BMKG Beberkan Penyebab Cuaca Panas Menyengat di Sejumlah Negara Asia
Jum'at, 10 Mei 2024 - 21:47 WIB
“Kondisi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalir masuk ke area tersebut sehingga semakin lama sistem tekanan tinggi ini bertahan di suatu area, maka semakin meningkat panas dan semakin sulit awan tumbuh di area tersebut,” tuturnya.
BMKG mengungkapkan gelombang panas pernah terjadi di sebagian besar wilayah di dunia. Saat ini gelombang panas sedang melanda Asia Selatan dan Asia Tenggara, ratusan juta orang merasakan panas yang menyengat.
Gelombang panas diproyeksikan akan semakin panas di masa depan seiring dengan semakin parahnya perubahan iklim. Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh University of Bristol berdasarkan data ERA5, menghasilkan peta global dari rata- rata suhu panas paling ekstrem yang teramati terhadap iklim pada periode Januari 1950 hingga Agustus 2021.
Sementara Indonesia tidak pernah mengalami fenomena heatwave. BMKG mengungkapkan jika fenomena suhu panas yang terjadi di Indonesia saat ini bukanlah gelombang panas (heatwave), karena memiliki karakteristik fenomena yang berbeda. Cuaca panas di Indonesia dipicu oleh faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.
Wilayah Indonesia, kata BMKG, terletak di sekitar ekuator dengan kondisi geografis kepulauan dan dikelilingi perairan yang sangat luas. Karakteristik dinamika atmosfernya berbeda dengan daerah yang berada di wilayah lintang tengah dan lintang tinggi. Wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang sangat cepat.
Perbedaan ini menjadikan wilayah Indonesia tidak mengenal fenomena gelombang panas. “Fenomena suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia saat ini bukanlah gelombang panas. Panas dan gerah yang sekarang terjadi namun dipicu oleh faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan,” ungkapnya.
Sementara, BMKG mengatakan kondisi “gerah” yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir- akhir ini juga merupakan salah satu hal yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.
BMKG juga memberikan tips cara menghadapi cuaca panas diantaranya cegah dehidrasi dengan minum air yang banyak. Hindari kontak dengan sinar matahari secara langsung, gunakan topi atau payung. Gunakan sunscreen minimal 30 SPF pada kulit yang tidak tertutup oleh baju sebelum keluar rumah. Selain itu, memakai baju yang berbahan ringan, longgar dan menyerap keringat.
Berikut suhu udara maksimum yang teramati di Indonesia, maksimal di 37 derajat celsius:
1. 37°C di Medan, Sumatera Utara (21 April 2024)
BMKG mengungkapkan gelombang panas pernah terjadi di sebagian besar wilayah di dunia. Saat ini gelombang panas sedang melanda Asia Selatan dan Asia Tenggara, ratusan juta orang merasakan panas yang menyengat.
Gelombang panas diproyeksikan akan semakin panas di masa depan seiring dengan semakin parahnya perubahan iklim. Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh University of Bristol berdasarkan data ERA5, menghasilkan peta global dari rata- rata suhu panas paling ekstrem yang teramati terhadap iklim pada periode Januari 1950 hingga Agustus 2021.
Sementara Indonesia tidak pernah mengalami fenomena heatwave. BMKG mengungkapkan jika fenomena suhu panas yang terjadi di Indonesia saat ini bukanlah gelombang panas (heatwave), karena memiliki karakteristik fenomena yang berbeda. Cuaca panas di Indonesia dipicu oleh faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.
Wilayah Indonesia, kata BMKG, terletak di sekitar ekuator dengan kondisi geografis kepulauan dan dikelilingi perairan yang sangat luas. Karakteristik dinamika atmosfernya berbeda dengan daerah yang berada di wilayah lintang tengah dan lintang tinggi. Wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang sangat cepat.
Perbedaan ini menjadikan wilayah Indonesia tidak mengenal fenomena gelombang panas. “Fenomena suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia saat ini bukanlah gelombang panas. Panas dan gerah yang sekarang terjadi namun dipicu oleh faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan,” ungkapnya.
Sementara, BMKG mengatakan kondisi “gerah” yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir- akhir ini juga merupakan salah satu hal yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.
BMKG juga memberikan tips cara menghadapi cuaca panas diantaranya cegah dehidrasi dengan minum air yang banyak. Hindari kontak dengan sinar matahari secara langsung, gunakan topi atau payung. Gunakan sunscreen minimal 30 SPF pada kulit yang tidak tertutup oleh baju sebelum keluar rumah. Selain itu, memakai baju yang berbahan ringan, longgar dan menyerap keringat.
Berikut suhu udara maksimum yang teramati di Indonesia, maksimal di 37 derajat celsius:
1. 37°C di Medan, Sumatera Utara (21 April 2024)
Lihat Juga :
tulis komentar anda