Menyalakan Kilau Kerja Sama RI-Korsel
Kamis, 11 Juli 2024 - 21:37 WIB
Untuk memaksimalkan potensi ini, RI-Korsel perlu menetapkan target yang jelas untuk beberapa tahun ke depan. Diversifikasi ekonomi, pengembangan infrastruktur, riset bioteknologi, kecerdasan buatan, dan teknologi hijau adalah beberapa area potensial yang harus dikejar. Di berbagai sektor, kerja sama ini telah menunjukkan hasil positif, seperti dalam industri pertahanan dengan pengembangan jet tempur KF-21/IF-X, serta proyek pembangunan ekosistem EV-Battery yang mendukung strategi Indonesia untuk memproduksi kendaraan listrik berlabel "buatan Indonesia."
Namun, tantangan tetap ada. Hingga kuartal I-2024, Korea Selatan belum masuk dalam lima besar negara investor terbesar di Indonesia. Hal ini kontras dengan dominasi investasi dari negara-negara seperti Singapura, Hong Kong, China, Amerika Serikat, dan Jepang di Indonesia. Selain itu, perdagangan bilateral RI-Korsel masih tertinggal jauh dibandingkan dengan Vietnam-Korea Selatan.
Peningkatan sumber daya manusia juga menjadi perhatian penting. Kebijakan Employment Permit System (EPS) telah membuka kesempatan bagi lebih dari 111 ribu tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di Korsel, dengan 34.000 di antaranya masih aktif. Program Global Korea Scholarship (GKS) yang mendukung pendidikan 121 talenta Indonesia di universitas Korsel menunjukkan komitmen Korsel dalam meningkatkan kapasitas generasi penerus Indonesia.
Selain itu, mulai 2024 ini, pelaku usaha Indonesia yang berdagang dan berinvestasi di Korsel dapat menggunakan mata uang lokal masing-masing tanpa harus menggunakan dolar AS. Kerja sama transaksi mata uang lokal (LCT) ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kegiatan ekonomi antara kedua negara dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Korea Selatan akan tetap melihat Indonesia sebagai mitra investasi penting, terutama karena basis konsumen domestik yang besar dan kebijakan yang menarik bagi investor asing. Itulah kenapa, ada kabar bahwa beberapa perusahaan Korea Selatan di China tertarik merelokasi pabriknya ke Indonesia sebagai dampak dari perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Ini adalah peluang yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia.
Industri kreatif juga menjadi pilar penting ekonomi bangsa. Korea Selatan telah sukses dengan penetrasi ekonomi kreatif lewat K-pop yang melanda dunia. Indonesia, sebagai penikmat K-pop terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk belajar dari Korsel dalam mengembangkan ekonomi kreatifnya.
Kedepan peluang kerja sama RI-Korsel juga akan semakin terbuka. Presiden Korsel Yoon Suk Yeol saat memberi ucapan selamat kepada calon presiden RI terpilih Prabowo Subianto melalui saluran telepon (17/4/2024), berkomitmen memperluas kerja sama. Keduanya sepakat untuk terus memperluas kerja sama strategis dan berorientasi masa depan di bidang-bidang seperti industri pertahanan, kendaraan listrik, dan infrastruktur bahkan setelah pemerintahan baru Indonesia dilantik pada Oktober 2024.
Diharapkan Ratifikasi IK-CEPA yang sudah berlaku Januari 2023 mendorong peningkatan investasi Korsel di Indonesia hingga US$3,63 miliar pada 2028. Sektor potensial yang harus digarap antara lain otomotif, kimia, logam, energi, teknologi, dan infrastruktur. Di satu sisi IK-CEPA yang memberikan kepastian bagi perusahaan Korsel untuk berinvestasi di Indonesia, tetapi di sisi lain harus membuka peluang ekspor produk UMKM Indonesia ke Korsel dengan tarif nol persen.
Selain itu ke depan, harus ada upaya konkret membuka lebar akses produk Indonesia ke Korsel antara lain sepeda, sepeda motor, aksesori kendaraan bermotor, produk olahan ikan, buah-buahan tropis, dan produk tekstil seperti kaos kaki. Semua program kerja sama ekonomi dengan Korsel juga idealnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas SDM Indonesia menjadi lebih ahli, terampil, dan sesuai dengan kebutuhan industri.
Dengan segala ragam peluang dan tantangan, relasi kedua negara ini sudah sepatutnya dijaga dan dirawat. Inilah pesan penting bagi Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto, untuk bisa memastikan kilau kerja sama dua negara ini harus terus menyala.
Namun, tantangan tetap ada. Hingga kuartal I-2024, Korea Selatan belum masuk dalam lima besar negara investor terbesar di Indonesia. Hal ini kontras dengan dominasi investasi dari negara-negara seperti Singapura, Hong Kong, China, Amerika Serikat, dan Jepang di Indonesia. Selain itu, perdagangan bilateral RI-Korsel masih tertinggal jauh dibandingkan dengan Vietnam-Korea Selatan.
Peningkatan sumber daya manusia juga menjadi perhatian penting. Kebijakan Employment Permit System (EPS) telah membuka kesempatan bagi lebih dari 111 ribu tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di Korsel, dengan 34.000 di antaranya masih aktif. Program Global Korea Scholarship (GKS) yang mendukung pendidikan 121 talenta Indonesia di universitas Korsel menunjukkan komitmen Korsel dalam meningkatkan kapasitas generasi penerus Indonesia.
Selain itu, mulai 2024 ini, pelaku usaha Indonesia yang berdagang dan berinvestasi di Korsel dapat menggunakan mata uang lokal masing-masing tanpa harus menggunakan dolar AS. Kerja sama transaksi mata uang lokal (LCT) ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kegiatan ekonomi antara kedua negara dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Korea Selatan akan tetap melihat Indonesia sebagai mitra investasi penting, terutama karena basis konsumen domestik yang besar dan kebijakan yang menarik bagi investor asing. Itulah kenapa, ada kabar bahwa beberapa perusahaan Korea Selatan di China tertarik merelokasi pabriknya ke Indonesia sebagai dampak dari perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Ini adalah peluang yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia.
Industri kreatif juga menjadi pilar penting ekonomi bangsa. Korea Selatan telah sukses dengan penetrasi ekonomi kreatif lewat K-pop yang melanda dunia. Indonesia, sebagai penikmat K-pop terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk belajar dari Korsel dalam mengembangkan ekonomi kreatifnya.
Kedepan peluang kerja sama RI-Korsel juga akan semakin terbuka. Presiden Korsel Yoon Suk Yeol saat memberi ucapan selamat kepada calon presiden RI terpilih Prabowo Subianto melalui saluran telepon (17/4/2024), berkomitmen memperluas kerja sama. Keduanya sepakat untuk terus memperluas kerja sama strategis dan berorientasi masa depan di bidang-bidang seperti industri pertahanan, kendaraan listrik, dan infrastruktur bahkan setelah pemerintahan baru Indonesia dilantik pada Oktober 2024.
Diharapkan Ratifikasi IK-CEPA yang sudah berlaku Januari 2023 mendorong peningkatan investasi Korsel di Indonesia hingga US$3,63 miliar pada 2028. Sektor potensial yang harus digarap antara lain otomotif, kimia, logam, energi, teknologi, dan infrastruktur. Di satu sisi IK-CEPA yang memberikan kepastian bagi perusahaan Korsel untuk berinvestasi di Indonesia, tetapi di sisi lain harus membuka peluang ekspor produk UMKM Indonesia ke Korsel dengan tarif nol persen.
Selain itu ke depan, harus ada upaya konkret membuka lebar akses produk Indonesia ke Korsel antara lain sepeda, sepeda motor, aksesori kendaraan bermotor, produk olahan ikan, buah-buahan tropis, dan produk tekstil seperti kaos kaki. Semua program kerja sama ekonomi dengan Korsel juga idealnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas SDM Indonesia menjadi lebih ahli, terampil, dan sesuai dengan kebutuhan industri.
Dengan segala ragam peluang dan tantangan, relasi kedua negara ini sudah sepatutnya dijaga dan dirawat. Inilah pesan penting bagi Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto, untuk bisa memastikan kilau kerja sama dua negara ini harus terus menyala.
Lihat Juga :
tulis komentar anda