Inersia Moneter: Perilaku dan Psikologi di Balik Kebijakan Bank Sentral
Selasa, 17 Desember 2024 - 05:05 WIB
Pengelompokan ini memberikan kerangka kerja untuk memahami bagaimana perdebatan internal di antara pembuat kebijakan dapat memengaruhi keputusan akhir. Namun, Masciandaro dan Favaretto (2016) menunjukkan bahwa ketika loss aversion hadir, hawks dan doves dapat mulai mengurangi ekstremitas pandangan mereka. Hawks menjadi lebih berhati-hati dalam mendorong kenaikan suku bunga, sementara doves menjadi lebih skeptis terhadap pelonggaran lebih lanjut. Ini mengarah pada peningkatan jumlah pigeons, yang cenderung mempertahankan kebijakan yang ada, sehingga memperkuat inersia moneter.
Implikasi dari Inersia Kebijakan Moneter
Inersia dalam kebijakan moneter bukan tanpa risiko. Salah satu dampak utamanya adalah ketidakmampuan bank sentral untuk merespons perubahan ekonomi dengan cepat dan efektif. Ketika bank sentral terlalu lama mempertahankan suku bunga rendah, misalnya, hal ini dapat menyebabkan inflasi yang tidak terkendali atau menciptakan gelembung aset, seperti yang terjadi pada pasar properti sebelum krisis keuangan 2008. Di sisi lain, jika bank sentral terlalu cepat dalam menaikkan suku bunga, mereka dapat memperlambat pemulihan ekonomi atau bahkan memicu resesi baru.
Namun, dari sudut pandang psikologis, loss aversion membuat bank sentral cenderung lebih memilih risiko inflasi yang sedikit lebih tinggi daripada risiko resesi. Ini mencerminkan preferensi untuk menghindari kerugian jangka pendek yang dapat memengaruhi reputasi dan karier para pembuat kebijakan. Dalam konteks ini, pengambilan keputusan kebijakan moneter tidak hanya didasarkan pada data ekonomi, tetapi juga pada faktor-faktor non-ekonomi yang berkaitan dengan perilaku manusia.
Tata Kelola Bank Sentral dan Implikasi Kebijakan
Dengan adanya inersia moneter yang dipengaruhi oleh bias perilaku, penting bagi tata kelola bank sentral untuk dirancang dengan mempertimbangkan kemungkinan bias ini. struktur komite kebijakan moneter dan aturan pengambilan keputusan harus mampu mengurangi dampak bias perilaku dan mendorong pengambilan keputusan yang lebih rasional. Salah satu pendekatan yang mungkin adalah dengan meningkatkan transparansi dalam proses pengambilan keputusan, sehingga tekanan publik dapat memaksa pembuat kebijakan untuk lebih responsif terhadap perubahan ekonomi.
Selain itu, penting untuk memastikan bahwa komite kebijakan moneter terdiri dari anggota dengan pandangan yang beragam. Jika terlalu banyak hawks atau terlalu banyak doves dalam sebuah komite, hal ini dapat menyebabkan bias yang berlebihan dalam kebijakan yang diambil. Sebaliknya, keberagaman perspektif dapat mendorong diskusi yang lebih mendalam dan seimbang, sehingga menghasilkan kebijakan yang lebih adaptif terhadap kondisi ekonomi yang berubah-ubah.
Kesimpulan: Meningkatkan Perhatian pada Faktor Perilaku
Kebijakan moneter tidak hanya tentang angka dan grafik. Keputusan yang diambil oleh bank sentral dipengaruhi oleh faktor-faktor perilaku yang sering kali tidak disadari, tetapi memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian. Inersia moneter yang disebabkan oleh loss aversion menunjukkan bahwa pembuat kebijakan cenderung menghindari perubahan yang mungkin merugikan dalam jangka pendek, meskipun perubahan tersebut diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang.
Lihat Juga :
tulis komentar anda