID-19. Masalah yang dihadapi, antara lain, kedisiplinan masyarakat masih rendah dan penolakan warga saat akan dilakukan tes COVID-19. (Baca juga: Kepala Daerah Diminta Waspadai Bencana di Tengah Pandemi Covid-19)
“Terbatasnya ketersediaan laboratorium untuk tes. Lalu, kontrol yang cukup sulit kepada para pasien orang tanpa gejala yang melakukan isolasi mandiri di rumah,” pungkasnya.
Berdasarkan data zonasi risiko, ada delapan kabupaten/kota yang berada pada zona risiko sedang. Tujuh kabupaten/kota telah menjadi zona risiko rendah. ( Baca juga: Tekan COVID-19, Seluruh Puskesmas di Jateng Diminta Aktif Lakukan Tracing)
“Terhitung sejak September sampai Oktober, tidak ada kabupaten/kota di Sulawesi Utara yang berada pada zona risiko tinggi. Semuanya masih terkendali pada zona risiko sedang dan rendah,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Kamis (8/10/2020).
Doni melanjutkan perlu ada penguatan kerja sama antara pemerintah daerah dan masyarakat. Tujuannya, agar Sulawesi Utara bisa berhasil dalam perang melawan pandemi COVID-19.
“Di wilayah yang masih ditemukan kasus (nanti) dapat segera sembuh. Yang sehat semakin aman dari potensi penularan COVID-19,” tutur mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu.
Lulusan Akademi Militer (Akmil) 1985 itu mengingatkan pentingnya terus menerus melakukan edukasi dan sosialisasi penerapan protokol kesehatan. Masyarakat harus menjadi garda terdepan dalam melawan pandemi COVID-19. (Baca juga:
“Pemahaman penerapan protokol kesehatan harus terus diberikan kepada masyarakat secara masif sehingga terjadi perubahan perilaku dalam beradaptasi dengan COVID-19. Peran masyarakat sebagai garda terdepan terus diperkuat sehingga tidak ada lagi yang jatuh sakit dan terjadi penumpukan pasien di rumah sakit,” tegasnya.
Sementara Pejabat Sementara (Pjs) Gubernur Sulut Agus Fatoni mengatakan pihaknya masih mengalami beberapa kendala dalam penanganan COVID-19. Masalah yang dihadapi, antara lain, kedisiplinan masyarakat masih rendah dan penolakan warga saat akan dilakukan tes COVID-19. (Baca juga: Kepala Daerah Diminta Waspadai Bencana di Tengah Pandemi Covid-19)
“Terbatasnya ketersediaan laboratorium untuk tes. Lalu, kontrol yang cukup sulit kepada para pasien orang tanpa gejala yang melakukan isolasi mandiri di rumah,” pungkasnya.
(kri)
tulis komentar anda