Denny JA Tuangkan 17 Tahun Kiprahnya sebagai Konsultan Politik lewat Buku
Jum'at, 14 Agustus 2020 - 16:18 WIB
JAKARTA - Nama Denny JA tidak asing di panggung perpolitikan Tanah Air, terutama dalam kiprahnya sebagai konsultan politik dan praktisi lembaga survei. Tahun ini, genap 17 tahun Denny JA aktif berkecimpung di bidang ini. Tak ingin melewatkan begitu saja perjalanan panjang di balik sejarah perpolitikan Tanah Air, Denny JA pun menulis sebuah buku berjudul Membangun Legacy: 10 P dalam Marketing Politik, Teori dan Praktek.
Dalam bukunya, Denny JA menceritakan perjalanan panjang perpolitikan Indonesia dengan berbagai dinamikanya. Menurutnya, Maret 2005 menjadi sejarah tersendiri dan akan dikenang sebagai revolusi diam-diam dalam politik pemilu Indonesia. Saat itu adalah periode berakhirnya politik tradisional. Periode itu awal lahirnya politik modern yang mengawinkan politik praktis dengan ilmu pengetahuan.
"Sebelum bulan Maret 2005, partai politik memenangkan pertarungan dalam pemilu dan pilkada berdasarkan insting dan pengalaman. Tapi sejak Maret 2005, partai politik menggunakan data, riset, lembaga survei dan konsultan politik untuk betarung dalam pemilu atau pilkada," katanya dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Jumat (14/8/2020).( )
LSI Denny JA dan Partai Golkar yang memulai tradisi itu. Yaitu tradisi digunakannya lembaga survei untuk menjaring kandidat. Denny JA mengisahkan momen itu dalam salah satu bab bukunya tersebut.
Dalam bukunya, Denny JA juga menuliskan pengalamannya ikut memenangkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai presiden pada 2004, dan Partai Golkar juara kembali pada tahun yang sama.
Dia juga mengaku melobi Partai Golkar pada 2005, dan politik pemilu pun berubah. Untuk pertama kalinya pada tahun itu, partai politik menandatangani kerja sama dengan lembaga survei dan konsultan politik, yakni Lingkaran Survei Indonesia/LSI Denny JA dengan menjaring 200 calon kepala daerah untuk menghadapi pilkada langsung pertama di Indonesia. Golkar saat itu diwakili Andi Matalata, disaksikan Ruly Chairul Azwar. Sementara Denny sendiri mewakili LSI Denny JA.
Selanjutnya, tradisi partai politk menggunakan lembaga survei dominan hingga hari ini. Kultur politik Indonesia pun berubah dengan lahirnya para profsional di bidang marketing politik. ( )
Selama 17 tahun berkecimpung sebagai praktisi konsultan politik dan lembaga survei, Denny JA mendapatkan berbagai penghargaan, seperti dari Time Magazine, dan memecahkan rekor dunia World Guiness Book of Record, dan penghargaan dari Twitter Inc.
Denny JA juga sudah ikut memenangkan seluruh pemilu presiden langsung sebanyak empat kali berturut-turut, 33 Gubernur dan 95 bupati/wali kota.
Denny JA dan LSI juga menorehkan semua rekor MURI untuk quick count paling akurat, paling cepat, prediksi banyaknya survei paling akurat yang diiklankan sebelum pemilu/pilkada, juga rekor banyaknya berita headline koran nasional halaman satu.( )
Kini, Denny JA merenungkan kiprahnya selaku the founding father konsultan politik Indonesia lewat buku. Ia pun menyumbangkan teori baru dalam marketing politik yang dirumuskan dalam 10 P. Denny pun membukukan pengalamannya dalam bentuk renungan teori marketing politik.
Prinsip 10 P itu terdiri dari Pro Innovation, Public Opinion, Polling, Product, Positioning, Profiling, Pull Marketing, Push Marketing, Post-Election, dan Political Legacy.
Dalam bukunya, Denny JA menceritakan perjalanan panjang perpolitikan Indonesia dengan berbagai dinamikanya. Menurutnya, Maret 2005 menjadi sejarah tersendiri dan akan dikenang sebagai revolusi diam-diam dalam politik pemilu Indonesia. Saat itu adalah periode berakhirnya politik tradisional. Periode itu awal lahirnya politik modern yang mengawinkan politik praktis dengan ilmu pengetahuan.
"Sebelum bulan Maret 2005, partai politik memenangkan pertarungan dalam pemilu dan pilkada berdasarkan insting dan pengalaman. Tapi sejak Maret 2005, partai politik menggunakan data, riset, lembaga survei dan konsultan politik untuk betarung dalam pemilu atau pilkada," katanya dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Jumat (14/8/2020).( )
LSI Denny JA dan Partai Golkar yang memulai tradisi itu. Yaitu tradisi digunakannya lembaga survei untuk menjaring kandidat. Denny JA mengisahkan momen itu dalam salah satu bab bukunya tersebut.
Dalam bukunya, Denny JA juga menuliskan pengalamannya ikut memenangkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai presiden pada 2004, dan Partai Golkar juara kembali pada tahun yang sama.
Dia juga mengaku melobi Partai Golkar pada 2005, dan politik pemilu pun berubah. Untuk pertama kalinya pada tahun itu, partai politik menandatangani kerja sama dengan lembaga survei dan konsultan politik, yakni Lingkaran Survei Indonesia/LSI Denny JA dengan menjaring 200 calon kepala daerah untuk menghadapi pilkada langsung pertama di Indonesia. Golkar saat itu diwakili Andi Matalata, disaksikan Ruly Chairul Azwar. Sementara Denny sendiri mewakili LSI Denny JA.
Selanjutnya, tradisi partai politk menggunakan lembaga survei dominan hingga hari ini. Kultur politik Indonesia pun berubah dengan lahirnya para profsional di bidang marketing politik. ( )
Selama 17 tahun berkecimpung sebagai praktisi konsultan politik dan lembaga survei, Denny JA mendapatkan berbagai penghargaan, seperti dari Time Magazine, dan memecahkan rekor dunia World Guiness Book of Record, dan penghargaan dari Twitter Inc.
Denny JA juga sudah ikut memenangkan seluruh pemilu presiden langsung sebanyak empat kali berturut-turut, 33 Gubernur dan 95 bupati/wali kota.
Denny JA dan LSI juga menorehkan semua rekor MURI untuk quick count paling akurat, paling cepat, prediksi banyaknya survei paling akurat yang diiklankan sebelum pemilu/pilkada, juga rekor banyaknya berita headline koran nasional halaman satu.( )
Kini, Denny JA merenungkan kiprahnya selaku the founding father konsultan politik Indonesia lewat buku. Ia pun menyumbangkan teori baru dalam marketing politik yang dirumuskan dalam 10 P. Denny pun membukukan pengalamannya dalam bentuk renungan teori marketing politik.
Prinsip 10 P itu terdiri dari Pro Innovation, Public Opinion, Polling, Product, Positioning, Profiling, Pull Marketing, Push Marketing, Post-Election, dan Political Legacy.
(abd)
tulis komentar anda