Kenali Jenis Cyberbullying di Dunia Maya
Kamis, 21 Maret 2024 - 20:16 WIB
Anang menambahkan pentingnya bimbingan dan pengawasan orang tua saat anak menggunakan media digital. Saat anak paham akan tanggung jawab dan etika dalam menggunakan internet dan sosial media, dunia digital dapat menjadi peluang untuk meningkatkan kreatifitas dalam diri serta menciptakan ekosistem digital yang produktif.
Sejalan dengan paparan Anang, paparan materi kedua yang disampaikan oleh Sekjen Jaringan Media Siber Indonesia Pusat dan Dosen Ilmu Komunikasi UNESA Eko Pamuji. Eko menekankan pentingnya anak memahami pemanfaatan teknologi untuk hal positif.
”Pada saat kita membuat konten kita harus bisa membuat hal yang menarik perhatian banyak orang dan menampilkan kualitas yang baik, kita juga harus bisa menghargai rasa toleransi dan mempertahankan keunikan di masing-masing konten yang kita buat, karena konten yang kita buat adalah cerminan dari diri kita,” tutur Eko.
Eko juga mengingatkan agar anak menjadikan dunia digital sebagai ruang budaya, tempat berinteraksi dan belajar, sekaligus tempat di mana kita sebagai bangsa hadir dengan bermartabat.
Paparan terakhir disampaikan oleh Cia Gisela, key opinion leader yang berbagi materi tentang cakap bermedia digital untuk anak-anak. Sebagai pengguna internet, kita harus mengetahui dan memahami baik perangkat keras maupun perangkat lunak untuk menggunakan internet.
Setelah memahami, pengguna internet, terutama anak-anak harus selalu berhati-hati dan waspada saat menggunakan internet. Jangan membagikan data pribadi di media sosial maupun platform yang tidak kredibel.
“Tapi kalau mau main media sosial harus hati-hati, jangan mudah percaya dengan orang yang baru kalian kenal dan jauhi hal-hal yang yang merugikan kalian,” tegas Cia.
Penggunaan dompet digital untuk anak-anak pun harus mendapat pengawasan dari orang tua. Anak harus diberi pemahaman dan wawasan, terutama dalam menjaga password dompet digital masing-masing.
Kegiatan nobar ini juga diisi dengan sesi tanya jawab antara peserta dan pembicara. Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh siswa adalah “biasanya apa yang menjadi penyebab seseorang melakukan cyberbullying?”
Pertanyaan ini mendapat tanggapan dari Dr. Anang Masduki, dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, yang menyatakan bullying dapat terjadi karena tekanan dari orang lain maupun keluarga. Di lingkungan sekolah, pelaku bullying mungkin merasa dirinya lebih superior dari orang lain, sehingga ia memutuskan mem-bully temannya yang dianggap lebih lemah.
Sejalan dengan paparan Anang, paparan materi kedua yang disampaikan oleh Sekjen Jaringan Media Siber Indonesia Pusat dan Dosen Ilmu Komunikasi UNESA Eko Pamuji. Eko menekankan pentingnya anak memahami pemanfaatan teknologi untuk hal positif.
”Pada saat kita membuat konten kita harus bisa membuat hal yang menarik perhatian banyak orang dan menampilkan kualitas yang baik, kita juga harus bisa menghargai rasa toleransi dan mempertahankan keunikan di masing-masing konten yang kita buat, karena konten yang kita buat adalah cerminan dari diri kita,” tutur Eko.
Eko juga mengingatkan agar anak menjadikan dunia digital sebagai ruang budaya, tempat berinteraksi dan belajar, sekaligus tempat di mana kita sebagai bangsa hadir dengan bermartabat.
Paparan terakhir disampaikan oleh Cia Gisela, key opinion leader yang berbagi materi tentang cakap bermedia digital untuk anak-anak. Sebagai pengguna internet, kita harus mengetahui dan memahami baik perangkat keras maupun perangkat lunak untuk menggunakan internet.
Setelah memahami, pengguna internet, terutama anak-anak harus selalu berhati-hati dan waspada saat menggunakan internet. Jangan membagikan data pribadi di media sosial maupun platform yang tidak kredibel.
“Tapi kalau mau main media sosial harus hati-hati, jangan mudah percaya dengan orang yang baru kalian kenal dan jauhi hal-hal yang yang merugikan kalian,” tegas Cia.
Penggunaan dompet digital untuk anak-anak pun harus mendapat pengawasan dari orang tua. Anak harus diberi pemahaman dan wawasan, terutama dalam menjaga password dompet digital masing-masing.
Kegiatan nobar ini juga diisi dengan sesi tanya jawab antara peserta dan pembicara. Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh siswa adalah “biasanya apa yang menjadi penyebab seseorang melakukan cyberbullying?”
Pertanyaan ini mendapat tanggapan dari Dr. Anang Masduki, dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, yang menyatakan bullying dapat terjadi karena tekanan dari orang lain maupun keluarga. Di lingkungan sekolah, pelaku bullying mungkin merasa dirinya lebih superior dari orang lain, sehingga ia memutuskan mem-bully temannya yang dianggap lebih lemah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda