Portal A Gama, 'Menggagahi Warisan, Menggilai Siborg'
Sabtu, 03 Oktober 2020 - 12:15 WIB
Simpulan
Dangkalnya apresiasi atau tendensi mutlak mempromosikan konflik antara agama dan sains di antara sebagian umat beragama, harus dicari, terutama di luar persoalan ketuhanan atau doktrin keagamaan. Haidar-Ulil sejatinya sepakat menemu dua biang yang selalu menyulut ricuh. (Baca juga: Uni Eropa Sanksi 40 Pejabat Belarusia)
Pertama, miskinnya kecakapan sikap kritis yang merupakan imbas otomatis dari rendahnya level pendidikan sebagian Muslim. Kedua, represi psikologis akibat kemunduran politik. Akibatnya, lahirlah mental underdog yang pada gilirannya melahirkan pengerasan politik identitas di sebagian Muslim.
Mental underdog dapat diungkai dari pascatrauma Perang Salib, penjajahan negeri-negeri Muslim selama berabad-abad oleh Barat, lalu muncullah hegemoni sosial-politik Barat atas negeri-negeri Muslim pascakemerdekaan, persoalan konflik Palestina, intervensi AS dengan dukungan Eropa terhadap negeri-negeri Muslim. (hlm.77) Dan kesumat yang membara karena kini sains dikuasai Barat yang non-Muslim, kafir penjajah; mereka berpikir bahwa inilah harus ditolak. (hlm.78) Hasilnya?
Pada abad ke-21 agama tidak punah, sains (iptek) tidak hancur. Agama dan sains menawarkan cara pandang baru dari para manusia “baru” yang lahir dan dewasa pada zaman digital. Agama dan sains akan dinyawai oleh kiprah spiritualitas siborg. (Lihat videonya: Janda Bolong Jadi Primadona Saat Pandemi Harganya Mencapai Ratusan Juta)
Judul : Sains “Religius” Agama “Saintifik” Dua Jalan Mencari Kebenaran
Penulis: Haidar Bagir dan Ulil Abshar Abdalla
Penerbit: Mizan
Cetak: 2020
Tebal: vi-172 hlm.
Dangkalnya apresiasi atau tendensi mutlak mempromosikan konflik antara agama dan sains di antara sebagian umat beragama, harus dicari, terutama di luar persoalan ketuhanan atau doktrin keagamaan. Haidar-Ulil sejatinya sepakat menemu dua biang yang selalu menyulut ricuh. (Baca juga: Uni Eropa Sanksi 40 Pejabat Belarusia)
Pertama, miskinnya kecakapan sikap kritis yang merupakan imbas otomatis dari rendahnya level pendidikan sebagian Muslim. Kedua, represi psikologis akibat kemunduran politik. Akibatnya, lahirlah mental underdog yang pada gilirannya melahirkan pengerasan politik identitas di sebagian Muslim.
Mental underdog dapat diungkai dari pascatrauma Perang Salib, penjajahan negeri-negeri Muslim selama berabad-abad oleh Barat, lalu muncullah hegemoni sosial-politik Barat atas negeri-negeri Muslim pascakemerdekaan, persoalan konflik Palestina, intervensi AS dengan dukungan Eropa terhadap negeri-negeri Muslim. (hlm.77) Dan kesumat yang membara karena kini sains dikuasai Barat yang non-Muslim, kafir penjajah; mereka berpikir bahwa inilah harus ditolak. (hlm.78) Hasilnya?
Pada abad ke-21 agama tidak punah, sains (iptek) tidak hancur. Agama dan sains menawarkan cara pandang baru dari para manusia “baru” yang lahir dan dewasa pada zaman digital. Agama dan sains akan dinyawai oleh kiprah spiritualitas siborg. (Lihat videonya: Janda Bolong Jadi Primadona Saat Pandemi Harganya Mencapai Ratusan Juta)
Judul : Sains “Religius” Agama “Saintifik” Dua Jalan Mencari Kebenaran
Penulis: Haidar Bagir dan Ulil Abshar Abdalla
Penerbit: Mizan
Cetak: 2020
Tebal: vi-172 hlm.
Lihat Juga :
tulis komentar anda