Persaingan Menuju Pilpres 2024, Elektabilitas Semu Kepala Daerah
Rabu, 12 Agustus 2020 - 08:28 WIB
“Saya setuju bahwa, syarat nomor satu untuk maju (di pilpres) itu lewat parpol, dan itu tentu tokoh parpol yang berpeluang karena bagaimana pun ketumnya yang tanda tangani pencalonan,” ujar Direktur Eksekutif Indobarometer M Qodari saat dihubungi kemarin.
Meski demikian, tetap ada celah bagi figure lain di luar parpol termasuk para gubernur. Menurut Qodari, ketua umum parpol nanti tetap akan realisitis melihat dukungan yang tercermin pada survei. Karena itu kombinasi antara syarat dukungan partai dengan elektabilitas akan menciptakan matrix.
Dijelaskan, nanti terlihat ada ketua umum parpol yang punya kursi tapi tidak punya elektabilitas. Ada juga ketua umum parpol yang punya kursi dan punya elektabilitas. Selain itu, ada juga tokoh punya elektabilitas tapi tidak punya partai.
“Nah, yang paling berpotensi maju adalah tokoh yang punya partai dan punya elektabilitas. Pada titik ini ada Prabowo Subianto. Dia punya kursi 14% di parlemen dan tinggal gandeng satu partai menengah, atau besar,” paparnya.
Elektabilitas Kepala Daerah Sesaat
Salah satu faktor lain yang membuat peluang gubernur kecil untuk bisa menjadi capres adalah elektabilitas yang bisa turun jelang pipres. Penurunan tak lepas dari berakhirnya masa jabatan mereka sebagai kepala daerah.
Anies Baswedan misalnya akan mengakhiri jabatan pada 2022 atau dua tahun jelang pilpres. Sedangkan Ridwan Kamil, Ganjar dan Khofifah juga akan mengakhiri masa jabatan pada 2023 atau setahun jelang pilpres. Kondisi ini akan membuat para gubernur jadi kehilangan “panggung” untuk menjaga elektabilitas.
Belum lagi jika pandemic Covid-19 berakhir. Menurut Qodari mungkin saja elektabilitas para gubernur turun karena selama pandemi ini eksposure memang paling banyak terjadi kepada mereka. (Baca juga: Dor! Pria di Palembang Meregang Nyawa Ditembak di Depan Musala)
Qodari mengakui, pandemi secara tidak langsung memberi panggung kepada para gubernur. Mereka jadi terkenal dan punya elektabilitas tinggi karena wilayah yang dipimpinnya juga punya penduduk besar. Karena itu, gubernur Jabar, Jateng dan Jatim menurt dia memang potensial maju capres karena faktor jumlah pemilih itu. Jumlah pemilih Jabar menurut Qodari mencapai 18%, Jatim 16%, dan Jateng 13%. “Tiga provinsi ini sudah hampir separuh penduduk Indonesia. DKI penduduknya Cuma 5% tapi eksposurenya nasional,” katanya.
Soal elektabilitas gubernur akan turun jika pandemik sudah tidak ada lagi, Qodari mengatakan itu bisa saja terjadi. “Apakah elektabilitasnya akan bertahan atau tidak, kita lihat nanti karena untuk tampil di pilpres tentu tidak hanya perlu pandemi,” ujarnya.
Meski demikian, tetap ada celah bagi figure lain di luar parpol termasuk para gubernur. Menurut Qodari, ketua umum parpol nanti tetap akan realisitis melihat dukungan yang tercermin pada survei. Karena itu kombinasi antara syarat dukungan partai dengan elektabilitas akan menciptakan matrix.
Dijelaskan, nanti terlihat ada ketua umum parpol yang punya kursi tapi tidak punya elektabilitas. Ada juga ketua umum parpol yang punya kursi dan punya elektabilitas. Selain itu, ada juga tokoh punya elektabilitas tapi tidak punya partai.
“Nah, yang paling berpotensi maju adalah tokoh yang punya partai dan punya elektabilitas. Pada titik ini ada Prabowo Subianto. Dia punya kursi 14% di parlemen dan tinggal gandeng satu partai menengah, atau besar,” paparnya.
Elektabilitas Kepala Daerah Sesaat
Salah satu faktor lain yang membuat peluang gubernur kecil untuk bisa menjadi capres adalah elektabilitas yang bisa turun jelang pipres. Penurunan tak lepas dari berakhirnya masa jabatan mereka sebagai kepala daerah.
Anies Baswedan misalnya akan mengakhiri jabatan pada 2022 atau dua tahun jelang pilpres. Sedangkan Ridwan Kamil, Ganjar dan Khofifah juga akan mengakhiri masa jabatan pada 2023 atau setahun jelang pilpres. Kondisi ini akan membuat para gubernur jadi kehilangan “panggung” untuk menjaga elektabilitas.
Belum lagi jika pandemic Covid-19 berakhir. Menurut Qodari mungkin saja elektabilitas para gubernur turun karena selama pandemi ini eksposure memang paling banyak terjadi kepada mereka. (Baca juga: Dor! Pria di Palembang Meregang Nyawa Ditembak di Depan Musala)
Qodari mengakui, pandemi secara tidak langsung memberi panggung kepada para gubernur. Mereka jadi terkenal dan punya elektabilitas tinggi karena wilayah yang dipimpinnya juga punya penduduk besar. Karena itu, gubernur Jabar, Jateng dan Jatim menurt dia memang potensial maju capres karena faktor jumlah pemilih itu. Jumlah pemilih Jabar menurut Qodari mencapai 18%, Jatim 16%, dan Jateng 13%. “Tiga provinsi ini sudah hampir separuh penduduk Indonesia. DKI penduduknya Cuma 5% tapi eksposurenya nasional,” katanya.
Soal elektabilitas gubernur akan turun jika pandemik sudah tidak ada lagi, Qodari mengatakan itu bisa saja terjadi. “Apakah elektabilitasnya akan bertahan atau tidak, kita lihat nanti karena untuk tampil di pilpres tentu tidak hanya perlu pandemi,” ujarnya.
tulis komentar anda