WHO Sebut Tren Kerja Jarak Jauh Bisa Berdampak Buruk Bagi Kesehatan Pekerja
Sabtu, 27 Juli 2024 - 17:28 WIB
JAKARTA - Tren kerja virtual atau remote working telah menjadi fenomena yang semakin populer beberapa tahun ini. Tren tersebut dipercepat setelah wabah Covid-19 yang membiasakan perusahaan untuk menerapkan model kerja jarak jauh.
Sebelum pandemi Covid-19, kerja virtual hanyalah sebuah fasilitas tambahan. Namun saat ini perusahaan-perusahaan mau tidak mau mengadopsi sejumlah teknologi yang memfasilitasi karyawannya untuk dapat bekerja secara jarak jauh. Sebut saja Zoom, Google Meet, Teams dan lain-lain.
Mode kerja virtual sebenarnya mendatangkan banyak manfaat termasuk fleksibilitas waktu, penghematan biaya operasional, dan peningkatan produktivitas. Namun di balik manfaat tersebut, model kerja ini juga tak lepas dari sejumlah tantangan mulai dari kesenjangan akses teknologi, masalah komunikasi dan kolaborasi hingga kesehatan mental. Selain mampu mengaplikasikannya, para pekerja saat ini juga harus dituntut bijak menggunakan teknologi.
Bahkan WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia menyebut para pekerja jarak jauh atau dari rumah di seluruh dunia akan mengalami rasa lelah, secara fisik dan psikis. WHO menyebut model kerja dari rumah dapat menciptakan kondisi berbahaya, yakni berdampak buruk bagi kesehatan karyawan. Ini terjadi bila perusahaan dan karyawan tidak secara kolektif mengelola cara kerja jarak jauh.
Hal itu terungkap dalam webinar Obral Obrol Literasi Ditigal (OOTD) bertajuk "Tren Kerja Virtual (Remote Workoing)" yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo). Manfaat tren ini dapat dirasakan oleh kedua pihak, baik karyawan maupun perusahaan.
Di sisi karyawan, manfaat tren ini yaitu dapat kerja di mana saja. Mereka tidak harus pergi ke kantor, tidak perlu harus membuang banyak waktu untuk pulang pergi ke kantor, selain itu seorang karyawan juga dapat menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga. "Untuk working mom dia bisa bekerja sambil mengurus anak," ujar Manager Glints Indonesia Noor Laily Alviani, Sabtu (27/7/2024).
Yang sangat terasa dalam tren kerja ini adalah, antara pekerjaan dan kehidupan dapat berjalan seimbang. Sedangkan manfaat dari sisi perusahaan di antaranya dapat menghemat biaya operasional. Pasalnya perusahaan saat ini bisa saja tidak perlu menyediakan kantor untuk mencakup semua orang. Selain itu perusahaan juga dapat merekrut karyawan dari mana saja baik dari luar kota, maupun luar negeri.
Sebelum pandemi Covid-19, kerja virtual hanyalah sebuah fasilitas tambahan. Namun saat ini perusahaan-perusahaan mau tidak mau mengadopsi sejumlah teknologi yang memfasilitasi karyawannya untuk dapat bekerja secara jarak jauh. Sebut saja Zoom, Google Meet, Teams dan lain-lain.
Mode kerja virtual sebenarnya mendatangkan banyak manfaat termasuk fleksibilitas waktu, penghematan biaya operasional, dan peningkatan produktivitas. Namun di balik manfaat tersebut, model kerja ini juga tak lepas dari sejumlah tantangan mulai dari kesenjangan akses teknologi, masalah komunikasi dan kolaborasi hingga kesehatan mental. Selain mampu mengaplikasikannya, para pekerja saat ini juga harus dituntut bijak menggunakan teknologi.
Bahkan WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia menyebut para pekerja jarak jauh atau dari rumah di seluruh dunia akan mengalami rasa lelah, secara fisik dan psikis. WHO menyebut model kerja dari rumah dapat menciptakan kondisi berbahaya, yakni berdampak buruk bagi kesehatan karyawan. Ini terjadi bila perusahaan dan karyawan tidak secara kolektif mengelola cara kerja jarak jauh.
Hal itu terungkap dalam webinar Obral Obrol Literasi Ditigal (OOTD) bertajuk "Tren Kerja Virtual (Remote Workoing)" yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo). Manfaat tren ini dapat dirasakan oleh kedua pihak, baik karyawan maupun perusahaan.
Baca Juga
Di sisi karyawan, manfaat tren ini yaitu dapat kerja di mana saja. Mereka tidak harus pergi ke kantor, tidak perlu harus membuang banyak waktu untuk pulang pergi ke kantor, selain itu seorang karyawan juga dapat menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga. "Untuk working mom dia bisa bekerja sambil mengurus anak," ujar Manager Glints Indonesia Noor Laily Alviani, Sabtu (27/7/2024).
Yang sangat terasa dalam tren kerja ini adalah, antara pekerjaan dan kehidupan dapat berjalan seimbang. Sedangkan manfaat dari sisi perusahaan di antaranya dapat menghemat biaya operasional. Pasalnya perusahaan saat ini bisa saja tidak perlu menyediakan kantor untuk mencakup semua orang. Selain itu perusahaan juga dapat merekrut karyawan dari mana saja baik dari luar kota, maupun luar negeri.
Lihat Juga :
tulis komentar anda