Data Riset Analitika Ungkap Elektabilitas Prabowo-Gibran, Ini Penjelasannya
Sabtu, 10 Februari 2024 - 18:07 WIB
"Sepanjang periode Oktober 2023-Januari 2024 terjadi migrasi pemilih yang signifikan dari mendukung Ganjar-Mahfud, beralih ke pasangan 2," tandas Nana.
Tampilnya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres mengubah peta dukungan pemilih. Pemilih yang sebelumnya merupakan pendukung kuat Presiden Jokowi bergeser dari semula condong kepada sosok Ganjar Pranowo menjadi memilih Prabowo.
"Munculnya Gibran semakin meyakinkan ke mana arah dukungan Jokowi," terang Nana.
Sebelumnya terjadi perimbangan di mana tingkat dukungan baik terhadap Prabowo maupun Ganjar hampir sama kuatnya. Jokowi saat itu belum menunjukkan kejelasan sikapnya, bahkan Ganjar pernah difavoritkan oleh Jokowi sebagai penggantinya pasca-2024 kelak.
"Perpecahan yang semakin mendalam antara Jokowi dan kalangan elite PDIP membuat arah dukungan Jokowi kemudian bergeser sepenuhnya kepada Prabowo," ungkap Nana.
Hasilnya, elektabilitas Prabowo-Gibran ikut terkerek naik meninggalkan Ganjar-Mahfud. Untuk makin meyakinkan pemilih yang masih ragu-ragu atau belum memutuskan, Jokowi melancarkan serangan ke basis-basis PDIP di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selama Januari lalu, Jokowi gencar berkunjung diikuti dengan pembagian bansos yang sangat masif.
"Jokowi ingin memastikan bahwa dukungannya terhadap Prabowo-Gibran bisa memperkuat peluang kemenangan supaya tidak berlarut-larut," tegas Nana.
Dengan elektabilitas yang kokoh di atas 50 persen, Prabowo-Gibran diyakini bakal memenangkan pertarungan. Kemenangan Prabowo-Gibran juga memastikan kuatnya arah keberlanjutan bagi program-program Jokowi.
"Keragu-raguan Ganjar-Mahfud, maupun perubahan yang digaungkan Anies-Muhaimin, terbukti kurang mendapat dukungan publik," pungkas Nana.
Survei Data Riset Analitika dilakukan pada 1-7 Februari 2024, secara tatap muka kepada 1200 responden mewakili 38 provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Tampilnya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres mengubah peta dukungan pemilih. Pemilih yang sebelumnya merupakan pendukung kuat Presiden Jokowi bergeser dari semula condong kepada sosok Ganjar Pranowo menjadi memilih Prabowo.
"Munculnya Gibran semakin meyakinkan ke mana arah dukungan Jokowi," terang Nana.
Sebelumnya terjadi perimbangan di mana tingkat dukungan baik terhadap Prabowo maupun Ganjar hampir sama kuatnya. Jokowi saat itu belum menunjukkan kejelasan sikapnya, bahkan Ganjar pernah difavoritkan oleh Jokowi sebagai penggantinya pasca-2024 kelak.
"Perpecahan yang semakin mendalam antara Jokowi dan kalangan elite PDIP membuat arah dukungan Jokowi kemudian bergeser sepenuhnya kepada Prabowo," ungkap Nana.
Hasilnya, elektabilitas Prabowo-Gibran ikut terkerek naik meninggalkan Ganjar-Mahfud. Untuk makin meyakinkan pemilih yang masih ragu-ragu atau belum memutuskan, Jokowi melancarkan serangan ke basis-basis PDIP di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selama Januari lalu, Jokowi gencar berkunjung diikuti dengan pembagian bansos yang sangat masif.
"Jokowi ingin memastikan bahwa dukungannya terhadap Prabowo-Gibran bisa memperkuat peluang kemenangan supaya tidak berlarut-larut," tegas Nana.
Dengan elektabilitas yang kokoh di atas 50 persen, Prabowo-Gibran diyakini bakal memenangkan pertarungan. Kemenangan Prabowo-Gibran juga memastikan kuatnya arah keberlanjutan bagi program-program Jokowi.
"Keragu-raguan Ganjar-Mahfud, maupun perubahan yang digaungkan Anies-Muhaimin, terbukti kurang mendapat dukungan publik," pungkas Nana.
Survei Data Riset Analitika dilakukan pada 1-7 Februari 2024, secara tatap muka kepada 1200 responden mewakili 38 provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
tulis komentar anda