Abai Protokol Covid 19? Di Pakistan Masjid Digembok, Imam Dibawa Polisi

Senin, 04 Mei 2020 - 16:03 WIB
Dalam kondisi normal, pada umumnya suasana Ramadan di Pakistan sama dengan di Indonesia. Pada pagi hari, pasar dan toko sepi. Masyarakat baru beraktivitas menjelang waktu solat zuhur. Bedanya, durasi puasa di Pakistan sedikit lebih lama. Azan subuh pukul 4.00 dan magrib pukul 6.53.

Suasana mulai hidup menjelang sore. Masyarakat mulai menyesaki pasar untuk berbelanja aneka makanan untuk iftar. Keramaian berlangsung hingga larut malam. Semua pusat perbelanjaan, rumah makan, ramai hingga menjelang waktu sahur. Masjid selalu penuh dengan jemaah yang menunaikan salat lima waktu maupun salat tarawih.

KBRI menyelenggarakan buka puasa bersama dengan WNI setiap hari Jumat dan Sabtu. Menu favorit WNI dan diaspora Indonesia sama dengan di tanah air, kolak pisang untuk takjil, lantas sajian utamanya aneka olahan ayam dan daging.

Bagi yang kangen makan tempe, sebenarnya tersedia di sana. Pemasoknya kelompok mahasiswa Indonesia yang mencari tambahan dengan membuat penganan fermentasi kedele. Namun produksinya sangat terbatas. Sebab itu, tutur Bastari,”Tempe merupakan menu istimewa karena langka.”

Selain tempe, ada juga tahu buatan warga negara Tiongkok. Sayang, rasanya,”Tidak seenak tahu Bandung.”

Namun kondisi saat ini sungguh jauh berbeda. Iftar bersama dan tadarus di masjid dilarang. Pemerintah membatasi hanya toko kebutuhan pokok dan apotik yang boleh buka dari pukul 09.00 hingga 17.00. Aktifitas perkantoran menurun drastis.

Sekarang iftar dengan mahasiswa hanya dilakukan secara virtual melalui aplikasi zoom. Sebelum azan magrib berkumandang, Duta Besar RI memberi sambutan, lalu dilanjutkan kultum oleh seorang perwakilan mahasiswa. KBRI memasok sembako ke asrama mahasiswa. Mereka pun melepas lapar dan dahaga di kamar masing-masing.

Jemaah Tablig terjebak

WNI di kota metropolitan Islamabad ada sekitar 250 orang. Pada umumnya mereka berstatus mahasiswa yang belajar di International Islamic University Islamabad. Dan saat ini ada pula sekitar 150 jemaah tablig yang terjebak lockdown di Raiwind dan Islamabad.

Agar mereka tidak terkatung-katung tanpa kejelasan, KBRI memberi perlindungan dan menyuplai sembako. Kondisi kesehatan mereka pun terus dipantau. Sebab, delapan diantara jemaah tablig yang berada di Islamabad sempat terinveksi covid.

Mereka terpaksa dikarantina serta dirawat di rumah sakit setempat. “Satgas yang dibetuk KBRI terus berkomunikasi dengan jemaah dan dokter guna memastikan mereka mendapat perawatan yang memadai,” kata Bastari lagi.

Sejauh ini enam orang sudah dinyatakan sembuh. Dua lainnya masih dalam perawatan. Keduanya tergolong pasien tanpa gejala.

Sedangkan di wilayah kerja KBRI Karachi (Provinsi Sindh) juga ada belasan jemaaah tablig. Tiga diantaranya terinfeksi covid.

Sebenarnya para jemaah tablig yang masuk ke Republik Islam sekitar Januari silam serta beberapa mahasiswa sudah rindu kampung halaman dan sanak famili. Apa boleh buat, mereka harus menunda keinginan itu. “Semua penerbangan keluar masuk Pakistan tutup hingga pertengahan Mei,” ujar diplomat senior itu.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More