5 Penggerak Budaya Kategori Pembaru
Selasa, 24 September 2024 - 23:13 WIB
2. Laura menghadirkan budaya tari Simalungun
Berkat kepiawaian Laura Tias Avionita Sinaga, kekayaan seni Simalungun, Sumatera Utara mampu berpadu dengan koreografi tari modern. Dedikasinya pada dunia seni tari tidak perlu diragukan meski Laura seorang penyandang disabilitas.
“Saya memang sudah suka menari sejak masih kecil, apalagi tarian Simalungun. Oleh sebab itu saya benar-benar ingin memantapkan pilihan untuk mengembangkan seni tari dan bagaimana menyelaraskannya dengan budaya Simalungun,” ujar Laura.
Laura mendirikan sebuah sanggar tari yang diberi nama Simalungun Home Dancer (SIHODA) pada 2014. Melaui sanggar tarinya itu, Laura mampu melestarikan dan menyebarluaskan budaya Simalungun di festival kebudayaan nasional maupun mancanegara.
Sanggar tari SIHODA saat ini telah memiliki puluhan anggota dan Laura tetap aktif mengajar di sanggar. Laura berharap generasi muda di Simalungun seperti dirinya dapat mencintai dan melestarikan tradisi budaya kampung halamannya.
3. Lisabona sang pemanjang umur sinema nasional
Lisabona Rahman dengan kepeduliannya bekerja mengarsipkan dan merestorasi dokumen film nasional. Kerjanya menaruh kontribusi besar terhadap dunia perfilman Tanah Air.
Keja keras Lisabona dalam pengarsipan dan restorasi film membuatnya diundang sebagai pembicara di Goethe University, Frankfurt, Jerman, dan Johannes Guttenberg University Mainz, serta Jos University, Nigeria. Dia secara inisiatif mandiri pernah melakukan proyek kerja penelitian dan digitalisasi film berjudul Dr Samsi karya Ratna Asmara yang diproduksi pertama 1952.
Lisabona mengkolaborasi alur tahap belajar dan penelitian kolektif dengan kerja teknis digitalisasi. “Sudah seharusnya dokumen film Indonesia tersimpan dengan baik dan dijaga untuk pengetahuan masa depan. Setiap film perlu ditonton generasi selanjutnya, maka itulah saya mengarsipkannya,” pungkas Lisabona.
4. Konsistensi seni tari Mulyani
Berkat kepiawaian Laura Tias Avionita Sinaga, kekayaan seni Simalungun, Sumatera Utara mampu berpadu dengan koreografi tari modern. Dedikasinya pada dunia seni tari tidak perlu diragukan meski Laura seorang penyandang disabilitas.
“Saya memang sudah suka menari sejak masih kecil, apalagi tarian Simalungun. Oleh sebab itu saya benar-benar ingin memantapkan pilihan untuk mengembangkan seni tari dan bagaimana menyelaraskannya dengan budaya Simalungun,” ujar Laura.
Laura mendirikan sebuah sanggar tari yang diberi nama Simalungun Home Dancer (SIHODA) pada 2014. Melaui sanggar tarinya itu, Laura mampu melestarikan dan menyebarluaskan budaya Simalungun di festival kebudayaan nasional maupun mancanegara.
Sanggar tari SIHODA saat ini telah memiliki puluhan anggota dan Laura tetap aktif mengajar di sanggar. Laura berharap generasi muda di Simalungun seperti dirinya dapat mencintai dan melestarikan tradisi budaya kampung halamannya.
3. Lisabona sang pemanjang umur sinema nasional
Lisabona Rahman dengan kepeduliannya bekerja mengarsipkan dan merestorasi dokumen film nasional. Kerjanya menaruh kontribusi besar terhadap dunia perfilman Tanah Air.
Keja keras Lisabona dalam pengarsipan dan restorasi film membuatnya diundang sebagai pembicara di Goethe University, Frankfurt, Jerman, dan Johannes Guttenberg University Mainz, serta Jos University, Nigeria. Dia secara inisiatif mandiri pernah melakukan proyek kerja penelitian dan digitalisasi film berjudul Dr Samsi karya Ratna Asmara yang diproduksi pertama 1952.
Lisabona mengkolaborasi alur tahap belajar dan penelitian kolektif dengan kerja teknis digitalisasi. “Sudah seharusnya dokumen film Indonesia tersimpan dengan baik dan dijaga untuk pengetahuan masa depan. Setiap film perlu ditonton generasi selanjutnya, maka itulah saya mengarsipkannya,” pungkas Lisabona.
4. Konsistensi seni tari Mulyani
tulis komentar anda