Apresiasi Indonesia Bela Palestina, Grand Syekh Al Azhar Serukan Kerukunan Umat
Rabu, 10 Juli 2024 - 08:33 WIB
Menurut Prof Quraish, manifestasi yang kedua adalah kelapangan dada para founding father yang Muslim dan para ulama ketika itu, saat penetapan sila-sila dari Pancasila di awal kemerdekaan. “Di mana mereka rela untuk menghapus kata kewajiban menerapkan syariat Islam demi menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia yang plural dan majemuk,” ujar Guru Besar Ilmu Tafsir tersebut.
Prof Quraish mengutarakan bahwa untuk bersikap moderat dibutuhkan ilmu. Menurutnya, ada tiga hal yang berbeda yang sering dianggap sama. Pertama agama, kedua ilmu agama, dan ketiga beragama. “Agama sudah sempurna. Ilmu agama terus berkembang dan terjadi perbedaan antara ilmu yang diketahui oleh ulama satu ulama dengan ulama yang lainnya. Beragama butuh ilmu, agar cara kita beragama benar sesuai dengan ilmu, maka kiblat ilmu yang benar itu sudah ada yaitu Al-Azhar,” ungkapnya.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar, mengatakan bahwa UIN Jakarta memiliki hubungan yang erat dengan Al-Azhar As-Syarif. Ini ditandai dengan berdirinya Fakultas Dirasat Islamiyah, di mana di fakultas ini menggunakan kurikulum yang digunakan oleh Al-Azhar As-Syarif.
“Hampir seluruh dosennya adalah alumni Al-Azhar,” kata Rektor.
Menurut Rektor, hubungan erat inilah yang menguatkan nilai moderasi di UIN Jakarta. Sehingga, UIN Jakarta menjadi salah satu pusat pembelajaran Islam yang moderat di Indonesia. “Sebagaimana Al-Azhar menjadi pusat pembelajaran Islam yang moderat di dunia,” ungkap Prof Asep.
Rektor berharap UIN Jakarta terus belajar dari Al-Azhar untuk dapat mengembangkan ajaran Islam yang benar yang menjadi rahmat kasih sayang bagi alam semesta.
Ketua Panitia Pelaksana, Dr. Yuli Yasin, mengatakan bahwa Kuliah Umum Grand Syekh Al-Azhar dihadiri seribu lima ratusan orang baik dari civitas akademika UIN Jakarta, 73 Rektor Perguruan Tinggi, Pimpinan Ormas, Tokoh Masyarakat, Tokoh Lintas Agama, Para Dubes, dan alumni Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.
Prof Quraish mengutarakan bahwa untuk bersikap moderat dibutuhkan ilmu. Menurutnya, ada tiga hal yang berbeda yang sering dianggap sama. Pertama agama, kedua ilmu agama, dan ketiga beragama. “Agama sudah sempurna. Ilmu agama terus berkembang dan terjadi perbedaan antara ilmu yang diketahui oleh ulama satu ulama dengan ulama yang lainnya. Beragama butuh ilmu, agar cara kita beragama benar sesuai dengan ilmu, maka kiblat ilmu yang benar itu sudah ada yaitu Al-Azhar,” ungkapnya.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar, mengatakan bahwa UIN Jakarta memiliki hubungan yang erat dengan Al-Azhar As-Syarif. Ini ditandai dengan berdirinya Fakultas Dirasat Islamiyah, di mana di fakultas ini menggunakan kurikulum yang digunakan oleh Al-Azhar As-Syarif.
“Hampir seluruh dosennya adalah alumni Al-Azhar,” kata Rektor.
Menurut Rektor, hubungan erat inilah yang menguatkan nilai moderasi di UIN Jakarta. Sehingga, UIN Jakarta menjadi salah satu pusat pembelajaran Islam yang moderat di Indonesia. “Sebagaimana Al-Azhar menjadi pusat pembelajaran Islam yang moderat di dunia,” ungkap Prof Asep.
Rektor berharap UIN Jakarta terus belajar dari Al-Azhar untuk dapat mengembangkan ajaran Islam yang benar yang menjadi rahmat kasih sayang bagi alam semesta.
Ketua Panitia Pelaksana, Dr. Yuli Yasin, mengatakan bahwa Kuliah Umum Grand Syekh Al-Azhar dihadiri seribu lima ratusan orang baik dari civitas akademika UIN Jakarta, 73 Rektor Perguruan Tinggi, Pimpinan Ormas, Tokoh Masyarakat, Tokoh Lintas Agama, Para Dubes, dan alumni Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.
(aww)
tulis komentar anda