Gerindra dan PDIP Kembali Mesra, Spekulasi Koalisi di 2024 Dinilai Cukup Logis
Sabtu, 08 Agustus 2020 - 14:42 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menyatakan sambutan dan ucapan selamat dalam suatu kegiatan partai merupakan hal lazim. Demikian pula, jika Ketua Umum PDIP, Megawati Sukarnoputri memberikan sambutan untuk mengucapkan selamat dan menyampaikan pesan pemikiran pada acara Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerindra adalah hal biasa.
Meski demikian, Karyono mengakui hubungan PDIP dan Gerindra terlihat akrab, terutama hubungan antara Megawati dengan Prabowo Subianto . Kedua tokoh itu saling hormat menghormati meskipun tak bisa dipungkiri terkadang ada perbedaan pandangan dan kepentingan politik. Namun, keakraban Mega dengan Prabowo sebagai sahabat tak pernah putus meski hubungan PDIP dan Gerindra mengalami pasang surut. (Baca juga: Relasi Politik Megawati-SBY 'Buruk', Duet Pasangan Muda AHY-Puan Sulit Terwujud)
"Pada Pilpres 2009 Gerindra dan PDIP berkoalisi mengusung Mega dan Prabowo berpasangan sebagai capres dan cawapres. Lalu, pada Pemilu Presiden 2014 dan 2019 PDIP mengusung Joko Widodo sebagai capres berhadapan dengan Gerindra yang mengusung Prabowo," ujar Karyono saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (8/8/2020).
Menurut Karyono, pasca Pilpres 2019 hubungan antara Gerindra dan PDIP kembali mesra. Bahkan munurut info, Megawati lah yang mengajak Gerindra masuk bergabung ke dalam koalisi pemerintahan Jokowi-KH Maruf Amin.
Ia melihat kedekatan Gerindra dan PDIP kini ditunjukkan kembali dalam acara KLB Partai Gerindra dimana Ketua Umum PDIP Megawati mendapat kehormatan untuk memberikan kata sambutan di acara tersebut.
Dia menganggap meskipun peristiwa tersebut merupakan peristiwa politik biasa tetapi tak bisa dielakkan bisa menimbulkan beragam persepsi publik dan memunculkan pelbagai spekulasi yang menghubungkan dengan kepentingan politik Pilpres 2024 di mana banyak pihak memprediksi PDIP dan Gerindra akan berkoalisi.
Karyono menambahkan pendapat spekulasi seperti ini memang cukup logis jika melihat kedekatan PDIP dengan Gerindra akhir-akhir ini tetapi bisa benar bisa tidak karena pergulatan politik ke depan masih dinamis. (Baca juga: Menakar Peluang Puan dan AHY di 2024, Pengamat: Mentok Jadi Cawapres)
"Keadaan bisa berubah setiap saat, tergantung dinamika politik yang berkembang. Sehingga pada Pilpres 2024 nanti PDIP dan Gerindra bisa koalisi tapi bisa juga tidak," pungkas dia.
Meski demikian, Karyono mengakui hubungan PDIP dan Gerindra terlihat akrab, terutama hubungan antara Megawati dengan Prabowo Subianto . Kedua tokoh itu saling hormat menghormati meskipun tak bisa dipungkiri terkadang ada perbedaan pandangan dan kepentingan politik. Namun, keakraban Mega dengan Prabowo sebagai sahabat tak pernah putus meski hubungan PDIP dan Gerindra mengalami pasang surut. (Baca juga: Relasi Politik Megawati-SBY 'Buruk', Duet Pasangan Muda AHY-Puan Sulit Terwujud)
"Pada Pilpres 2009 Gerindra dan PDIP berkoalisi mengusung Mega dan Prabowo berpasangan sebagai capres dan cawapres. Lalu, pada Pemilu Presiden 2014 dan 2019 PDIP mengusung Joko Widodo sebagai capres berhadapan dengan Gerindra yang mengusung Prabowo," ujar Karyono saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (8/8/2020).
Menurut Karyono, pasca Pilpres 2019 hubungan antara Gerindra dan PDIP kembali mesra. Bahkan munurut info, Megawati lah yang mengajak Gerindra masuk bergabung ke dalam koalisi pemerintahan Jokowi-KH Maruf Amin.
Ia melihat kedekatan Gerindra dan PDIP kini ditunjukkan kembali dalam acara KLB Partai Gerindra dimana Ketua Umum PDIP Megawati mendapat kehormatan untuk memberikan kata sambutan di acara tersebut.
Dia menganggap meskipun peristiwa tersebut merupakan peristiwa politik biasa tetapi tak bisa dielakkan bisa menimbulkan beragam persepsi publik dan memunculkan pelbagai spekulasi yang menghubungkan dengan kepentingan politik Pilpres 2024 di mana banyak pihak memprediksi PDIP dan Gerindra akan berkoalisi.
Karyono menambahkan pendapat spekulasi seperti ini memang cukup logis jika melihat kedekatan PDIP dengan Gerindra akhir-akhir ini tetapi bisa benar bisa tidak karena pergulatan politik ke depan masih dinamis. (Baca juga: Menakar Peluang Puan dan AHY di 2024, Pengamat: Mentok Jadi Cawapres)
"Keadaan bisa berubah setiap saat, tergantung dinamika politik yang berkembang. Sehingga pada Pilpres 2024 nanti PDIP dan Gerindra bisa koalisi tapi bisa juga tidak," pungkas dia.
(kri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda