Kesaksian Jenderal Kopassus saat Timtim Lepas dari Indonesia, Suasana Mencekam, 2 Kubu Saling Bunuh
Jum'at, 30 Agustus 2024 - 06:28 WIB
Pasukan Interfet dikawal TNI menuju Dili dari Bandara Komora pascajajak pendapat. Foto/istimewa
Pada 24 Februari 1999, kerusuhan terjadi di Becora, Dili. Dalam bentrokan itu, dua orang pro kemerdekaan ditembak dan satu anggota TNI gugur. Bahkan, di Maubara, sebanyak 100 orang pro otonomi disandera kubu pro kemerdekaan. Tidak hanya itu, dua orang pro otonomi yang diculik di Baucau ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.
Di Maliana, pada 19 Maret 1999 ditemukan empat orang pro otonomi tewas ditembak. Begitu juga di Baucau, ditemukan dua jenazah anggota TNI yang diculik kubu pro kemerdekaan sejak 7 Maret 1999. Bahkan, sejak opsi II yakni kemerdekaan bagi Timtim diumumkan sampai jajak pendapat tercatat 25 orang pro otonomi tewas, tujuh orang lka dan 119 orang dilaporkan hilang, diculik, atau disandera.
Sedangkan dari pihak pro kemerdekaan 54 tewas dan dua orang terluka. Sementara dari aparat keamanan delapan prajurit TNI gugur dan satu anggota Polri gugur serta sembilan orang luka.
Sejarah Timor Timur Menjadi Bagian Indonesia
Menengok jauh ke belakang, masuknya Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia berawal dari kekhawatiran banyak kalangan termasuk Amerika Serikat terhadap penyebaran paham komunis.
”Perang dingin Blok Barat dan Blok Timur pada era tahun 1945-1989 telah menyesatkan Indonesia karena menyerbu Timur Leste pada 7 Desember 1975,” kata mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono.
Serbuan itu dilakukan mengacu pada teori efek domino bahwa setelah tentara komunis memenangkan peperangan terhadap Amerika Serikat (AS) di Vietnam Selatan pada 1974 maka Asia Tenggara khususnya Indonesia akan juga jatuh ke tangan kaum komunis internasional.
Proklamasi kemerdekaan Timor Leste pada 25 November 1975 terkait dengan Revolusi Bunga Anyelir yang terjadi di Portugal oleh para perwira muda tentara beraliran sosial komunis akan menjadi basis kekuatan untuk menyerang Indonesia.
Politik perang di tataran internasional yang didominasi Amerika Serikat ini mendorong pemerintah Indonesia mengambil keputusan politik untuk menyerang Timor Leste. Apalagi bantuan peralatan militer untuk memperkuat tentara Indonesia berupa pesawat tempur udara taktis Rockwell OV-10, pesawat angkut Lockheed Martin C-30, Cadillac Gage V-150 dan kendaraan lapis baja APC Commando terus mengalir.
Pada 24 Februari 1999, kerusuhan terjadi di Becora, Dili. Dalam bentrokan itu, dua orang pro kemerdekaan ditembak dan satu anggota TNI gugur. Bahkan, di Maubara, sebanyak 100 orang pro otonomi disandera kubu pro kemerdekaan. Tidak hanya itu, dua orang pro otonomi yang diculik di Baucau ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.
Di Maliana, pada 19 Maret 1999 ditemukan empat orang pro otonomi tewas ditembak. Begitu juga di Baucau, ditemukan dua jenazah anggota TNI yang diculik kubu pro kemerdekaan sejak 7 Maret 1999. Bahkan, sejak opsi II yakni kemerdekaan bagi Timtim diumumkan sampai jajak pendapat tercatat 25 orang pro otonomi tewas, tujuh orang lka dan 119 orang dilaporkan hilang, diculik, atau disandera.
Sedangkan dari pihak pro kemerdekaan 54 tewas dan dua orang terluka. Sementara dari aparat keamanan delapan prajurit TNI gugur dan satu anggota Polri gugur serta sembilan orang luka.
Sejarah Timor Timur Menjadi Bagian Indonesia
Menengok jauh ke belakang, masuknya Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia berawal dari kekhawatiran banyak kalangan termasuk Amerika Serikat terhadap penyebaran paham komunis.
”Perang dingin Blok Barat dan Blok Timur pada era tahun 1945-1989 telah menyesatkan Indonesia karena menyerbu Timur Leste pada 7 Desember 1975,” kata mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono.
Serbuan itu dilakukan mengacu pada teori efek domino bahwa setelah tentara komunis memenangkan peperangan terhadap Amerika Serikat (AS) di Vietnam Selatan pada 1974 maka Asia Tenggara khususnya Indonesia akan juga jatuh ke tangan kaum komunis internasional.
Proklamasi kemerdekaan Timor Leste pada 25 November 1975 terkait dengan Revolusi Bunga Anyelir yang terjadi di Portugal oleh para perwira muda tentara beraliran sosial komunis akan menjadi basis kekuatan untuk menyerang Indonesia.
Politik perang di tataran internasional yang didominasi Amerika Serikat ini mendorong pemerintah Indonesia mengambil keputusan politik untuk menyerang Timor Leste. Apalagi bantuan peralatan militer untuk memperkuat tentara Indonesia berupa pesawat tempur udara taktis Rockwell OV-10, pesawat angkut Lockheed Martin C-30, Cadillac Gage V-150 dan kendaraan lapis baja APC Commando terus mengalir.
tulis komentar anda