Berdasarkan Survei BPS, Perempuan Lebih Patuh Protokol Kesehatan
Senin, 28 September 2020 - 16:54 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memaparkan temuan dari hasil survei yang dilakukan BPS pada bulan September ini, bahwa perempuan lebih patuh terhadap protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19 jika dibandingkan dengan laki-laki.
“Kalau kita lihat berdasarkan karakteristik temuan yang ada hampir mirip dengan apa yang terjadi pada bulan April yang lalu. Yang pertama bahwa perempuan itu jauh lebih patuh dibandingkan laki-laki ketika menerapkan protokol kesehatan baik ketika menggunakan masker, menjaga jarak maupun mencuci tangan,” kata Suhariyanto melalui rilis Hasil Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19 di Media Center Satgas Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, Senin (28/9/2020).
(Baca: Survei BPS: 92% Responden Patuh Kenakan Masker)
Suhariyanto juga mengatakan bahwa temuan dari BPS jika tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat kedisiplinan protokol kesehatan. “Kemudian yang kedua ketika kita bandingkan dengan pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan kepatuhannya juga semakin meningkat,” katanya.
Jika dilihat berdasarkan umur, warga masyarakat yang berumur lebih tinggi itu jauh lebih patuh terhadap protokol kesehatan. “Jadi ada kecenderungan mereka yang muda agak kurang mematuhi peraturan kesehatan. Sehingga ini perlu dijadikan perhatian ketika kita melakukan sosialisasi. Saya pikir perlu sentuhan khusus kepada kaum muda tentunya dengan cara-cara yang lebih mengena buat mereka.”
(Baca: BPS Rilis Survei Perubahan Perilaku di Masa Pandemi, Ini Kata Doni Monardo)
Suhariyanto memaparkan mengenai alasan tidak menerapkan protokol kesehatan ada tiga yang paling tinggi. Pertama, bahwa 55% responden berpendapat karena tidak ada sanksi. “Jadi sekarang ini pemerintah sudah menerapkan sanksi, nampaknya ke depan sanksi ini perlu lebih dipertegas lagi.”
“Kemudian kedua, juga karena tidak adanya kejadian penderita Covid di lingkungan sekitar itu menjadikan alasan mereka tidak mematuhi protokol kesehatan. Kemudian ada yang beralasan bahwa 33% tidak mengenakan protokol kesehatan karena itu mengganggu pekerjaannya,” ungkap Suhariyanto.
“Satu hal lagi adalah pendapat dari responden bahwa 19% tidak menerima menerapkan protokol kesehatan karena aparat atau pimpinannya tidak memberikan contoh. Jadi nampaknya ke depan ini perlu sentuhan seluruh pimpinan, seluruh aparat harus memberikan contoh di depan supaya masyarakat mengikuti,” tambah Suhariyanto.
“Kalau kita lihat berdasarkan karakteristik temuan yang ada hampir mirip dengan apa yang terjadi pada bulan April yang lalu. Yang pertama bahwa perempuan itu jauh lebih patuh dibandingkan laki-laki ketika menerapkan protokol kesehatan baik ketika menggunakan masker, menjaga jarak maupun mencuci tangan,” kata Suhariyanto melalui rilis Hasil Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19 di Media Center Satgas Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, Senin (28/9/2020).
(Baca: Survei BPS: 92% Responden Patuh Kenakan Masker)
Suhariyanto juga mengatakan bahwa temuan dari BPS jika tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat kedisiplinan protokol kesehatan. “Kemudian yang kedua ketika kita bandingkan dengan pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan kepatuhannya juga semakin meningkat,” katanya.
Jika dilihat berdasarkan umur, warga masyarakat yang berumur lebih tinggi itu jauh lebih patuh terhadap protokol kesehatan. “Jadi ada kecenderungan mereka yang muda agak kurang mematuhi peraturan kesehatan. Sehingga ini perlu dijadikan perhatian ketika kita melakukan sosialisasi. Saya pikir perlu sentuhan khusus kepada kaum muda tentunya dengan cara-cara yang lebih mengena buat mereka.”
(Baca: BPS Rilis Survei Perubahan Perilaku di Masa Pandemi, Ini Kata Doni Monardo)
Suhariyanto memaparkan mengenai alasan tidak menerapkan protokol kesehatan ada tiga yang paling tinggi. Pertama, bahwa 55% responden berpendapat karena tidak ada sanksi. “Jadi sekarang ini pemerintah sudah menerapkan sanksi, nampaknya ke depan sanksi ini perlu lebih dipertegas lagi.”
“Kemudian kedua, juga karena tidak adanya kejadian penderita Covid di lingkungan sekitar itu menjadikan alasan mereka tidak mematuhi protokol kesehatan. Kemudian ada yang beralasan bahwa 33% tidak mengenakan protokol kesehatan karena itu mengganggu pekerjaannya,” ungkap Suhariyanto.
“Satu hal lagi adalah pendapat dari responden bahwa 19% tidak menerima menerapkan protokol kesehatan karena aparat atau pimpinannya tidak memberikan contoh. Jadi nampaknya ke depan ini perlu sentuhan seluruh pimpinan, seluruh aparat harus memberikan contoh di depan supaya masyarakat mengikuti,” tambah Suhariyanto.
(muh)
tulis komentar anda