Jelajahi Situs Geopark Kebumen, Peserta Rakornas KNGI Belajar Sambil Wisata
Sabtu, 07 Desember 2024 - 14:01 WIB
KEBUMEN - Basri, peserta Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI) asal Geopark Natuna, tampak menikmati seruputan kopi panas yang disuguhkan di Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Hutan Mangrove Muara Kali Ijo, Desa Ayah, Jumat (6/12/2024). Bukan minuman biasa, kopi itu terbuat dari biji mangrove.
Menurut Basri, dia baru kali pertama ini menjajal kopi biji mangrove, dan ternyata, rasanya khas, berbeda dengan kopi yang biasa dinikmatinya. "Kopi ini secara umum, rasanya enak. Kalau kopi kan ada yang asam, ada yang pahit. Ini di tengah-tengah," ucap Basri.
Selain kopi, Basri juga mencicipi sejumlah kudapan berbahan mangrove. Dia juga melihat budidaya kepiting yang hasilnya dapat menambah perekonomian masyarakat.
Sodikin selaku petani budidaya kepiting KEE Hutan Mangrove Muara Kali Ijo di Desa Ayah, mengatakan, pihaknya bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Pansela melakukan budidaya kepiting sejak lama.
"Budidaya kepiting mulai ukuran 1 ons minimal sampai 1,5 ons. Ini nangkap dari alam (hutan mangrove). Ini pembesaran saja," ujarnya.
Pihaknya menjual kepiting seharga Rp120 ribu per kilogram di hari biasa, dan Rp150 ribu per kilogram saat hari libur seperti Natal dan tahun baru atau hari besar lainnya. Kedatangan Basri ke Kebumen sebagai peserta KNGI dimanfaatkan benar untuk field visit atau kunjungan lapangan. Mereka menjelajahi dan mempelajari situs geopark, sekaligus menikmati keindahan objek wisatanya.
Para peserta Rakornas KNGI mengunjungi KEE Hutan Mangrove Muara Kali Ijo. (Foto: istimewa)
Perwakilan panitia Rakornas KNGI Dwi Aryoga Gautama membeberkan bahwa kunjungan lapangan itu untuk melihat potensi geopark dan tempat wisata di Kebumen. Di hutan mangrove Muara Kali Ijo, peserta bisa mengetahui konservasi mangrove sebagai ekosistem laut terdepan dalam menangani isu karbon, industri perikanan, serta menyuplai perikanan di wilayah Kali Ijo. Sedangkan di tempat konservasi penyu di Pantai Kembar Terpadu, peserta juga bisa mengetahui jika geopark juga berperan menjaga dan menghayati spesies laut seperti penyu.
Menurut Basri, dia baru kali pertama ini menjajal kopi biji mangrove, dan ternyata, rasanya khas, berbeda dengan kopi yang biasa dinikmatinya. "Kopi ini secara umum, rasanya enak. Kalau kopi kan ada yang asam, ada yang pahit. Ini di tengah-tengah," ucap Basri.
Selain kopi, Basri juga mencicipi sejumlah kudapan berbahan mangrove. Dia juga melihat budidaya kepiting yang hasilnya dapat menambah perekonomian masyarakat.
Sodikin selaku petani budidaya kepiting KEE Hutan Mangrove Muara Kali Ijo di Desa Ayah, mengatakan, pihaknya bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Pansela melakukan budidaya kepiting sejak lama.
"Budidaya kepiting mulai ukuran 1 ons minimal sampai 1,5 ons. Ini nangkap dari alam (hutan mangrove). Ini pembesaran saja," ujarnya.
Pihaknya menjual kepiting seharga Rp120 ribu per kilogram di hari biasa, dan Rp150 ribu per kilogram saat hari libur seperti Natal dan tahun baru atau hari besar lainnya. Kedatangan Basri ke Kebumen sebagai peserta KNGI dimanfaatkan benar untuk field visit atau kunjungan lapangan. Mereka menjelajahi dan mempelajari situs geopark, sekaligus menikmati keindahan objek wisatanya.
Para peserta Rakornas KNGI mengunjungi KEE Hutan Mangrove Muara Kali Ijo. (Foto: istimewa)
Perwakilan panitia Rakornas KNGI Dwi Aryoga Gautama membeberkan bahwa kunjungan lapangan itu untuk melihat potensi geopark dan tempat wisata di Kebumen. Di hutan mangrove Muara Kali Ijo, peserta bisa mengetahui konservasi mangrove sebagai ekosistem laut terdepan dalam menangani isu karbon, industri perikanan, serta menyuplai perikanan di wilayah Kali Ijo. Sedangkan di tempat konservasi penyu di Pantai Kembar Terpadu, peserta juga bisa mengetahui jika geopark juga berperan menjaga dan menghayati spesies laut seperti penyu.
Lihat Juga :
tulis komentar anda