Denny JA Sebut Kesehatan Holistik dan Spiritualitas Jadi Tren di 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kebutuhan akan kesehatan holistik yang mencakup elemen spiritual mengalami peningkatan signifikan. Hal ini terlihat dari angka belanja gaya hidup wellness yang mencapai USD1,8 triliun sekitar Rp27 ribu triliun pada 2024.
Pendiri Esoterika Forum Spiritualitas, Denny JA mengungkapkan angka tersebut melonjak sekitar 20 kali lipat dibandingkan dengan 2015.
"Dari satu indikator ini, kita dapat melihat bahwa kebutuhan terhadap dunia spiritual di dunia modern juga meningkat tajam," ujarnya, mengutip laporan dari McKinsey Global Institute dalam acara Rumi Day yang digelar di Menara Kuningan, Jakarta, Sabtu (12/10/2024).
Menurut Denny, wellness adalah konsep kesehatan holistik yang kini sedang tren dan tergolong baru. Salah satu tokoh yang merumuskan dan mempopulerkan wellness adalah Dr Halbert L Dunn.
Dr Dunn mengemukakan sehat secara mental harus dipahami dengan cara yang baru, secara berbeda dan secara holistik. Menurutnya, sehat bukan hanya berarti bebas dari penyakit, tetapi juga menjalani hidup yang bermakna dan bahagia.
"Dengan sendirinya, dalam konsep sehat itu terdapat elemen spiritual dan filosofis yang membuat hidup menjadi lebih bermakna dan bahagia," jelas Denny.
Elemen penting lain dari wellness adalah kemampuan untuk tahan terhadap stres. Banyak sumber penyakit yang sebenarnya berasal dari pikiran. Karena itu, pemahaman terhadap dunia pikiran dan cara berpikir yang kita miliki sangat penting. "Situasi pikiran kita dipengaruhi oleh filosofi dan perspektif hidup yang kita pilih. Sekali lagi, elemen spiritual hadir dalam konsep kesehatan ini," paparnya.
Dalam konsep wellness juga terdapat panduan untuk hidup seimbang. Hidup tidak hanya berada di dunia fisik, tetapi juga di dunia sosial, emosional, dan spiritual.
Inilah konsep wellness yang salah satunya dipopulerkan oleh Dr. Dunn sekitar 60 tahun yang lalu."Pelan-pelan, konsep kesehatan holistik atau wellness ini semakin populer. Di tahun 2024, kita melihat belanja untuk gaya hidup ini melonjak 20 kali lipat. Angkanya menyentuh sekitar 27 ribu triliun rupiah," jelasnya.
Pertanyaannya, mengapa kebutuhan wellness atau kebutuhan sehat yang juga mencakup sisi spiritual semakin meningkat di dunia modern? Ada beberapa penjelasan berdasarkan riset.
"Pertama, kita menghadapi paradoks dunia modern. Dunia ini, dibandingkan dengan sejarah yang pernah kita lalui, semakin kaya secara ekonomi dan rata-rata semakin berlimpah dalam pengetahuan," terang Denny.
Namun, tekanan hidup dan rasa kesepian juga semakin tinggi. Semakin banyak orang merasa sepi. Di Jepang, bahkan diangkat seorang menteri khusus untuk mengurus orang-orang yang mengalami kesepian. Fenomena ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang kesepian di era modern. Inilah yang meningkatkan kebutuhan terhadap wellness.
Kedua, tingkat stres yang meningkat di dunia modern. Data menunjukkan angka yang lebih ekstrem, yaitu peningkatan angka bunuh diri. Menurut data dari World Health Organization (WHO), saat ini angka orang yang meninggal karena bunuh diri lebih tinggi daripada yang mati akibat terorisme, perang, atau kekerasan bersenjata.
Artinya, lebih banyak orang yang memilih mati dengan cara bunuh diri daripada mereka yang menjadi korban kekerasan lainnya. "Ini menunjukkan adanya sesuatu yang terjadi dalam psikologi manusia modern," ucapnya.
Ketiga, paradoks lain yang turut membuat wellness makin populer adalah meningkatnya komunikasi virtual di era teknologi. Namun, kehangatan dan kedekatan dalam hubungan personal justru semakin sulit ditemukan.
“Absennya hubungan interpersonal yang akrab dan hangat ini membuat kita semakin merasa ada yang hilang di dunia emosi kita. Tiga faktor inilah yang menjelaskan mengapa kebutuhan terhadap wellness justru lebih tinggi di dunia modern. Di sini juga kita melihat adanya kebangkitan spiritual yang lebih kuat," papar Denny.
Di Amerika Serikat, buku-buku Jalaluddin Rumi, seorang penyair yang hidup 800 tahun lalu, menjadi lebih populer dan lebih laku dibandingkan buku-buku karya sastrawan seperti TS Eliot, Robert Frost, atau Walt Whitman.
"Rumi membawa kedalaman spiritual dan filosofi hidup yang dibutuhkan di era sekarang, ketika banyak orang merasa hidupnya semakin kurang bermakna dan penuh dengan luka serta tekanan," tuturnya.
Semakin banyak inspirasi yang dapat kita petik dari Jalaluddin Rumi. Ada dua kutipan dari Rumi yang selalu memukau dan saya ingat.
Kutipan pertama: “Cinta adalah agamaku, setiap hati manusia adalah rupa ibadahku.” Kutipan ini sangat mendalam karena menunjukkan bahwa cinta hadir di setiap sisi spiritualitas agama.
Kutipan kedua yang juga memukau dari Rumi adalah: “Jika datang bencana padamu, sambutlah ia sebagai tamu agung.” Rumi menegaskan bahwa bencana, atau petaka, mungkin membawa pesan Tuhan untuk pertumbuhan diri.
Rumi mengingatkan cahaya sering kali datang melalui duka. Ini adalah pemahaman yang mendalam. Rumi mengajak untuk memberi makna pada setiap duka atau petaka yang dialami, karena jika ada makna, kita akan lebih kuat menghadapinya. "Rumi adalah bagian dari kebangkitan spiritualitas di dunia modern," tutup Denny JA.
Rumi Day 2024 sendiri dilaksanakan atas Kerja Sama Rumi Institute dan Esoterika Forum Spiritualitas. Acara yang dihadiri ratusan orang itu diisi dengan rangkaian kegiatan, termasuk peluncuran Kitab Matsnawi Maknawi, Tari Sema, diskusi, meditasi dan acara hiburan Rumi's Rhythm.
Pada acara itu, hadir juga sebagai pengisi acara antara lain adalah Penerima Anugerah Insan Pancasila Kategori Lintas Iman dari BPIP Budhy Munawar Rachman, Direktur Rumi Institut Muhammad Nur Jabir, Ketua Asosiasi Psikologi Indonesia Dr Nurlaila Effendy, Founder House of Perempuan Citra Natasya.
Pendiri Esoterika Forum Spiritualitas, Denny JA mengungkapkan angka tersebut melonjak sekitar 20 kali lipat dibandingkan dengan 2015.
"Dari satu indikator ini, kita dapat melihat bahwa kebutuhan terhadap dunia spiritual di dunia modern juga meningkat tajam," ujarnya, mengutip laporan dari McKinsey Global Institute dalam acara Rumi Day yang digelar di Menara Kuningan, Jakarta, Sabtu (12/10/2024).
Menurut Denny, wellness adalah konsep kesehatan holistik yang kini sedang tren dan tergolong baru. Salah satu tokoh yang merumuskan dan mempopulerkan wellness adalah Dr Halbert L Dunn.
Dr Dunn mengemukakan sehat secara mental harus dipahami dengan cara yang baru, secara berbeda dan secara holistik. Menurutnya, sehat bukan hanya berarti bebas dari penyakit, tetapi juga menjalani hidup yang bermakna dan bahagia.
"Dengan sendirinya, dalam konsep sehat itu terdapat elemen spiritual dan filosofis yang membuat hidup menjadi lebih bermakna dan bahagia," jelas Denny.
Elemen penting lain dari wellness adalah kemampuan untuk tahan terhadap stres. Banyak sumber penyakit yang sebenarnya berasal dari pikiran. Karena itu, pemahaman terhadap dunia pikiran dan cara berpikir yang kita miliki sangat penting. "Situasi pikiran kita dipengaruhi oleh filosofi dan perspektif hidup yang kita pilih. Sekali lagi, elemen spiritual hadir dalam konsep kesehatan ini," paparnya.
Dalam konsep wellness juga terdapat panduan untuk hidup seimbang. Hidup tidak hanya berada di dunia fisik, tetapi juga di dunia sosial, emosional, dan spiritual.
Inilah konsep wellness yang salah satunya dipopulerkan oleh Dr. Dunn sekitar 60 tahun yang lalu."Pelan-pelan, konsep kesehatan holistik atau wellness ini semakin populer. Di tahun 2024, kita melihat belanja untuk gaya hidup ini melonjak 20 kali lipat. Angkanya menyentuh sekitar 27 ribu triliun rupiah," jelasnya.
Pertanyaannya, mengapa kebutuhan wellness atau kebutuhan sehat yang juga mencakup sisi spiritual semakin meningkat di dunia modern? Ada beberapa penjelasan berdasarkan riset.
"Pertama, kita menghadapi paradoks dunia modern. Dunia ini, dibandingkan dengan sejarah yang pernah kita lalui, semakin kaya secara ekonomi dan rata-rata semakin berlimpah dalam pengetahuan," terang Denny.
Namun, tekanan hidup dan rasa kesepian juga semakin tinggi. Semakin banyak orang merasa sepi. Di Jepang, bahkan diangkat seorang menteri khusus untuk mengurus orang-orang yang mengalami kesepian. Fenomena ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang kesepian di era modern. Inilah yang meningkatkan kebutuhan terhadap wellness.
Kedua, tingkat stres yang meningkat di dunia modern. Data menunjukkan angka yang lebih ekstrem, yaitu peningkatan angka bunuh diri. Menurut data dari World Health Organization (WHO), saat ini angka orang yang meninggal karena bunuh diri lebih tinggi daripada yang mati akibat terorisme, perang, atau kekerasan bersenjata.
Artinya, lebih banyak orang yang memilih mati dengan cara bunuh diri daripada mereka yang menjadi korban kekerasan lainnya. "Ini menunjukkan adanya sesuatu yang terjadi dalam psikologi manusia modern," ucapnya.
Ketiga, paradoks lain yang turut membuat wellness makin populer adalah meningkatnya komunikasi virtual di era teknologi. Namun, kehangatan dan kedekatan dalam hubungan personal justru semakin sulit ditemukan.
“Absennya hubungan interpersonal yang akrab dan hangat ini membuat kita semakin merasa ada yang hilang di dunia emosi kita. Tiga faktor inilah yang menjelaskan mengapa kebutuhan terhadap wellness justru lebih tinggi di dunia modern. Di sini juga kita melihat adanya kebangkitan spiritual yang lebih kuat," papar Denny.
Di Amerika Serikat, buku-buku Jalaluddin Rumi, seorang penyair yang hidup 800 tahun lalu, menjadi lebih populer dan lebih laku dibandingkan buku-buku karya sastrawan seperti TS Eliot, Robert Frost, atau Walt Whitman.
"Rumi membawa kedalaman spiritual dan filosofi hidup yang dibutuhkan di era sekarang, ketika banyak orang merasa hidupnya semakin kurang bermakna dan penuh dengan luka serta tekanan," tuturnya.
Semakin banyak inspirasi yang dapat kita petik dari Jalaluddin Rumi. Ada dua kutipan dari Rumi yang selalu memukau dan saya ingat.
Kutipan pertama: “Cinta adalah agamaku, setiap hati manusia adalah rupa ibadahku.” Kutipan ini sangat mendalam karena menunjukkan bahwa cinta hadir di setiap sisi spiritualitas agama.
Kutipan kedua yang juga memukau dari Rumi adalah: “Jika datang bencana padamu, sambutlah ia sebagai tamu agung.” Rumi menegaskan bahwa bencana, atau petaka, mungkin membawa pesan Tuhan untuk pertumbuhan diri.
Rumi mengingatkan cahaya sering kali datang melalui duka. Ini adalah pemahaman yang mendalam. Rumi mengajak untuk memberi makna pada setiap duka atau petaka yang dialami, karena jika ada makna, kita akan lebih kuat menghadapinya. "Rumi adalah bagian dari kebangkitan spiritualitas di dunia modern," tutup Denny JA.
Rumi Day 2024 sendiri dilaksanakan atas Kerja Sama Rumi Institute dan Esoterika Forum Spiritualitas. Acara yang dihadiri ratusan orang itu diisi dengan rangkaian kegiatan, termasuk peluncuran Kitab Matsnawi Maknawi, Tari Sema, diskusi, meditasi dan acara hiburan Rumi's Rhythm.
Pada acara itu, hadir juga sebagai pengisi acara antara lain adalah Penerima Anugerah Insan Pancasila Kategori Lintas Iman dari BPIP Budhy Munawar Rachman, Direktur Rumi Institut Muhammad Nur Jabir, Ketua Asosiasi Psikologi Indonesia Dr Nurlaila Effendy, Founder House of Perempuan Citra Natasya.
(cip)