Menteri LHK Sebut Indonesia Terus Berproses Menuju Transformasi Lingkungan
Jum'at, 02 Februari 2024 - 17:05 WIB
JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menyebutkan, bahwa Indonesia harus terus mengikuti turbulensi dan berproses menuju sebuah titik keseimbangan lingkungan. Hal ini dikatakan Menteri Siti saat memberikan kuliah umum di Jakarta, Kamis 1 Februari 2024.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Siti membahas transformasi lingkungan Indonesia menuju titik keseimbangan.
"Pada saat yang sama, kita terus membangun paradigmatik pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, dengan pijakan sustainability dengan pendekatan environment, social dan governance (ESG)," kata Menteri Siti dalam keterangannya, Jumat (2/2/2024).
"Kita terus ikuti turbulensinya. Saya percaya turbulensi masih akan terus berjalan, karena di lingkungan disebutnya homeostasis, turbulensi yang terus bergerak secara spiraltik, bukan linier. Saya setuju dalam hal ini ESG yang menjadi pegangan," tambahnya.
Kemudian Menteri Siti menjelaskan, selama hampir 10 tahun ini, kita berbicara tentang situasi kompleksitas masalahnya. Sebetulnya masalah itu sudah diketahui, tetapi lantas membedahnya seperti apa, kemudian bagaimana langkah-langkah korektifnya.
"Selain itu, didapatkan juga persoalan apa yang menjadi kunci seperti deforestasi, karhutla, hutan sosial, karbon dan kebijakan alokasi sumber daya serta tentu saja instrumen-instrumen perencanaan pengawasannya," jelasnya.
Lebih lanjut Menteri Siti mengatakan, transformasi ekonomi lingkungan juga ditempuh melalui upaya untuk mendorong percepatan rekonfigurasi skenario bisnis berbasis SDA, dari big-resources and small-value, menuju small-resources and big-value, seperti bio-prospecting dan teknologi sebagai basisnya.
Optimalisasi perizinan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan (hutan) untuk investasi berwawasan lingkungan, dan membangun produktivitas rakyat pun menjadi perhatian penting.
Hal tersebut dibarengi penguatan instrumen perlindungan dan pengelolaan lingkungan serta perangkat perencanaan, pengawasan, dan pengendalian (Renwasdal) untuk memastikan terwujudnya investasi berwawasan lingkungan.
"Yang terbaru, tranformasi lingkungan diwujudkan melalui aktualisasi nilai ekonomi karbon untuk pengendalian emisi GRK dalam pembangunan nasional dan stimulasi," ucapnya.
Selanjutnya Menteri Siti mengatakan, ada dua esensi pokok pada aspek lingkungan agar berhasil, yaitu pertama kebijakan, apakah insentif atau disinsentif, dan yang kedua, kampanye publik.
"Untuk poin kedua ini, kita akan kembangkan kerja sama untuk membangun komunikasi publik yang lebih konkret, dengan melibatkan kampus/akademisi juga para jurnalis," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Siti membahas transformasi lingkungan Indonesia menuju titik keseimbangan.
"Pada saat yang sama, kita terus membangun paradigmatik pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, dengan pijakan sustainability dengan pendekatan environment, social dan governance (ESG)," kata Menteri Siti dalam keterangannya, Jumat (2/2/2024).
"Kita terus ikuti turbulensinya. Saya percaya turbulensi masih akan terus berjalan, karena di lingkungan disebutnya homeostasis, turbulensi yang terus bergerak secara spiraltik, bukan linier. Saya setuju dalam hal ini ESG yang menjadi pegangan," tambahnya.
Kemudian Menteri Siti menjelaskan, selama hampir 10 tahun ini, kita berbicara tentang situasi kompleksitas masalahnya. Sebetulnya masalah itu sudah diketahui, tetapi lantas membedahnya seperti apa, kemudian bagaimana langkah-langkah korektifnya.
"Selain itu, didapatkan juga persoalan apa yang menjadi kunci seperti deforestasi, karhutla, hutan sosial, karbon dan kebijakan alokasi sumber daya serta tentu saja instrumen-instrumen perencanaan pengawasannya," jelasnya.
Lebih lanjut Menteri Siti mengatakan, transformasi ekonomi lingkungan juga ditempuh melalui upaya untuk mendorong percepatan rekonfigurasi skenario bisnis berbasis SDA, dari big-resources and small-value, menuju small-resources and big-value, seperti bio-prospecting dan teknologi sebagai basisnya.
Optimalisasi perizinan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan (hutan) untuk investasi berwawasan lingkungan, dan membangun produktivitas rakyat pun menjadi perhatian penting.
Hal tersebut dibarengi penguatan instrumen perlindungan dan pengelolaan lingkungan serta perangkat perencanaan, pengawasan, dan pengendalian (Renwasdal) untuk memastikan terwujudnya investasi berwawasan lingkungan.
"Yang terbaru, tranformasi lingkungan diwujudkan melalui aktualisasi nilai ekonomi karbon untuk pengendalian emisi GRK dalam pembangunan nasional dan stimulasi," ucapnya.
Selanjutnya Menteri Siti mengatakan, ada dua esensi pokok pada aspek lingkungan agar berhasil, yaitu pertama kebijakan, apakah insentif atau disinsentif, dan yang kedua, kampanye publik.
"Untuk poin kedua ini, kita akan kembangkan kerja sama untuk membangun komunikasi publik yang lebih konkret, dengan melibatkan kampus/akademisi juga para jurnalis," katanya.
(maf)
tulis komentar anda