Ketua MUI Tegaskan Lebaran Ketupat Tak Bertentangan dengan Islam

Sabtu, 20 April 2024 - 09:39 WIB
"Saya kira berbagai kearifan lokal yang ada sudah menjadi kebiasaan dan itu akhirnya menjadi budaya bagi orang-orang yang ada di Indonesia. Hal ini termasuk mudik, yang berarti mengunjungi orang tua dan keluarga di kampung halamannya masing-masing," ujarnya.

Menyikapi pro dan kontra terhadap kebiasaan masyarakat pasca-Idulfitri seperti Lebaran Ketupat, KH Yusnar justru beranggapan pemerintah perlu melembagakan penyelenggaraannya. Dengan kebijakan secara resmi, negara juga memiliki partisipasi aktif dalam kerukunan masyarakat dan kelestarian tradisi serta budaya.

Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar Al Washliyah ini berharap agar segala bentuk kearifan lokal yang menyemarakkan Idulfitri bisa berkontribusi dalam membangun moderasi beragama yang lebih baik lagi. Turut menjaga dan melestarikan nilai dan kearifan lokal dapat menghindarkan orang atau kelompok masyarakat dari pengaruh intoleransi dan radikalisme. Pihak yang cenderung menolak praktik budaya dan kearifan lokal seringkali belum memahami agama dengan komprehensif, dan memandang sempit segala perkara.

"Sebab ketika budaya saat lebaran itu dibangun, intoleransi itu tidak akan terjadi. Misalnya saja ketika melakukan mudik, ketika para pemudik singgah di beberapa masjid, ada yang warga sekitar yang memberikan minum. Warga lainnya bahkan ada yang mempersilakan pemudik yang mampir untuk beristirahat di rumah mereka. Ini baru dari kegiatan mudik saja, belum yang lainnya," imbuhnya.

Menjadi hal yang wajar jika praktik beragama di Indonesia diwarnai dengan beragam budaya dan adat istiadatnya. Sebagai sebuah negara yang menaungi begitu banyak suku, bangsa, agama, hingga kepercayaan, perbedaan praktik kehidupan adalah suatu keniscayaan dan tidak mungkin dibendung oleh siapa pun.

"Indonesia itu negara yang luar biasa. Menurut saya, negara kita ini sangat menarik untuk dikaji oleh dunia. Bayangkan saja, jazirah Arab itu bahasanya, kulitnya, dan datarannya sama, namun bisa pecah jadi sekitar 19 negara. Indonesia yang punya lebih banyak perbedaan bahasa, kulit, tempat yang beragam, tapi tetap bisa bersatu," kata KH Yusnar.
(rca)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More