Blusukan ke Pasar Rau, Siti Atikoh Soroti Pentingnya Stabilitas Harga Bahan Pokok
Senin, 11 Desember 2023 - 11:13 WIB
JAKARTA - Istri calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh menyoroti pentingnya kestabilan harga kebutuhan bahan pokok agar tidak merugikan petani saat harga rendah dan merugikan konsumen saat biaya melambung. Hal itu disampaikan Atikoh setelah blusukan memantau harga kebutuhan pokok di Pasar Rau, Kota Serang, Banten, Senin (11/12/2023).
"Ada dua ini, sih, ya, di satu sisi petani senang (ketika harga cabai tinggi), tetapi konsumennya kasihan, cuma harus ada intervensi dari pemerintah ketika harga rendah itu hasil petani bisa ditampung kemudian nanti dikeluarkan ketika harganya itu tinggi," kata Atikoh kepada awak media.
Ibunda Alam Ganjar itu kemudian mencontohkan ketidakstabilan harga yang pada akhirnya merugikan pada komoditas bawang merah. "Juga kayak kemarin kaya bawang merah kasihan sekali yang musim sebelumnya bulan September Rp18 ribu, tetapi dijual hanya Rp8 ribu. Jadi, ruginya banyak banget,” katanya.
“Tetapi ketika harga tinggi mereka untung, tetapi konsumennya kasian. Jadi dua duanya harus saling menguntungkan. Kalau harga stabil insyaallah akan menguntungkan juga," sambungnya.
Atikoh memulai blusukan di Pasar Rau sekitar pukul 07.50 WIB dan langsung mendatangi para pedagang yang menjajakan dagangan. Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu misalnya sempat mendatangi pedagang cabai dan berdialog mengetahui harga bahan pokok tersebut.
"Ini cabai sekarang harga berapa per kilo?" tanya Atikoh.
"Sekarang Rp100 ribu per kilonya, Bu," jawab di pedang cabai.
Atikoh lantas mengatakan harga cabai di Pasar Rau berbeda dari tempat lain yang dikunjungi wanita kelahiran Jawa Tengah itu sebelumnya. Menurutnya, harga cabai di sebuah pasar di Yogyakarta yang sedang tinggi mencapai Rp130 ribu per kilogram.
"Kemarin (harga) bisa sampai Rp130 ribu per kilo," tuturnya.
Lihat Juga: PDIP Anggap Janggal Hakim PTUN Tak Menerima Gugatan Pencalonan Gibran: Kita Menang Dismissal
"Ada dua ini, sih, ya, di satu sisi petani senang (ketika harga cabai tinggi), tetapi konsumennya kasihan, cuma harus ada intervensi dari pemerintah ketika harga rendah itu hasil petani bisa ditampung kemudian nanti dikeluarkan ketika harganya itu tinggi," kata Atikoh kepada awak media.
Ibunda Alam Ganjar itu kemudian mencontohkan ketidakstabilan harga yang pada akhirnya merugikan pada komoditas bawang merah. "Juga kayak kemarin kaya bawang merah kasihan sekali yang musim sebelumnya bulan September Rp18 ribu, tetapi dijual hanya Rp8 ribu. Jadi, ruginya banyak banget,” katanya.
Baca Juga
“Tetapi ketika harga tinggi mereka untung, tetapi konsumennya kasian. Jadi dua duanya harus saling menguntungkan. Kalau harga stabil insyaallah akan menguntungkan juga," sambungnya.
Atikoh memulai blusukan di Pasar Rau sekitar pukul 07.50 WIB dan langsung mendatangi para pedagang yang menjajakan dagangan. Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu misalnya sempat mendatangi pedagang cabai dan berdialog mengetahui harga bahan pokok tersebut.
"Ini cabai sekarang harga berapa per kilo?" tanya Atikoh.
"Sekarang Rp100 ribu per kilonya, Bu," jawab di pedang cabai.
Atikoh lantas mengatakan harga cabai di Pasar Rau berbeda dari tempat lain yang dikunjungi wanita kelahiran Jawa Tengah itu sebelumnya. Menurutnya, harga cabai di sebuah pasar di Yogyakarta yang sedang tinggi mencapai Rp130 ribu per kilogram.
"Kemarin (harga) bisa sampai Rp130 ribu per kilo," tuturnya.
Lihat Juga: PDIP Anggap Janggal Hakim PTUN Tak Menerima Gugatan Pencalonan Gibran: Kita Menang Dismissal
(rca)
tulis komentar anda