Mewujudkan Keberlanjutan Lingkungan melalui Inisiatif Daur Ulang Limbah Plastik
Minggu, 08 September 2024 - 07:21 WIB
JAKARTA - Plastik telah menjadi kebutuhan bagi sebagian besar orang di dunia terlepas dari berbagai dampak yang ditimbulkannya. Pemanfaatan plastik dalam industri kemasan makanan dan minuman terus meningkat mengingat kemasan plastik mudah diproduksi.
Dibandingkan jenis limbah lainnya, plastik merupakan jenis limbah anorganik yang membutuhkan waktu lama untuk terurai, sekitar 20 hingga 500 tahun. Jika tidak terurai dengan baik, limbah ini akan menghasilkan bakteri kecil, mikroplastik, senyawa kimia, dan logam berat yang berbahaya, beracun, serta dapat mencemari tanah. Jika limbah plastik berakhir di laut, hal ini juga dapat membahayakan ekosistem di sana.
Laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia menunjukkan total limbah nasional pada tahun 2021 mencapai 68,5 juta ton dan sekitar 11,6 juta ton atau 17% dari total tersebut adalah limbah plastik.
Untuk mengatasi ini, PT Amandina Bumi Nusantara (Amandina) mengedepankan prinsip daur ulang dan telah menjalankan proyek Recycled PET Close Loops Value Chain. Proyek ini berfokus pada daur ulang limbah botol plastik menjadi botol yang aman digunakan untuk kemasan.
Amandina menggunakan bahan baku yang bertanggung jawab dan tidak sampai ke alam untuk memproduksi botol plastik PET daur ulang (rPET) dengan kualitas terbaik. Pihaknya juga bekerja sama dengan UMKM yang tersebar di Indonesia, yang berperan sebagai pusat pengumpulan untuk mengumpulkan dan menyuplai limbah botol plastik.
Pada saat yang sama, Amandina dibantu organisasi nirlaba Yayasan Mahija Parahita Nusantara (Mahija) untuk memastikan pasokan bahan baku ke Amandina serta mendukung komunitas setempat, utamanya para Pahlawan Daur Ulang.
Pihaknya menggunakan mesin berteknologi tinggi dalam proses produksi yang dirancang dan dibangun sesuai standar internasional dan kepatuhan regulasi di Asia, Eropa, Amerika Serikat, dan negara lainnya.
Proses produksi memiliki tiga fasilitas utama yakni penyortiran, penggilingan dan pencucian, serta peletisasi dan sterilisasi yang memastikan semua produk diproses sesuai standar ini dan aman digunakan untuk kemasan makanan dan minuman dengan hasil hingga 85%.
Seluruh proses ini hanya memakan waktu rata-rata 12 jam. Dalam setahun terakhir, perusahaan telah berhasil memproduksi 25.000 ton resin rPET dari limbah botol. Hal ini telah mengurangi 43.750 ton CO2. Untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan dan memenuhi kebutuhan pelanggan, Amandina juga telah memperoleh beberapa sertifikasi lokal dan internasional.
Proyek Recycled PET Close Loops Value Chain Amandina telah mengurangi jejak karbon dan limbah plastik sekaligus mendukung produsen memiliki 50% kandungan rPET dalam portofolio produk mereka pada tahun 2028.
Upaya Amandina dalam mengelola limbah plastik dengan benar dan mengurangi pencemaran lingkungan telah mendapat penghargaan dengan meraih Indonesia Technology Excellence Award 2024 dalam kategori ESG Tech-Layanan Lingkungan.
Dibandingkan jenis limbah lainnya, plastik merupakan jenis limbah anorganik yang membutuhkan waktu lama untuk terurai, sekitar 20 hingga 500 tahun. Jika tidak terurai dengan baik, limbah ini akan menghasilkan bakteri kecil, mikroplastik, senyawa kimia, dan logam berat yang berbahaya, beracun, serta dapat mencemari tanah. Jika limbah plastik berakhir di laut, hal ini juga dapat membahayakan ekosistem di sana.
Laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia menunjukkan total limbah nasional pada tahun 2021 mencapai 68,5 juta ton dan sekitar 11,6 juta ton atau 17% dari total tersebut adalah limbah plastik.
Untuk mengatasi ini, PT Amandina Bumi Nusantara (Amandina) mengedepankan prinsip daur ulang dan telah menjalankan proyek Recycled PET Close Loops Value Chain. Proyek ini berfokus pada daur ulang limbah botol plastik menjadi botol yang aman digunakan untuk kemasan.
Amandina menggunakan bahan baku yang bertanggung jawab dan tidak sampai ke alam untuk memproduksi botol plastik PET daur ulang (rPET) dengan kualitas terbaik. Pihaknya juga bekerja sama dengan UMKM yang tersebar di Indonesia, yang berperan sebagai pusat pengumpulan untuk mengumpulkan dan menyuplai limbah botol plastik.
Pada saat yang sama, Amandina dibantu organisasi nirlaba Yayasan Mahija Parahita Nusantara (Mahija) untuk memastikan pasokan bahan baku ke Amandina serta mendukung komunitas setempat, utamanya para Pahlawan Daur Ulang.
Pihaknya menggunakan mesin berteknologi tinggi dalam proses produksi yang dirancang dan dibangun sesuai standar internasional dan kepatuhan regulasi di Asia, Eropa, Amerika Serikat, dan negara lainnya.
Proses produksi memiliki tiga fasilitas utama yakni penyortiran, penggilingan dan pencucian, serta peletisasi dan sterilisasi yang memastikan semua produk diproses sesuai standar ini dan aman digunakan untuk kemasan makanan dan minuman dengan hasil hingga 85%.
Seluruh proses ini hanya memakan waktu rata-rata 12 jam. Dalam setahun terakhir, perusahaan telah berhasil memproduksi 25.000 ton resin rPET dari limbah botol. Hal ini telah mengurangi 43.750 ton CO2. Untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan dan memenuhi kebutuhan pelanggan, Amandina juga telah memperoleh beberapa sertifikasi lokal dan internasional.
Proyek Recycled PET Close Loops Value Chain Amandina telah mengurangi jejak karbon dan limbah plastik sekaligus mendukung produsen memiliki 50% kandungan rPET dalam portofolio produk mereka pada tahun 2028.
Upaya Amandina dalam mengelola limbah plastik dengan benar dan mengurangi pencemaran lingkungan telah mendapat penghargaan dengan meraih Indonesia Technology Excellence Award 2024 dalam kategori ESG Tech-Layanan Lingkungan.
(jon)
tulis komentar anda