Denny JA Sebut Kesehatan Holistik dan Spiritualitas Jadi Tren di 2024
Sabtu, 12 Oktober 2024 - 21:06 WIB
Dalam konsep wellness juga terdapat panduan untuk hidup seimbang. Hidup tidak hanya berada di dunia fisik, tetapi juga di dunia sosial, emosional, dan spiritual.
Inilah konsep wellness yang salah satunya dipopulerkan oleh Dr. Dunn sekitar 60 tahun yang lalu."Pelan-pelan, konsep kesehatan holistik atau wellness ini semakin populer. Di tahun 2024, kita melihat belanja untuk gaya hidup ini melonjak 20 kali lipat. Angkanya menyentuh sekitar 27 ribu triliun rupiah," jelasnya.
Pertanyaannya, mengapa kebutuhan wellness atau kebutuhan sehat yang juga mencakup sisi spiritual semakin meningkat di dunia modern? Ada beberapa penjelasan berdasarkan riset.
"Pertama, kita menghadapi paradoks dunia modern. Dunia ini, dibandingkan dengan sejarah yang pernah kita lalui, semakin kaya secara ekonomi dan rata-rata semakin berlimpah dalam pengetahuan," terang Denny.
Namun, tekanan hidup dan rasa kesepian juga semakin tinggi. Semakin banyak orang merasa sepi. Di Jepang, bahkan diangkat seorang menteri khusus untuk mengurus orang-orang yang mengalami kesepian. Fenomena ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang kesepian di era modern. Inilah yang meningkatkan kebutuhan terhadap wellness.
Kedua, tingkat stres yang meningkat di dunia modern. Data menunjukkan angka yang lebih ekstrem, yaitu peningkatan angka bunuh diri. Menurut data dari World Health Organization (WHO), saat ini angka orang yang meninggal karena bunuh diri lebih tinggi daripada yang mati akibat terorisme, perang, atau kekerasan bersenjata.
Artinya, lebih banyak orang yang memilih mati dengan cara bunuh diri daripada mereka yang menjadi korban kekerasan lainnya. "Ini menunjukkan adanya sesuatu yang terjadi dalam psikologi manusia modern," ucapnya.
Ketiga, paradoks lain yang turut membuat wellness makin populer adalah meningkatnya komunikasi virtual di era teknologi. Namun, kehangatan dan kedekatan dalam hubungan personal justru semakin sulit ditemukan.
“Absennya hubungan interpersonal yang akrab dan hangat ini membuat kita semakin merasa ada yang hilang di dunia emosi kita. Tiga faktor inilah yang menjelaskan mengapa kebutuhan terhadap wellness justru lebih tinggi di dunia modern. Di sini juga kita melihat adanya kebangkitan spiritual yang lebih kuat," papar Denny.
Di Amerika Serikat, buku-buku Jalaluddin Rumi, seorang penyair yang hidup 800 tahun lalu, menjadi lebih populer dan lebih laku dibandingkan buku-buku karya sastrawan seperti TS Eliot, Robert Frost, atau Walt Whitman.
Inilah konsep wellness yang salah satunya dipopulerkan oleh Dr. Dunn sekitar 60 tahun yang lalu."Pelan-pelan, konsep kesehatan holistik atau wellness ini semakin populer. Di tahun 2024, kita melihat belanja untuk gaya hidup ini melonjak 20 kali lipat. Angkanya menyentuh sekitar 27 ribu triliun rupiah," jelasnya.
Pertanyaannya, mengapa kebutuhan wellness atau kebutuhan sehat yang juga mencakup sisi spiritual semakin meningkat di dunia modern? Ada beberapa penjelasan berdasarkan riset.
"Pertama, kita menghadapi paradoks dunia modern. Dunia ini, dibandingkan dengan sejarah yang pernah kita lalui, semakin kaya secara ekonomi dan rata-rata semakin berlimpah dalam pengetahuan," terang Denny.
Namun, tekanan hidup dan rasa kesepian juga semakin tinggi. Semakin banyak orang merasa sepi. Di Jepang, bahkan diangkat seorang menteri khusus untuk mengurus orang-orang yang mengalami kesepian. Fenomena ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang kesepian di era modern. Inilah yang meningkatkan kebutuhan terhadap wellness.
Kedua, tingkat stres yang meningkat di dunia modern. Data menunjukkan angka yang lebih ekstrem, yaitu peningkatan angka bunuh diri. Menurut data dari World Health Organization (WHO), saat ini angka orang yang meninggal karena bunuh diri lebih tinggi daripada yang mati akibat terorisme, perang, atau kekerasan bersenjata.
Artinya, lebih banyak orang yang memilih mati dengan cara bunuh diri daripada mereka yang menjadi korban kekerasan lainnya. "Ini menunjukkan adanya sesuatu yang terjadi dalam psikologi manusia modern," ucapnya.
Ketiga, paradoks lain yang turut membuat wellness makin populer adalah meningkatnya komunikasi virtual di era teknologi. Namun, kehangatan dan kedekatan dalam hubungan personal justru semakin sulit ditemukan.
“Absennya hubungan interpersonal yang akrab dan hangat ini membuat kita semakin merasa ada yang hilang di dunia emosi kita. Tiga faktor inilah yang menjelaskan mengapa kebutuhan terhadap wellness justru lebih tinggi di dunia modern. Di sini juga kita melihat adanya kebangkitan spiritual yang lebih kuat," papar Denny.
Di Amerika Serikat, buku-buku Jalaluddin Rumi, seorang penyair yang hidup 800 tahun lalu, menjadi lebih populer dan lebih laku dibandingkan buku-buku karya sastrawan seperti TS Eliot, Robert Frost, atau Walt Whitman.
Lihat Juga :
tulis komentar anda