Gen Z Indonesia Against The World

Senin, 01 Juli 2024 - 21:47 WIB
Co-Founder CentennialZ, Luthfi Ridzki Fakhrian. Foto/Istimewa
Luthfi Ridzki Fakhrian

Co-Founder CentennialZ

GENERASI Z atau Gen Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1995 hingga 2012. Mereka tumbuh dalam era digital dengan teknologi di ujung jari mereka, menghadapi tantangan inflasi ekonomi, oligarki, dan krisis iklim. Gen Z adalah generasi yang paling terhubung secara global dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap isu-isu sosial dan lingkungan.



Tulisan ini akan membahas bagaimana Gen Z menghadapi empat tantangan besar yang diangkat dalam album “Lagipula Hidup Akan Berakhir” karya Hindia: perkembangan teknologi, inflasi ekonomi, oligarki, dan krisis iklim, serta memberikan saran langkah konkret yang dapat dilakukan oleh Gen Z untuk mengatasi tantangan tersebut.

Dramatugi Gen Z dalam Menghadapi Perkembangan Teknologi

Teori Dramaturgi yang dikenalkan oleh Erving Goffman pada tahun 1959 yang termaktub dalam karyanya berjudul "Presentation of Self in Everyday Life", Goffman sendiri menggambarkan bahwa kehidupan sosial terbagi atas “wilayah depan” dan “wilayah belakang”, layaknya sebuah drama dalam pisau analisis tersebut kita juga dapat melihat gambaran tentang bagaimana Gen Z yang tumbuh dengan teknologi dalam halaman depan mereka sebagai bagian integral dari kehidupan mereka. Namun, jika diuraikan lebih jauh ketergantungan yang berlebihan pada teknologi tentu dapat mengurangi kemampuan mereka dalam berinteraksi secara langsung dengan orang lain.

Untuk mengatasi hal ini, Gen Z perlu menetapkan batasan waktu penggunaangadget dengan mengurangi waktu yang dihabiskan di depan layar dan lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Kemudian, mengembangkan keterampilan sosial dengan mengikuti kegiatan sosial, bergabung dengan komunitas, atau mengikuti pelatihan keterampilan interpersonal. Hal ini juga dapat mengurangi kecanduan internet dan media sosial. Namun, apabila sudah mengkhawatirkan, dapat mengikuti terapi atau konseling dan mencari bantuan profesional jika mengalami kecanduan teknologi, dalam hal ini internet dan media sosial.

Dalam menghadapi perkembangan teknologi, keberlimpahan informasi yang mudah diakses dapat menjadi bumerang. Gen Z perlu belajar menyaring informasi yang relevan dan benar dari yang tidak valid atau tidak penting. Beberapa langkah yang dapat diambil adalah dengan cara memanfaatkan sumber informasi terpercaya dengan menggunakan sumber berita yang kredibel dan melakukan verifikasi fakta sebelum menyebarkan informasi. Tidak hanya itu, Gen Z perlu mengembangkan keterampilan literasi media. Salah satu caranya dengan mengikuti pelatihan literasi media untuk memahami bagaimana menyaring dan mengevaluasi informasi.

Jika kita berbicara mengenai perkembangan teknologi dan bagaimana cara menghadapinya, tidak lepas dari hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan mental. Pasalnya, penggunaan teknologi yang berlebihan dapat menyebabkan permasalahan kesehatan mental seperti kecemasan dan stres. Dalam hal ini, Gen Z dapat mengatasinya dengan mengambil istirahat dari media sosial. Mengatur waktu tanpa gadget untuk fokus pada diri sendiri dan beraktivitas fisik. Lalu, hal yang dirasa sangat penting, Gen Z dapat mengakses dukungan kesehatan mental, mencari bantuan dari profesional kesehatan mental jika diperlukan, dan berbicara tentang perasaan mereka dengan orang yang dipercaya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More