Pandemi Corona, Bagaimana Penerapan Protokol Kesehatan di Kawasan Wisata?
Minggu, 13 September 2020 - 05:41 WIB
JAKARTA - Pandemi Corona (Covid-19) saat ini telah memberikan dampak yang sangat siginifika n bagi kehidupan masyarakat. Semua kalangan dari tingkat atas hingga bawah, ikut terkena imbasnya. Begitu juga di sektor wisata, bidang yang satu ini cukup terdampak dengan adanya pandemi Corona .
(Baca juga: Pelanggar Protokol Kesehatan di Jakarta Bisa Dikenai Sanksi Kurungan)
Namun, pemberlakukan new normal beberapa pekan ini cukup menjadi perhatian semua pihak, termasuk adanya protokol kesehatan. Seperti penerapan protokol kesehatan di kawasan wisata. Penerapan protokol kesehatan ini jika dipandang dari sisi kedisiplinan pengunjung, apakah sudah cukup disiplinkah atau belum?
(Baca juga: KPAI Minta Sekolah Lakukan Simulasi Protokol Kesehatan Sebelum Gelar PTM)
Melalui penerapan era adaptasi kebiasaan baru (new normal), sejumlah tempat wisata mulai menerima pengunjung, meski dengan pembatasan jumahnya, seperti kawasan wisata di Yogyakarta. Beberapa tempar wisata sudah ada yang melakukan persiapan sejak bulan-bulan sebelumnya.
Pertama saat persiapan sejak Mei, oleh karena itu telah melakukan beberapa persiapan sejak awal sehingga sewaktu-waktu pemerintah ingin membuka sektor wisata semuanya telah siap.
Kedua, adanya banyak tempat cuci tangan, di kawasan wisata. Ketiga telah dilakukan simulasi, untuk memastikan kesiapan tempat wisata dengan menerapkan SOP yang telah dibuat sebelumnya dengan kerja sama asosiasi dan juga forum komunikasi destinasi desa wisata di kabupaten/kota.
Keempat, adanya pendistribusian face shield, thermogun, dan tempat sampah tertutup. Jadi tidak hanya tempat cuci tangan, beberapa alat perlindungan diri seperti face shield yang akan melindungi pengunjung, pelaku usaha tempat wisata dengan lebih baik. Adanya pendistribusian thermogun juga untuk melakukan screening awal pengunjung wisata serta tempat sampah tertutup untuk mencegah penularan penyakit.
Kelima, pembukaan kapasitas pengunjung sekirat 50%. Ini untuk memastikan keamanan protokol kesehatan di wisatawan, dengan menerapkan pengurangan pengunjung yang hanya berkapasitas 50% dari hari biasa sebelum pandemi. Dengan kebijakan ini, diharapkan bisa dilakukan pembatasan fisik yang lebih baik dan untuk menghindarkan adanya kerumunan yang berpotensi terhadap penularan virus Corona.
(Baca juga: Pelanggar Protokol Kesehatan di Jakarta Bisa Dikenai Sanksi Kurungan)
Namun, pemberlakukan new normal beberapa pekan ini cukup menjadi perhatian semua pihak, termasuk adanya protokol kesehatan. Seperti penerapan protokol kesehatan di kawasan wisata. Penerapan protokol kesehatan ini jika dipandang dari sisi kedisiplinan pengunjung, apakah sudah cukup disiplinkah atau belum?
(Baca juga: KPAI Minta Sekolah Lakukan Simulasi Protokol Kesehatan Sebelum Gelar PTM)
Melalui penerapan era adaptasi kebiasaan baru (new normal), sejumlah tempat wisata mulai menerima pengunjung, meski dengan pembatasan jumahnya, seperti kawasan wisata di Yogyakarta. Beberapa tempar wisata sudah ada yang melakukan persiapan sejak bulan-bulan sebelumnya.
Pertama saat persiapan sejak Mei, oleh karena itu telah melakukan beberapa persiapan sejak awal sehingga sewaktu-waktu pemerintah ingin membuka sektor wisata semuanya telah siap.
Kedua, adanya banyak tempat cuci tangan, di kawasan wisata. Ketiga telah dilakukan simulasi, untuk memastikan kesiapan tempat wisata dengan menerapkan SOP yang telah dibuat sebelumnya dengan kerja sama asosiasi dan juga forum komunikasi destinasi desa wisata di kabupaten/kota.
Keempat, adanya pendistribusian face shield, thermogun, dan tempat sampah tertutup. Jadi tidak hanya tempat cuci tangan, beberapa alat perlindungan diri seperti face shield yang akan melindungi pengunjung, pelaku usaha tempat wisata dengan lebih baik. Adanya pendistribusian thermogun juga untuk melakukan screening awal pengunjung wisata serta tempat sampah tertutup untuk mencegah penularan penyakit.
Kelima, pembukaan kapasitas pengunjung sekirat 50%. Ini untuk memastikan keamanan protokol kesehatan di wisatawan, dengan menerapkan pengurangan pengunjung yang hanya berkapasitas 50% dari hari biasa sebelum pandemi. Dengan kebijakan ini, diharapkan bisa dilakukan pembatasan fisik yang lebih baik dan untuk menghindarkan adanya kerumunan yang berpotensi terhadap penularan virus Corona.
tulis komentar anda