Jokowi dan Pendekatan Realis dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia
Minggu, 20 Oktober 2024 - 11:17 WIB
Jokowi tidak hanya menggunakan diplomasi sebagai instrumen untuk memperkuat posisi Indonesia di dunia, tetapi juga sebagai alat untuk mencapai tujuan domestik. Dalam konteks realistis, kebijakan luar negeri bukanlah tentang menyebarkan ideologi atau memperjuangkan nilai-nilai universal, tetapi lebih tentang memaksimalkan kepentingan nasional. Di sini, Jokowi menolak pandangan tradisional Indonesia tentang "bebas dan aktif" yang lebih filosofis, dan menggantinya dengan pendekatan yang lebih transaksional: berteman dengan negara-negara yang menawarkan manfaat ekonomi nyata.
Dengan mengadopsi strategi yang realistis dan pragmatis ini, Jokowi telah menempatkan Indonesia dalam posisi yang lebih kuat secara geopolitik dan ekonomi. Kepemimpinannya menunjukkan bahwa di dunia yang semakin kompetitif, negara-negara tidak dapat mengandalkan kesetiaan ideologis atau hubungan diplomatik yang lama. Sebaliknya, mereka harus mampu bergerak cepat dan mengambil keuntungan dari peluang yang muncul, tanpa terikat pada blok-blok kekuatan tertentu.
Dari sudut pandang realisme, Jokowi juga berhasil mengantisipasi tantangan ke depan, terutama ketika dunia mengalami pergeseran ke arah nasionalisme ekonomi dan proteksionisme. Kebijakan luar negeri Indonesia, yang berfokus pada kepentingan ekonomi dan material, sangat selaras dengan teori realis, yang menekankan bahwa keamanan dan kesejahteraan negara bergantung pada kekuatan ekonomi dan kekuasaan yang dapat diproyeksikan. Dalam jangka panjang, kebijakan seperti ini mungkin menghadapi risiko tertentu, terutama dalam hal ketergantungan ekonomi pada China , tetapi Jokowi berhasil mengelola risiko ini dengan tetap menjaga hubungan baik dengan kekuatan besar lainnya.
Sebagai kesimpulan, pendekatan Jokowi dalam kebijakan luar negeri dapat dipahami sebagai penerapan teori realisme dalam dunia nyata. Dalam sistem internasional yang penuh ketidakpastian, ia menempatkan kepentingan nasional di atas segalanya, dan dengan caranya sendiri, Jokowi telah menunjukkan bahwa Indonesia dapat memainkan peran penting tanpa harus terikat pada salah satu kekuatan besar dunia. Kepemimpinannya mencerminkan kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika global yang terus berubah, sembari menjaga otonomi dan kesejahteraan bangsa.
Dengan mengadopsi strategi yang realistis dan pragmatis ini, Jokowi telah menempatkan Indonesia dalam posisi yang lebih kuat secara geopolitik dan ekonomi. Kepemimpinannya menunjukkan bahwa di dunia yang semakin kompetitif, negara-negara tidak dapat mengandalkan kesetiaan ideologis atau hubungan diplomatik yang lama. Sebaliknya, mereka harus mampu bergerak cepat dan mengambil keuntungan dari peluang yang muncul, tanpa terikat pada blok-blok kekuatan tertentu.
Dari sudut pandang realisme, Jokowi juga berhasil mengantisipasi tantangan ke depan, terutama ketika dunia mengalami pergeseran ke arah nasionalisme ekonomi dan proteksionisme. Kebijakan luar negeri Indonesia, yang berfokus pada kepentingan ekonomi dan material, sangat selaras dengan teori realis, yang menekankan bahwa keamanan dan kesejahteraan negara bergantung pada kekuatan ekonomi dan kekuasaan yang dapat diproyeksikan. Dalam jangka panjang, kebijakan seperti ini mungkin menghadapi risiko tertentu, terutama dalam hal ketergantungan ekonomi pada China , tetapi Jokowi berhasil mengelola risiko ini dengan tetap menjaga hubungan baik dengan kekuatan besar lainnya.
Sebagai kesimpulan, pendekatan Jokowi dalam kebijakan luar negeri dapat dipahami sebagai penerapan teori realisme dalam dunia nyata. Dalam sistem internasional yang penuh ketidakpastian, ia menempatkan kepentingan nasional di atas segalanya, dan dengan caranya sendiri, Jokowi telah menunjukkan bahwa Indonesia dapat memainkan peran penting tanpa harus terikat pada salah satu kekuatan besar dunia. Kepemimpinannya mencerminkan kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika global yang terus berubah, sembari menjaga otonomi dan kesejahteraan bangsa.
(zik)
Lihat Juga :
tulis komentar anda