Sambil Kembangkan Vaksin, Pemerintah Susun Peta Imunisasi Covid-19
Kamis, 01 Oktober 2020 - 16:21 WIB
JAKARTA - Upaya pengembangan vaksin Covid-19 di Indonesia terus dilakukan. Sejauh ini, sudah ada beberapa vaksin yang masuk tahap uji klinis tahap III.
“Sampai saat ini vaksin masih dalam proses pengembangan. Beberapa sudah masuk uji klinis tahap ketiga. Indonesia masuk di sini, ada 1.620 orang yang memang ikut terlibat di dalam uji klinis,” ujar Vensya Sitohang, Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam diskusi FMB9 secara daring, Kamis (1/10/2020).
(Baca: IDAI: Imunisasi Dasar Tetap Penting Meskipun Sedang Pandemi)
Saat ini, proses tersebut masih menunggu hasil dari uji klinis tersebut. Namun, ia berharap kualitas vaksin itu yang dikembangkan tetap terjaga, baik dari segi efikasi maupun keamanannya.
Lebih lanjut, Vensya mengatakan, nantinya vaksin Covid-19 itu akan mendapatkan prekualifikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ia berharap vaksin bisa meraih nefikasi yang tinggi, minimal 70 persen. Demikian juga keamanannya, harus dipantau agar tidak ada kejadian efek simpang setelah penggunaan vaksin (add first event of spesial interest).
“Jika vaksin ini sudah diintroduksi atau diperkenalkan, nanti wajib dilakukan pemantauan paska imunisasinya atau surveilans post marketing,” imbuhnya.
Sejauh ini, pemerintah sedang menyusun roadmap imunisasi Covid-19. Dalam pemetaan itu, tengah disusun perencanaan vaksin yang baik, logistiknya dari mana saja, timnya pelaksana siapa saja, dan populasi sasaran dalam jumlah besar yang harus disiapkan dengan baik.
(Baca: Sinovac Cek Fasilitas Bio Farma, Siap Transfer Teknologi Vaksin COVID-19)
Hal itu diwujudkan melalui komite percepatan pengembangan vaksin Covid-19. Dalam rangka percepatan itu, pemerintah terus bersinergi antarlembaga penelitian. Sejauh ini sudah ada beberapa progres, termasuk melakukan diplomasi multilateral untuk pengembangan vaksin dengan negara lain.
Kerja sama vaksin itu antara lain dengan Bio Farma dengan Sinovac dari China, Kimia Farma dengan Uni Emirat Arab, dan Kalbe Farma dengan Korea Selatan. Demikian juga di dalam negeri oleh Lembaga Eijkman yang tengah mengembangkan vaksin merah putih.
“Kalaupun nanti vaksin Covid-19 sudah ada, imunisasi Covid-19 bukan menggantikan protokol kesehatan. Protokol kesehatan tetap dilaksanakan,” tukasnya memberi pesan kepada masyarakat.
Lihat Juga: Mulai 2024 Vaksin Covid-19 Tak Gratis, Yerry Tawalujan Berharap Harganya Terjangkau Peserta BPJS
“Sampai saat ini vaksin masih dalam proses pengembangan. Beberapa sudah masuk uji klinis tahap ketiga. Indonesia masuk di sini, ada 1.620 orang yang memang ikut terlibat di dalam uji klinis,” ujar Vensya Sitohang, Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam diskusi FMB9 secara daring, Kamis (1/10/2020).
(Baca: IDAI: Imunisasi Dasar Tetap Penting Meskipun Sedang Pandemi)
Saat ini, proses tersebut masih menunggu hasil dari uji klinis tersebut. Namun, ia berharap kualitas vaksin itu yang dikembangkan tetap terjaga, baik dari segi efikasi maupun keamanannya.
Lebih lanjut, Vensya mengatakan, nantinya vaksin Covid-19 itu akan mendapatkan prekualifikasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ia berharap vaksin bisa meraih nefikasi yang tinggi, minimal 70 persen. Demikian juga keamanannya, harus dipantau agar tidak ada kejadian efek simpang setelah penggunaan vaksin (add first event of spesial interest).
“Jika vaksin ini sudah diintroduksi atau diperkenalkan, nanti wajib dilakukan pemantauan paska imunisasinya atau surveilans post marketing,” imbuhnya.
Sejauh ini, pemerintah sedang menyusun roadmap imunisasi Covid-19. Dalam pemetaan itu, tengah disusun perencanaan vaksin yang baik, logistiknya dari mana saja, timnya pelaksana siapa saja, dan populasi sasaran dalam jumlah besar yang harus disiapkan dengan baik.
(Baca: Sinovac Cek Fasilitas Bio Farma, Siap Transfer Teknologi Vaksin COVID-19)
Hal itu diwujudkan melalui komite percepatan pengembangan vaksin Covid-19. Dalam rangka percepatan itu, pemerintah terus bersinergi antarlembaga penelitian. Sejauh ini sudah ada beberapa progres, termasuk melakukan diplomasi multilateral untuk pengembangan vaksin dengan negara lain.
Kerja sama vaksin itu antara lain dengan Bio Farma dengan Sinovac dari China, Kimia Farma dengan Uni Emirat Arab, dan Kalbe Farma dengan Korea Selatan. Demikian juga di dalam negeri oleh Lembaga Eijkman yang tengah mengembangkan vaksin merah putih.
“Kalaupun nanti vaksin Covid-19 sudah ada, imunisasi Covid-19 bukan menggantikan protokol kesehatan. Protokol kesehatan tetap dilaksanakan,” tukasnya memberi pesan kepada masyarakat.
Lihat Juga: Mulai 2024 Vaksin Covid-19 Tak Gratis, Yerry Tawalujan Berharap Harganya Terjangkau Peserta BPJS
(muh)
tulis komentar anda