PKS Sebut Rakyat Saat Ini Butuh BBM Murah

Rabu, 02 September 2020 - 10:50 WIB
PKS menilai, penghapusan BBM jenis Premium dan Pertalite secara serta-merta akan memberatkan rakyat, yang masih menanggung beban pandemi Covid-19. Foto/SINDOnews
JAKARTA - Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bidang Industri dan Pembangunan Mulyanto menilai penghapusan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Pertalite secara serta-merta akan memberatkan rakyat, yang masih menanggung beban pandemi Covid-19.

(Baca juga: PKS Kritik Penjelasan Menag Soal Polemik RUU Ciptaker Terkait Pesantren)

Maka itu, Mulyanto menolak wacana Direktur Pertamina Nicke Widyawati, menghapuskan BBM jenis Premium dan Pertalite. Menurut Mulyanto data yang digunakan sebagai alasan penghapusan BBM murah tersebut tidak valid dan mengada-ada.

(Baca juga: Tak Dukung Gibran, Elektabilitas PKS Secara Nasional Dinilai Bisa Naik)

"Ini adalah program yang tidak tepat waktu. PKS menolak program-program Pemerintah yang hanya akan memberatkan rakyat yang tengah menderita, baik secara kesehatan maupun ekonomi sekarang ini," ujar Mulyanto dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Rabu (2/9/2020).



Mulyanto mengamati di lapangan, permintaan terhadap Premium itu tetap tinggi. Yang terjadi, kata dia, bukanlah permintaan yang turun, tetapi supply yang dibatasi.

"Kalau supply dilepas, tanpa kontrol ketat, permintaan pasti akan naik. Karena pada prinsipnya masyarakat masih membutuhkan BBM yang murah. Tingkat ekonomi dan daya beli masyarakat masih sebatas itu," kata Anggota Komisi VII DPR RI ini.

Mulyanto mendukung upaya Pertamina menghadirkan BBM ramah lingkungan sebagaimana yang diatur dalam Paris Agreement 2015; standar EURO 4, serta Permen KLHK Nomor 20 tahun 2017 terkait dengan BBM bersih. Tapi lanjut dia, pelaksanaan ketentuan itu tidak bisa serta-merta diterapkan di Indonesia.

Menurut dia, ketentuan aturan itu harus dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan daya beli masyarakat. Bukan sekadar latah dan gengsi dengan negara-negara di Eropa yang sudah maju.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More