Esa Unggul Gelar Konferensi Internasional Ilmu Kesehatan, Tunjukkan 65 Hasil Penelitian

Selasa, 15 Oktober 2024 - 22:23 WIB
Universitas Esa Unggul menggelar konferensi internasional bidang ilmu kesehatan. Konferensi ini menekankan pentingnya pembangunan kesehatan yang didukung pengelolaan SDA dan kebijakan kesehatan. Foto: Ist
JAKARTA - Universitas Esa Unggul menggelar konferensi internasional bidang ilmu kesehatan. Konferensi ini menekankan pentingnya pembangunan kesehatan yang didukung pengelolaan sumber daya alam dan kebijakan kesehatan.

Konferensi yang mengangkat tema “Esa Unggul International Conference of Health Science ( EU-ICHS)" ini menghadirkan enam pembicara yang berasal dari lima negara.

Rektor Universitas Esa Unggul Arief Kusuma mengatakan, tema yang diusung yakni natural resources management, health management, and regulation to support sustainable development.



"Yang menekankan pentingnya pembangunan kesehatan berkelanjutan yang didukung oleh pengelolaan sumber daya alam, manajemen, dan kebijakan kesehatan," ujar Arief, Selasa (15/10/2024).

Dia berharap konferensi ini dapat melahirkan rekomendasi bagi upaya pembangunan kesehatan berkelanjutan di Indonesia. Selain konferensi internasional, kegiatan ini juga menampilkan hasil penelitian dari beberapa universitas di Indonesia antara lain Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Hasanuddin (Unhas).

"(Kemudian) Universitas Sebelas Maret, Universitas Al-Azhar Indonesia, Universitas Sultan Agung Tirtayasa, dan Universitas Esa Unggul," ucapnya.

Sebanyak 65 hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu kesehatan dipaparkan peserta dalam bentuk oral presentation dan poster presentation pada hari ke-2 kegiatan konferensi.

Acara ini juga menghadirkan Keynote Speaker Sekretaris Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Etik Retno Wiyati.

Pakar medis dan keperawatan dari Taiwan Sophia Huey-Lan Hu, pakar kesehatan masyarakat dari Thailand Kanittha Chamroonsawasdi, pakar farmasi klinis dari Malaysia Hasniza Zaman Huri.

Selain itu, pakar sistem pangan berkelanjutan dari Kanada Tammara Soma, pakar hukum lingkungan dari Indonesia Laely Nur Hidayah, serta pakar bioteknologi Riza Arief Putranto.
(jon)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More