Resesi dan Pandemi Sebagai Masalah Bersama
Jum'at, 02 Oktober 2020 - 07:30 WIB
Tak dapat dipungkiri bahwa kesulitan mengendalikan proses penularan Covid-19 mendorong banyak negara, termasuk Indonesia, menunggu dan mengandalkan hadirnya vaksin corona. Beberapa hari lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa vaksin COVID-19 akan bisa segera disuntikkan dalam waktu dekat, sehingga kehidupan bisa kembali normal. Presiden bahkan optimis pemberian vaksin bagi masyarakat bisa dilakukan pada akhir 2020 atau awal 2021 mendatang. Untuk tahap awal, pemberian vaksin diprioritaskan bagi sekitar 170 juta masyarakat. Kemudian, secara bertahap, vaksin akan diberikan kepada semua masyarakat. AS pun memperlihatkan sikap dan posisi yang sama. Pendiri Microsoft, Bill Gates, yang mendanai pembuatan beberapa vaksin Corona, bahkan yakin bahwa publik AS akan meraih kembali kehidupan yang normal pada musin panas 2021. Gates yakin karena vaksin corona sudah disetujui untuk disuntikan kepada semua orang di AS pada tahun mendatang.
Di Indonesia, pemerintah pun sudah bekerja keras, tidak hanya untuk menghadirkan jumlah vaksin dalam jumlah atau volume yang memadai, tetapi juga berupaya meminimalisir kerusakan pada sektor ekonomi akibat pandemi dan resesi. Untuk keperluan produksi vaksin oleh PT Bio Farma, bahan bakunya akan dipasok dari Tiongkok oleh Sinovac mulai November 2020. Sesuai kesepakatan Bio Farma dan Sinovac, Indonesia mendapatkan bahan baku untuk sebanyak 50 juta dosis. Pasokan sejumlah itu akan rampung hingga Maret 2021. Bahan baku itu menjalani pengujian terlebih dahulu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Produksi vaksin dijadualkan bisa dimulai awal 2021. Kapasitas produksi Bio Farma yang tahun ini sebesar 100 juta dosis akan ditingkatkan menjadi 250 juta dosis pada 2021.
Untuk menjaga ketahanan ekonomi dan kesehatan masyarakat, Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi KPCPEN (Satgas PEN) terus berupaya memperbesar realisasi penyerapan anggaran. Untuk pemulihan ekonomi dan merawat kesehatan masyarakat, Satgas ini mengelola anggaran Rp 695,2 triliun. Total anggaran ini untuk menopang ketahanan empat sektor, meliputi perlindungan sosial, ketahanan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), Kementerian/Lembaga dan Pemerintah daerah. Anggaran yang sudah terserap mencapai Rp 304,6 triliun atau 43,8 persen.
Khusus untuk pemulihan ekonomi, penyerapannya sudah melampaui Rp 100 triliun hingga akhir September 2020. Sedangkan serapan anggaran perlindungan sosial sudah mencapai Rp 36,3 triliun atau 97,1 persen dari pagu anggaran Rp 37,4 triliun untuk 10 juta keluarga. Dan, dengan pagu Rp 43,6 triliun, realisasi Program Kartu Sembako sudah mencapai Rp31,9 triliun atau 73,2% kepada 19,4 juta penerima manfaat.
Ini semua menjadi bukti bahwa negara dan pemerintah tidak sekadar hadir di tengah pandemi dan resesi ekonomi, tetapi juga bekerja keras. Karena resesi dan pandemi Covid-19 sudah menjadi persoalan bersama, bangsa dan negara butuh kontribusi dari masyarakat berupa kepatuhan pada protokol kesehatan.
Di Indonesia, pemerintah pun sudah bekerja keras, tidak hanya untuk menghadirkan jumlah vaksin dalam jumlah atau volume yang memadai, tetapi juga berupaya meminimalisir kerusakan pada sektor ekonomi akibat pandemi dan resesi. Untuk keperluan produksi vaksin oleh PT Bio Farma, bahan bakunya akan dipasok dari Tiongkok oleh Sinovac mulai November 2020. Sesuai kesepakatan Bio Farma dan Sinovac, Indonesia mendapatkan bahan baku untuk sebanyak 50 juta dosis. Pasokan sejumlah itu akan rampung hingga Maret 2021. Bahan baku itu menjalani pengujian terlebih dahulu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Produksi vaksin dijadualkan bisa dimulai awal 2021. Kapasitas produksi Bio Farma yang tahun ini sebesar 100 juta dosis akan ditingkatkan menjadi 250 juta dosis pada 2021.
Untuk menjaga ketahanan ekonomi dan kesehatan masyarakat, Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi KPCPEN (Satgas PEN) terus berupaya memperbesar realisasi penyerapan anggaran. Untuk pemulihan ekonomi dan merawat kesehatan masyarakat, Satgas ini mengelola anggaran Rp 695,2 triliun. Total anggaran ini untuk menopang ketahanan empat sektor, meliputi perlindungan sosial, ketahanan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), Kementerian/Lembaga dan Pemerintah daerah. Anggaran yang sudah terserap mencapai Rp 304,6 triliun atau 43,8 persen.
Khusus untuk pemulihan ekonomi, penyerapannya sudah melampaui Rp 100 triliun hingga akhir September 2020. Sedangkan serapan anggaran perlindungan sosial sudah mencapai Rp 36,3 triliun atau 97,1 persen dari pagu anggaran Rp 37,4 triliun untuk 10 juta keluarga. Dan, dengan pagu Rp 43,6 triliun, realisasi Program Kartu Sembako sudah mencapai Rp31,9 triliun atau 73,2% kepada 19,4 juta penerima manfaat.
Ini semua menjadi bukti bahwa negara dan pemerintah tidak sekadar hadir di tengah pandemi dan resesi ekonomi, tetapi juga bekerja keras. Karena resesi dan pandemi Covid-19 sudah menjadi persoalan bersama, bangsa dan negara butuh kontribusi dari masyarakat berupa kepatuhan pada protokol kesehatan.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda