BP2MI Temui GIZ dan BA, Buka Peluang Sektor Hospitality di Jerman
Sabtu, 04 Mei 2024 - 16:10 WIB
FRANKFURT - Delegasi Kepala BP2MI bertemu GIZ (Deutschen Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit) dan BA (Bundesagentur fur Arbeit) di kantor GIZ, Frankfurt, Jerman, Kamis (2/5/2024).
GIZ adalah perusahaan internasional milik Pemerintah Jerman yang beroperasi di berbagai bidang yang tersebar lebih dari 130 negara. Sedangkan, BA adalah Badan Ketenagakerjaan Jerman.
Sejak tahun 2021 BP2MI telah bekerja sama dengan kedua lembaga ini lewat Program Triple Win/Penempatan Pekerja Migran Indonesia skema Government to Government (G to G).
Pada pertemuan tersebut Kepala Departemen Operasional Siegfried Leffler dan Kepala Divisi Servis Internasional Thorsten Rolfsmaier mengapresiasi BP2MI atas keberhasilah Program Triple Win di Indonesia melalui BP2MI.
“Isu pekerja migran selalu dibahas di Jerman saat ini karena Jerman sedang mengalami kekurangan tenaga kerja. Bahkan hal ini turut dibahas pada pertemuan Komisi Ketenagakerjaan Eropa di Brussels, Belgia, pada bulan lalu," ujar Thorsten Rolfsmaier.
Fokus Komisi Ketenagakerjaan Eropa saat ini masalah kompetensi, bahkan mereka menyebut tahun ini sebagai ‘tahun kompetensi’. Jerman di masa mendatang juga akan fokus pada peningkatan kompetensi bagi pekerja asing yang bekerja di Jerman.
Pertemuan ini sangat penting karena Kepala BP2MI menyampaikan isu-isu yang menjadi catatan BP2MI selama program Triple Win berjalan di antaranya terkait perluasan sektor penempatan PMI di Jerman, khususnya sektor hospitality.
"Yang saat ini sedang dalam pembahasan dengan BP2MI, masalah modul ujian, usulan kerja sama pelatihan, masalah uang saku dan lainnya. BP2MI ingin perluasan sektor penempatan menjadi fokus BP2MI dan GIZ/BA saat ini agar penempatan PMI ke Jerman pada sektor lain segera dilakukan dalam waktu dekat," ungkapnya.
Saat ini perawat berlisensi Indonesia melalui BP2MI memperoleh pelatihan bahasa dan teknis untuk bekerja di Jerman dan menerima dukungan ketika mereka berintegrasi.
Sesampainya di Jerman mereka memulai proses persamaan (pengakuan kesetaraan profesi) sehingga mereka memiliki kompetensi sama dengan orang Jerman dan seluruh biaya mulai dari pelatihan hingga keberangkatan ditanggung pemberi kerja.
GIZ adalah perusahaan internasional milik Pemerintah Jerman yang beroperasi di berbagai bidang yang tersebar lebih dari 130 negara. Sedangkan, BA adalah Badan Ketenagakerjaan Jerman.
Sejak tahun 2021 BP2MI telah bekerja sama dengan kedua lembaga ini lewat Program Triple Win/Penempatan Pekerja Migran Indonesia skema Government to Government (G to G).
Pada pertemuan tersebut Kepala Departemen Operasional Siegfried Leffler dan Kepala Divisi Servis Internasional Thorsten Rolfsmaier mengapresiasi BP2MI atas keberhasilah Program Triple Win di Indonesia melalui BP2MI.
“Isu pekerja migran selalu dibahas di Jerman saat ini karena Jerman sedang mengalami kekurangan tenaga kerja. Bahkan hal ini turut dibahas pada pertemuan Komisi Ketenagakerjaan Eropa di Brussels, Belgia, pada bulan lalu," ujar Thorsten Rolfsmaier.
Fokus Komisi Ketenagakerjaan Eropa saat ini masalah kompetensi, bahkan mereka menyebut tahun ini sebagai ‘tahun kompetensi’. Jerman di masa mendatang juga akan fokus pada peningkatan kompetensi bagi pekerja asing yang bekerja di Jerman.
Pertemuan ini sangat penting karena Kepala BP2MI menyampaikan isu-isu yang menjadi catatan BP2MI selama program Triple Win berjalan di antaranya terkait perluasan sektor penempatan PMI di Jerman, khususnya sektor hospitality.
"Yang saat ini sedang dalam pembahasan dengan BP2MI, masalah modul ujian, usulan kerja sama pelatihan, masalah uang saku dan lainnya. BP2MI ingin perluasan sektor penempatan menjadi fokus BP2MI dan GIZ/BA saat ini agar penempatan PMI ke Jerman pada sektor lain segera dilakukan dalam waktu dekat," ungkapnya.
Saat ini perawat berlisensi Indonesia melalui BP2MI memperoleh pelatihan bahasa dan teknis untuk bekerja di Jerman dan menerima dukungan ketika mereka berintegrasi.
Sesampainya di Jerman mereka memulai proses persamaan (pengakuan kesetaraan profesi) sehingga mereka memiliki kompetensi sama dengan orang Jerman dan seluruh biaya mulai dari pelatihan hingga keberangkatan ditanggung pemberi kerja.
(jon)
tulis komentar anda