Jangan Dianggap Sepele, Korban Pelecehan Seksual Bisa Depresi
Sabtu, 15 Agustus 2020 - 09:38 WIB
Maka, memang jalan terbaik korban pelecehan adalah bercerita kepada psikolog. Bahkan, masyarakat yang ingin mendampingi korban juga harus berkonsultasi dengan psikolog.
Penanganan yang dilakukan psikolog dimulai dari mengeluarkan semua emosi negatif. Para korban cenderung memiliki emosi negatif yang kuat. Korban akan diminta untuk menceritakan juga mengekspresikan. Menurut Iswan, korban diminta berekspresi sebebas-bebasnya, seperti mulai menangis, teriak, hingga memaki dengan kata-kata kasar.
"Biarkan saja begitu. Justru jika pasien kekerasan seksual diingatkan soal norma agama atau budaya, khawatir mereka akan semakin merasa berdosa atau sudah merasa melanggar budaya. Jadi, biarkan ekspresi apa adanya yang mereka rasakan," tuturnya. (Baca juga: Tok, OJK Bekukan Kegiatan Usaha Asuransi Jiwa Kresna)
Bagi pasien yang kemampuan verbalnya buruk, para psikolog biasanya menggunakan cara writing therapy. Bercerita melalui tulisan dapat juga berekspresi dengan gambar dan warna. Tahap ini juga menentukan penanganan selanjutnya.
Pada tahap awal inilah peran psikolog untuk membangun kepercayaan yang erat dengan korban. Membuat mereka percaya bahwa masih ada yang bisa mereka andalkan untuk bercerita, di samping membuat korban tenang dan merasa aman untuk berbagi cerita. Setelah itu, terapi dengan level yang lebih tinggi. Semua harus dilihat kasus per kasusnya dan bagaimana tanggapan orang terdekat korban.
Salah satunya, korban pelecehan yang sudah mengarah kepada kekerasan seksual, seperti pemerkosaan dan pencabulan. Menurut Dokter Spesialis Kejiwaan Citra Fitri Agustina, di rumah sakit ada pusat krisis terpadu dengan dokter forensik dan kejiwaan di dalamnya. Mereka akan berkolaborasi mengecek secara fisik dan psikis korban.
Citra menambahkan, trauma juga dapat langsung memengaruhi fisik, seperti yang mungkin terjadi pada wanita, yakni kondisi vaginismus atau penegangan otot vagina, sehingga tidak bisa penetrasi. "Sudah menikah, tapi tidak bisa melakukan hubungan suami istri, ada trauma masa lalu yang belum diobati," ungkapnya.
Dampak lain secara fisik, korban pemerkosaan ialah saat terus merasakan nyeri atau sakit saat melakukan hubungan seksual. Citra menjelaskan, akibat pemerkosaan pada masa lalu yang menimbulkan trauma dan rasa sakit sehingga di alam bawah sadar korban sudah tersugesti bahwa hubungan seksual pasti sakit. (Lihat videonya: Aksi Begal Asusila di Padang, Korban Mengalami Trauma)
Jika mengalami hal tersebut, sebaiknya segera ke dokter kejiwaan, sebab harus disembuhkan dulu traumanya. Juga tidak jarang banyak wanita yang merasa bersalah karena tidak dapat melayani suami atau masih merasa dirinya kotor, dan itu akan memicu stres sehingga vaginismus atau sakit saat berhubungan selalu terjadi.
"Dengan dokter kejiwaan nanti akan dilakukan terapi sesuai permasalahannya. Terpenting, pasangannya harus diedukasi untuk lebih mengerti dan membantu memotivasi korban," tutup Citra. (Ananda Nararya)
Penanganan yang dilakukan psikolog dimulai dari mengeluarkan semua emosi negatif. Para korban cenderung memiliki emosi negatif yang kuat. Korban akan diminta untuk menceritakan juga mengekspresikan. Menurut Iswan, korban diminta berekspresi sebebas-bebasnya, seperti mulai menangis, teriak, hingga memaki dengan kata-kata kasar.
"Biarkan saja begitu. Justru jika pasien kekerasan seksual diingatkan soal norma agama atau budaya, khawatir mereka akan semakin merasa berdosa atau sudah merasa melanggar budaya. Jadi, biarkan ekspresi apa adanya yang mereka rasakan," tuturnya. (Baca juga: Tok, OJK Bekukan Kegiatan Usaha Asuransi Jiwa Kresna)
Bagi pasien yang kemampuan verbalnya buruk, para psikolog biasanya menggunakan cara writing therapy. Bercerita melalui tulisan dapat juga berekspresi dengan gambar dan warna. Tahap ini juga menentukan penanganan selanjutnya.
Pada tahap awal inilah peran psikolog untuk membangun kepercayaan yang erat dengan korban. Membuat mereka percaya bahwa masih ada yang bisa mereka andalkan untuk bercerita, di samping membuat korban tenang dan merasa aman untuk berbagi cerita. Setelah itu, terapi dengan level yang lebih tinggi. Semua harus dilihat kasus per kasusnya dan bagaimana tanggapan orang terdekat korban.
Salah satunya, korban pelecehan yang sudah mengarah kepada kekerasan seksual, seperti pemerkosaan dan pencabulan. Menurut Dokter Spesialis Kejiwaan Citra Fitri Agustina, di rumah sakit ada pusat krisis terpadu dengan dokter forensik dan kejiwaan di dalamnya. Mereka akan berkolaborasi mengecek secara fisik dan psikis korban.
Citra menambahkan, trauma juga dapat langsung memengaruhi fisik, seperti yang mungkin terjadi pada wanita, yakni kondisi vaginismus atau penegangan otot vagina, sehingga tidak bisa penetrasi. "Sudah menikah, tapi tidak bisa melakukan hubungan suami istri, ada trauma masa lalu yang belum diobati," ungkapnya.
Dampak lain secara fisik, korban pemerkosaan ialah saat terus merasakan nyeri atau sakit saat melakukan hubungan seksual. Citra menjelaskan, akibat pemerkosaan pada masa lalu yang menimbulkan trauma dan rasa sakit sehingga di alam bawah sadar korban sudah tersugesti bahwa hubungan seksual pasti sakit. (Lihat videonya: Aksi Begal Asusila di Padang, Korban Mengalami Trauma)
Jika mengalami hal tersebut, sebaiknya segera ke dokter kejiwaan, sebab harus disembuhkan dulu traumanya. Juga tidak jarang banyak wanita yang merasa bersalah karena tidak dapat melayani suami atau masih merasa dirinya kotor, dan itu akan memicu stres sehingga vaginismus atau sakit saat berhubungan selalu terjadi.
"Dengan dokter kejiwaan nanti akan dilakukan terapi sesuai permasalahannya. Terpenting, pasangannya harus diedukasi untuk lebih mengerti dan membantu memotivasi korban," tutup Citra. (Ananda Nararya)
tulis komentar anda