Dilema AI dan Regulasi Berbasis Risiko

Kamis, 02 Januari 2025 - 18:10 WIB
Hardy R Hermawan, Peneliti SigmaPhi Indonesia, GRC Specialist-Mahasiswa Doktoral Perbanas Institute. Foto/Dok. SINDOnews
Hardy R Hermawan

Peneliti SigmaPhi Indonesia, GRC Specialist,

Mahasiswa Doktoral Perbanas Institute

TEKNOLOGI artificial intelligence (AI) terlihat kian mencengangkan. AI kini menjadi bagian integral dari berbagai aspek kehidupan manusia. Mulai dari penggunaan sederhana, seperti asisten virtual, hingga aplikasi kompleks seperti analisis big data.



AlphaGo, dikembangkan Google DeepMind sejak 2016, merupakan contoh kemajuan AI yang mencolok karena mampu bermain Go (catur Asia Timur) dengan ciamik dan mengalahkan juara dunia, Lee Sedol. Watson, dari IBM, menganalisis data medis dan memberikan rekomendasi diagnosis serta pengobatan. Chat GPT, dari Open AI, berkomunikasi dengan manusia secara alami dan mampu menyusun teks secara koherensejak 2022.

Dalam lima tahun ke depan, kemampuan AI pasti meningkat signifikan, tanpa terbayangkan. Apapun bisa dia kerjakan. AI memungkinkan otomatisasi lebih luas dan integrasi lebih dalam dengan teknologi lainnya.

Mau tidak mau, AI akan tetap ada dan memberi dilema. Stephen Hawking (2017) mengingatkan, AI harus dikembangkan dan digunakan secara bertanggung jawab. Sulit tapi itu yang harus dijalani. Perkembangan AI memang membawa risiko yang signifikan.

Salah satu dampak AI paling berat adalah kehilangan pekerjaan. McKinsey (2017) mencatat, otomatisasi berbasis AI dapat menggantikan 375 juta pekerjaan, secara global, pada 2030. Pergeseran ini berpotensi menciptakan ketidakstabilan ekonomi, terutama di negara berkembang yang bergantung pada tenaga kerja manual.

Erik Brynjolfsson (2019)menyatakan, AI cenderung memberikan keuntungan besar kepada perusahaan besar yang sudah dominan. AI juga dapat memicu monopoli dan dominasi digital oleh gergasi teknologi sehingga membatasi kompetisi dan meningkatkan biaya. Ketimpangan ini bisa memangkas konsumsi domestik yang merupakan motor utama pertumbuhan. Dinamika pasar yang sehat terganggu dan efisiensi menurun.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More