Jokowi: Jaga Optimisme Lawan Covid-19
Senin, 05 Oktober 2020 - 07:02 WIB
Jokowi menekankan, berbagai kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid-19 terus berubah mengikuti perkembangan pandemi di lapangan. Menurutnya, dampak Covid-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi di lapangan memang terus berubah. Pemerintah pun terus merespons perubahan tersebut dengan penyesuaian berbagai kebijakan.
“Penyesuaian kebijakan itu jangan dianggap pemerintah mencla-mencle. Covid ini masalah baru. Seluruh dunia juga sama. Belum ada negara yang berani mengklaim sudah menemukan solusi yang terbaik. Tiap negara juga beda-beda masalahnya, berbeda cara dalam menanganinya. Jadi, kita pun harus terus menyesuaikan diri mencari cara terbaik yang paling cocok dengan situasi kita,” ungkapnya.
Mantan wali kota Surakarta tersebut mengungkapkan, selama tujuh bulan upaya pengendalian wabah, capaian Indonesia tidaklah terlalu buruk. Salah satunya terlihat dari angka kesembuhan yang meningkat yakni dari 3,84% pada Maret menjadi 74,9% per 2 Oktober 2020. Angka ini sudah melampaui angka kesembuhan dunia, yakni 74,43%. (Baca juga: Jangan pernah Malas Pakai Masker karena Ini Alasannya)
“Sekali lagi, pencapaian kita sejauh ini tidak buruk. Angka-angkanya jelas. Tapi jangan membuat kita terlena. Kita harus waspada, kita harus tetap bekerja keras. Wabah ini jangan diremehkan. Ini realita. Tapi jangan membuat kita pesimistis,” ujarnya.
Jokowi kemudian memaparkan data terakhir per 2 Oktober misalnya, Indonesia berada pada posisi 23 di tingkat kasus positif Covid-19 dari semua negara-negara di dunia dengan jumlah 295.499 kasus. Di atas Indonesia, terdapat sejumlah negara yang juga berpenduduk besar dengan jumlah kasus yang terpaut jauh bila dibandingkan dengan Indonesia. Misalnya Amerika Serikat di peringkat pertama dengan 7.495.136 kasus, disusul India dengan 6.397.896 kasus, Brasil dengan 4.849.229, dan Rusia dengan 1.194.643 kasus.
"Dalam hal ekonomi, pencapaian kita juga tidak jelek. Ekonomi kita menurun, betul. Ini fakta. Tapi mana ada negara yang tidak menurun ekonominya (dalam situasi ini). Bahkan, ada banyak negara lain yang harus memikul beban ekonomi lebih parah," imbuhnya.
Untuk di kawasan Asia Tenggara, kata Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal II pada 2020 mencatat pertumbuhan negatif 5,3%, masih lebih terjaga dibandingkan negara-negara tetangga yang di antaranya Malaysia dengan minus 17,1%, Filipina dengan minus 16,5%, Singapura yang minus 13,2%, hingga Thailand dengan minus 12,12%. Sementara di tingkat global, juga banyak negara yang mengalami pertumbuhan negatif dengan angka yang jauh lebih besar, seperti India yang bertumbuh negatif 23,9% hingga Amerika Serikat dengan pertumbuhan negatif 9,5%. (Baca juga: Tolak RUU Cipta Kerja, Buruh Kembali Suarakan Mogok Nasional)
Karena itu, Kepala Negara mengajak semua pihak untuk tidak kehilangan harapan dan tetap menjaga optimisme bahwa Indonesia dapat segera melalui tantangan besar ini. "Ini harus kita ambil hikmahnya agar kita juga tetap optimistis dan tidak kehilangan harapan. Sekali lagi saya tegaskan, kita harus optimistis," tandas Jokowi.
Jokowi mengakui, kondisi Indonesia meski tak buruk memang belum sempurna, sehingga perlu kerja sama semua pihak untuk mengatasi pandemi ini. “Tujuh bulan ini, Indonesia membuktikan mampu mengatasi masalah. Belum sempurna, iya. Tapi bisa kita perbaiki bersama-sama. Mengatasi pandemi ini memang sulit. Memerlukan kerja keras ,bersama dan saya yakin kita akan dapat melakukannya,” katanya.
“Yang penting, dalam situasi seperti ini jangan ada yang berpolemik. Dan jangan ada yang membuat kegaduhan-kegaduhan,” katanya.
“Penyesuaian kebijakan itu jangan dianggap pemerintah mencla-mencle. Covid ini masalah baru. Seluruh dunia juga sama. Belum ada negara yang berani mengklaim sudah menemukan solusi yang terbaik. Tiap negara juga beda-beda masalahnya, berbeda cara dalam menanganinya. Jadi, kita pun harus terus menyesuaikan diri mencari cara terbaik yang paling cocok dengan situasi kita,” ungkapnya.
Mantan wali kota Surakarta tersebut mengungkapkan, selama tujuh bulan upaya pengendalian wabah, capaian Indonesia tidaklah terlalu buruk. Salah satunya terlihat dari angka kesembuhan yang meningkat yakni dari 3,84% pada Maret menjadi 74,9% per 2 Oktober 2020. Angka ini sudah melampaui angka kesembuhan dunia, yakni 74,43%. (Baca juga: Jangan pernah Malas Pakai Masker karena Ini Alasannya)
“Sekali lagi, pencapaian kita sejauh ini tidak buruk. Angka-angkanya jelas. Tapi jangan membuat kita terlena. Kita harus waspada, kita harus tetap bekerja keras. Wabah ini jangan diremehkan. Ini realita. Tapi jangan membuat kita pesimistis,” ujarnya.
Jokowi kemudian memaparkan data terakhir per 2 Oktober misalnya, Indonesia berada pada posisi 23 di tingkat kasus positif Covid-19 dari semua negara-negara di dunia dengan jumlah 295.499 kasus. Di atas Indonesia, terdapat sejumlah negara yang juga berpenduduk besar dengan jumlah kasus yang terpaut jauh bila dibandingkan dengan Indonesia. Misalnya Amerika Serikat di peringkat pertama dengan 7.495.136 kasus, disusul India dengan 6.397.896 kasus, Brasil dengan 4.849.229, dan Rusia dengan 1.194.643 kasus.
"Dalam hal ekonomi, pencapaian kita juga tidak jelek. Ekonomi kita menurun, betul. Ini fakta. Tapi mana ada negara yang tidak menurun ekonominya (dalam situasi ini). Bahkan, ada banyak negara lain yang harus memikul beban ekonomi lebih parah," imbuhnya.
Untuk di kawasan Asia Tenggara, kata Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal II pada 2020 mencatat pertumbuhan negatif 5,3%, masih lebih terjaga dibandingkan negara-negara tetangga yang di antaranya Malaysia dengan minus 17,1%, Filipina dengan minus 16,5%, Singapura yang minus 13,2%, hingga Thailand dengan minus 12,12%. Sementara di tingkat global, juga banyak negara yang mengalami pertumbuhan negatif dengan angka yang jauh lebih besar, seperti India yang bertumbuh negatif 23,9% hingga Amerika Serikat dengan pertumbuhan negatif 9,5%. (Baca juga: Tolak RUU Cipta Kerja, Buruh Kembali Suarakan Mogok Nasional)
Karena itu, Kepala Negara mengajak semua pihak untuk tidak kehilangan harapan dan tetap menjaga optimisme bahwa Indonesia dapat segera melalui tantangan besar ini. "Ini harus kita ambil hikmahnya agar kita juga tetap optimistis dan tidak kehilangan harapan. Sekali lagi saya tegaskan, kita harus optimistis," tandas Jokowi.
Jokowi mengakui, kondisi Indonesia meski tak buruk memang belum sempurna, sehingga perlu kerja sama semua pihak untuk mengatasi pandemi ini. “Tujuh bulan ini, Indonesia membuktikan mampu mengatasi masalah. Belum sempurna, iya. Tapi bisa kita perbaiki bersama-sama. Mengatasi pandemi ini memang sulit. Memerlukan kerja keras ,bersama dan saya yakin kita akan dapat melakukannya,” katanya.
“Yang penting, dalam situasi seperti ini jangan ada yang berpolemik. Dan jangan ada yang membuat kegaduhan-kegaduhan,” katanya.
tulis komentar anda