Masyarakat Perlu Membuat Zonasi di Rumah Masing-Masing
Jum'at, 02 Oktober 2020 - 12:26 WIB
JAKARTA - COVID-19 itu bukan kutukan tapi sama seperti penyakit lainnya. Hal itu ditekankan oleh Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas COVID-19) Turro Wongkare dalam talkshow bertema 'Pencegahan COVID-19: Beda Masyarakat, Beda Startegi?' di Media Center Satgas COVID-19 Graha BNPB Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Turro menyebutkan penderita COVID-19 sama seperti orang mengidap penyakit TBC yang menggunakan masker dan membutuhkan dukungan dari keluarga dan lingkungan.
"COVID-19 itu bukan kutukan. COVID-19 penyakit biasa yang menular sama dengan TBC, cacar, dan flu. Hanya ini mematikan kalau tidak ikuti protokol bisa terpapar," ujar Turro.
Turro menegaskan kembali orang yang terpapar positif COVID-19 bukan berarti akhir dari perjalanan hidup. Namun sama halnya dengan penderita TBC yang berpotensi sembuh.
Masyarakat, kata Turro, harus tetap beraktivitas berdampingan dengan COVID-19, baik yang sudah terpapar ataupun belum. Tentu saja dengan mengubah kebiasaan hidup secara keseluruhan dan patuh pada protokol kesehatan. Bukan hanya sekadar mencuci tangan, tapi bekerja dan beraktivitas dari rumah.
"Ini sesuatu yang biasa, mengubah hidup secara keseluruhan. Ini (COVID-19) sama dengan penyakit lainnya. Jangan dijauhi, apalagi sampai dikucilkan," ujarnya.
Turro juga menyoroti hasil survei BPS pertengahan September 2020 lalu yang menyebut 7 persen masyarakat memberikan stigma pada penderita COVID-19.
"Harus ada keseimbangan dalam menyampaikan informasi tanpa menakut-nakuti," ujarnya.
Dr (DMB) dr Norman Zainal, SpOt mengatakan pemakaian masker menjadi alat mencegah penularan atau tertular virus corona. Masker secara ilmiah diyakini mencegah penularan melalui droplet. Pemerintah memproduksi masker agar harganya terjangkau bagi masyarakat.
Selain menggunakan masker, masyarakat perlu membuat zonasi di rumahnya masing-masing agar steril. Misalnya, di halaman depan itu zona merah tempat menyimpan sepatu, sandal. Ruang tamu itu zona kuning, dan kamar tidur zona hijau.
"Zona hijau dan kuning itu harus dipertahankan dan dibersihkan menggunakan cairan sehingga bisa mengusir kuman," ujarnya.
Norman menyebutkan sosialisasi patuh protokol kesehatan perlu sarana pendukung untuk mempermudah. Sebagai contoh, āSiapkan keran atau ember mencuci tangan di setiap rumah guna mempermudah," ujarnya.
Turro menyebutkan penderita COVID-19 sama seperti orang mengidap penyakit TBC yang menggunakan masker dan membutuhkan dukungan dari keluarga dan lingkungan.
"COVID-19 itu bukan kutukan. COVID-19 penyakit biasa yang menular sama dengan TBC, cacar, dan flu. Hanya ini mematikan kalau tidak ikuti protokol bisa terpapar," ujar Turro.
Turro menegaskan kembali orang yang terpapar positif COVID-19 bukan berarti akhir dari perjalanan hidup. Namun sama halnya dengan penderita TBC yang berpotensi sembuh.
Masyarakat, kata Turro, harus tetap beraktivitas berdampingan dengan COVID-19, baik yang sudah terpapar ataupun belum. Tentu saja dengan mengubah kebiasaan hidup secara keseluruhan dan patuh pada protokol kesehatan. Bukan hanya sekadar mencuci tangan, tapi bekerja dan beraktivitas dari rumah.
"Ini sesuatu yang biasa, mengubah hidup secara keseluruhan. Ini (COVID-19) sama dengan penyakit lainnya. Jangan dijauhi, apalagi sampai dikucilkan," ujarnya.
Turro juga menyoroti hasil survei BPS pertengahan September 2020 lalu yang menyebut 7 persen masyarakat memberikan stigma pada penderita COVID-19.
"Harus ada keseimbangan dalam menyampaikan informasi tanpa menakut-nakuti," ujarnya.
Dr (DMB) dr Norman Zainal, SpOt mengatakan pemakaian masker menjadi alat mencegah penularan atau tertular virus corona. Masker secara ilmiah diyakini mencegah penularan melalui droplet. Pemerintah memproduksi masker agar harganya terjangkau bagi masyarakat.
Selain menggunakan masker, masyarakat perlu membuat zonasi di rumahnya masing-masing agar steril. Misalnya, di halaman depan itu zona merah tempat menyimpan sepatu, sandal. Ruang tamu itu zona kuning, dan kamar tidur zona hijau.
"Zona hijau dan kuning itu harus dipertahankan dan dibersihkan menggunakan cairan sehingga bisa mengusir kuman," ujarnya.
Norman menyebutkan sosialisasi patuh protokol kesehatan perlu sarana pendukung untuk mempermudah. Sebagai contoh, āSiapkan keran atau ember mencuci tangan di setiap rumah guna mempermudah," ujarnya.
(ars)
tulis komentar anda