Mahfud MD Ingatkan Anak Muda Harus Aktif, Ini 5 Faktor yang Memengaruhi Apatisme Politik
Sabtu, 11 November 2023 - 09:06 WIB
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD memberikan peringatan kepada anak muda agar menghindari apatisme politik. Apa saja faktor yang memengaruhi apatisme politik?
"Pemilu bukanlah untuk memilih manusia yang sempurna, karena tidak ada manusia yang sempurna. Pemilu seharusnya bertujuan menghindarkan orang jahat menjadi pemimpin kita," kata Mahfud MD setelah memberikan orasi ilmiah di acara Dies Natalis ke-57 Universitas Pancasila, Kamis (9/11/2023).
Dalam sambutannya, Mahfud mengajak masyarakat untuk menilai baik dan buruk dari setiap calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). "Saudara dapat memilih berdasarkan kepentingan dan aspirasi pribadi," ujarnya.
Mahfud yang merupakan Cawapres 2024 mendampingi Capres Ganjar Pranowo ini juga mendorong anak muda untuk tidak apatis terhadap pemilu dan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang telah terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
Ia menekankan pentingnya partisipasi aktif anak muda dalam praktik demokrasi, menyampaikan aspirasi, dan memilih presiden yang dianggap terbaik. "Jangan apatis, anak-anak muda harus aktif. Anak-anak muda akan memimpin negara ini di masa depan," tegas Mahfud.
Apatisme politik, sikap tidak berminat terhadap politik, tidak hanya terjadi di kalangan muda tetapi juga merambah generasi sebelumnya. Sejumlah faktor yang mempengaruhi apatisme politik kerap muncul di masyarakat menjadi sorotan.
Apatisme politik dijelaskan sebagai ketidakberpartisipan dan penarikan diri dari proses politik. Melansir Laster Milbarth dalam Political Participation, apatisme adalah ketidakberaktivitasan partisipatif, serta ketidakpartisipan dalam pemilihan.
Meskipun secara teknis apatisme politik dikategorikan sebagai "Apoliti" yang merupakan bagian dari partisipasi politik, partisipasi dari individu yang apatis terhadap politik biasanya terwujud dalam bentuk golput atau golongan putih.
"Pemilu bukanlah untuk memilih manusia yang sempurna, karena tidak ada manusia yang sempurna. Pemilu seharusnya bertujuan menghindarkan orang jahat menjadi pemimpin kita," kata Mahfud MD setelah memberikan orasi ilmiah di acara Dies Natalis ke-57 Universitas Pancasila, Kamis (9/11/2023).
Dalam sambutannya, Mahfud mengajak masyarakat untuk menilai baik dan buruk dari setiap calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). "Saudara dapat memilih berdasarkan kepentingan dan aspirasi pribadi," ujarnya.
Mahfud yang merupakan Cawapres 2024 mendampingi Capres Ganjar Pranowo ini juga mendorong anak muda untuk tidak apatis terhadap pemilu dan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang telah terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
Ia menekankan pentingnya partisipasi aktif anak muda dalam praktik demokrasi, menyampaikan aspirasi, dan memilih presiden yang dianggap terbaik. "Jangan apatis, anak-anak muda harus aktif. Anak-anak muda akan memimpin negara ini di masa depan," tegas Mahfud.
Apatisme politik, sikap tidak berminat terhadap politik, tidak hanya terjadi di kalangan muda tetapi juga merambah generasi sebelumnya. Sejumlah faktor yang mempengaruhi apatisme politik kerap muncul di masyarakat menjadi sorotan.
5 Faktor yang Mempengaruhi Apatisme Politik
Apatisme politik dijelaskan sebagai ketidakberpartisipan dan penarikan diri dari proses politik. Melansir Laster Milbarth dalam Political Participation, apatisme adalah ketidakberaktivitasan partisipatif, serta ketidakpartisipan dalam pemilihan.
Meskipun secara teknis apatisme politik dikategorikan sebagai "Apoliti" yang merupakan bagian dari partisipasi politik, partisipasi dari individu yang apatis terhadap politik biasanya terwujud dalam bentuk golput atau golongan putih.
Lihat Juga :
tulis komentar anda