Polemik Penceramah Good Looking, Menag Akui Kesalahannya
Selasa, 08 September 2020 - 18:42 WIB
JAKARTA - Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mengklarifikasi soal pernyataannya terkait penyebaran paham radikalisme oleh anak muda berparas menarik (good looking) yang pandai berbahasa Arab, penghafal Alquran dan menguasai Islam kepada pimpinan dan anggota Komisi VIII DPR di Rapat Kerja (Raker) Komisi VIII DPR.
Meskipun pernyataan itu disampaikan dalam diskusi di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB). Menag pun mengakui kesalahannya karena tidak waspada. Menag menjelaskan, acara tersebut bertajuk “ASN No-Radikalisme” yang mana temanya ditentukan oleh Menpan RB Tjahjo Kumolo. Di situ, dia memaparkan, untuk memastikan ASN tidak memiliki paham radikal maka ada tiga hal yang harus diperhatikan yakni, rekrutmen, pendidikan lanjutan yang dilakukan pemerintah dan saat ibadah. Kemudian, ada salah seorang yang bertanya, kenapa berbicara ibadah tetapi hanya menyinggung soal masjid saja. (
Menag menjelaskan, hampir semua ASN melaksanakan ibadah salat di masjid dan saat Salat Dzuhur pasti ada kultum dan Salat Jumat ada khutbah. Jadi, pengurus masjid juga sebaiknya dari kalangan ASN karena kalau dari luar akan riskan. Dia pun menyebut soal mewaspadai paham radikalisme dengan cara memasukkan orang ke dalam masjid di lingungan kementerian/lembaga (K/L). “Kalau punya niat tidak baik dengan memasukkan anak-anak dengan good looking, punya pengetahuan agama baik, Bahasa Arab baik, sehingga orang akan tertarik. Kemudian setelah itu mulai mengembangkan ajarannya,” terangnya. (Baca juga: Rapat dengan DPR, Menag Diingatkan Jangan Lagi Bikin Kontroversi)
Karena itu, mantan Wakil Panglima TNI ini membantah dirinya anti dengan orang yang good looking, pandai berbahasa Arab, agama dan menghapal Quran. Tapi lebih kepada kehati-hatian dalam memilih orang sebagai pengisi ceramah di masjid. Karena, dalam dunia intelijen internasional juga memiliki cara yang sama untuk memasukkan orang dalam komunitas tertentu. Pasti dipilih orang yang good looking dan punya pengetahuan luas.
“Kalau Menag nggak suka yang hafal Quran, kita kerja sama luar biasa dengan UEA untuk memperbanyak pengafal Quran kita. Acara terakhir menteri Saudi Arabia saksikan pemberian hadiah lomba penghapal Quran, baru kali ini ada Menag lomba penghafal Quran duduk mendengarkan. Biasanya yang dulu-dulu mohon maaf memberikan hadiah langsung pergi,” ungkapnya.
Namun demikian, dia mengakui bahwa itu kesalahanya, dia tidak mengetahui bahwa itu forum publik. Menurut dia, karena acara internal ASN, dirinya mencontohkan seperti itu. Memang menyedihkan ada yang menyusup dengan mempergunakan orang dengan pengetahuan agama tinggi tapi membawa paham radikal. “Saya pernah dua kali dalam misi-misi perdamaian, saya menangis ada dua pihak yang berteriak dengan penuh kebencian saling menghantam dan masing-masing meneriakkan nama Tuhan yang sama. Dan ini terjadi berkali-kali. Itu kan gaya di manapun kalau orang melakukan penyusupan ya seperti itu. Kalau saya negor Pak Menpan RB ya sudah berlalu, salah saya mestinya saya punya kewaspadaan,” akunya. *kiswondari
Meskipun pernyataan itu disampaikan dalam diskusi di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB). Menag pun mengakui kesalahannya karena tidak waspada. Menag menjelaskan, acara tersebut bertajuk “ASN No-Radikalisme” yang mana temanya ditentukan oleh Menpan RB Tjahjo Kumolo. Di situ, dia memaparkan, untuk memastikan ASN tidak memiliki paham radikal maka ada tiga hal yang harus diperhatikan yakni, rekrutmen, pendidikan lanjutan yang dilakukan pemerintah dan saat ibadah. Kemudian, ada salah seorang yang bertanya, kenapa berbicara ibadah tetapi hanya menyinggung soal masjid saja. (
Baca Juga
Menag menjelaskan, hampir semua ASN melaksanakan ibadah salat di masjid dan saat Salat Dzuhur pasti ada kultum dan Salat Jumat ada khutbah. Jadi, pengurus masjid juga sebaiknya dari kalangan ASN karena kalau dari luar akan riskan. Dia pun menyebut soal mewaspadai paham radikalisme dengan cara memasukkan orang ke dalam masjid di lingungan kementerian/lembaga (K/L). “Kalau punya niat tidak baik dengan memasukkan anak-anak dengan good looking, punya pengetahuan agama baik, Bahasa Arab baik, sehingga orang akan tertarik. Kemudian setelah itu mulai mengembangkan ajarannya,” terangnya. (Baca juga: Rapat dengan DPR, Menag Diingatkan Jangan Lagi Bikin Kontroversi)
Karena itu, mantan Wakil Panglima TNI ini membantah dirinya anti dengan orang yang good looking, pandai berbahasa Arab, agama dan menghapal Quran. Tapi lebih kepada kehati-hatian dalam memilih orang sebagai pengisi ceramah di masjid. Karena, dalam dunia intelijen internasional juga memiliki cara yang sama untuk memasukkan orang dalam komunitas tertentu. Pasti dipilih orang yang good looking dan punya pengetahuan luas.
“Kalau Menag nggak suka yang hafal Quran, kita kerja sama luar biasa dengan UEA untuk memperbanyak pengafal Quran kita. Acara terakhir menteri Saudi Arabia saksikan pemberian hadiah lomba penghapal Quran, baru kali ini ada Menag lomba penghafal Quran duduk mendengarkan. Biasanya yang dulu-dulu mohon maaf memberikan hadiah langsung pergi,” ungkapnya.
Namun demikian, dia mengakui bahwa itu kesalahanya, dia tidak mengetahui bahwa itu forum publik. Menurut dia, karena acara internal ASN, dirinya mencontohkan seperti itu. Memang menyedihkan ada yang menyusup dengan mempergunakan orang dengan pengetahuan agama tinggi tapi membawa paham radikal. “Saya pernah dua kali dalam misi-misi perdamaian, saya menangis ada dua pihak yang berteriak dengan penuh kebencian saling menghantam dan masing-masing meneriakkan nama Tuhan yang sama. Dan ini terjadi berkali-kali. Itu kan gaya di manapun kalau orang melakukan penyusupan ya seperti itu. Kalau saya negor Pak Menpan RB ya sudah berlalu, salah saya mestinya saya punya kewaspadaan,” akunya. *kiswondari
(cip)
tulis komentar anda