UMKM Menjadi Solusi Persoalan Ketenagakerjaan dan Permintaan (Bagian terakhir dari dua tulisan)

Kamis, 06 Agustus 2020 - 06:05 WIB
Motivation Factor

Pilar ketiga pelibatan UMKM dalam pemberdayaan mereka adalah motivaton factor atau menyisipkan unsur motivasi dalam setiap kegiatan. Di Ciletuh, unsur motivasi itu diimplementasikan dalam gagasan bahwa jika kawasan Geopark bersih dari sampah plastik, kawasan itu akan makin banyak didatangi wisatawan. Dampak makin meningkatnya kunjungan wisatawan tentu langsung pada perekonomian masyarakat, yakni meningkatkan tingkat keterisian homestay, bertambahnya usaha kuliner, dan terbukanya lapangan usaha baru seperti pemandu wisata.

Di Larantuka, faktor motivasi ini juga terbukti mampu mendongkrak kepercayaan diri pelaku usaha bahwa mereka bisa keluar dari kubangan kemiskinan atau jerat rentenir dengan daya upaya mereka sendiri, bukan karena ditolong oleh pihak lain. Dulu, menyekolahkan anak-anak hingga perguruan tinggi hanyalah mimpi, tetapi kini mimpi itu terwujud. Dan, komoditas yang mewujudkan mimpi itu menjadi kenyataan tetaplah sama, yaitu mete yang sudah mereka budi dayakan sejak beberapa generasi sebelumnya.

Demikian juga di Bali. Selama ini para petani hanya mengirimkan biji kopi kepada pedagang sehingga harga jualnya relatif murah. Melalui pendekatan motivasi dan pelatihan, perlahan-lahan harga jual kopi meningkat. Bahkan, ketika dibukakan fakta bahwa biji kopi luar negeri bisa laku hingga Rp1 juta per kilogram, mereka juga percaya bahwa suatu saat harga jual biji kopi Bali bisa setara.

Konsep K3

Selain ketiga pilar melibatkan UMKM dalam strategi pemberdayaan, kami juga menerapkan konsep K3, yaitu komitmen, kapasitas, dan konsistensi. Konsep K3 ini mirip dengan konstruksi sebuah rumah. Komitmen merupakan fondasi, sementara kapasitas merupakan tiang dan tembok, Adapun konsistensi merupakan atap yang melindungi struktur rumah dan penghuni.

Dalam pemberdayaan UMKM, filosofi struktur rumah itu juga hampir sama. Yang kami jadikan fondasi dan pertama-tama kami sentuh adalah komitmen bersama para UMKM bahwa mereka ingin maju. Tanpa komitmen itu, strategi dan penjelasan berbusa-busa hampir pasti hanya akan menjadi omong kosong karena subjek tidak memiliki fondasi untuk membangun struktur di atasnya yang lebih kuat.

Kami beruntung bahwa di ketiga lokasi pemberdayaan, kami mendapatkan komitmen yang sangat kuat. Bahkan, di Sukabumi, kami sangat mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Sukabumi yang memiliki komitmen untuk serius dalam menjalankan program pemberdayaan itu. Setelah meletakkan fondasi komitmen yang kuat, struktur di atasnya yakni kapasitas menjadi lebih mudah dibangun. Peningkatan kapasitas itu bisa bermacam bentuk, bisa melalui pelatihan, berbagi pengalaman, dan perbaikan mutu produk yang dihasilkan oleh UMKM.

Namun, dua struktur fondasi dan tiang itu harus dilengkapi oleh atap yang secara filosofis diimplementasikan sebagai konsistensi dalam melaksanakan program. Dari ketiga struktur dalam konsep K3, konsistensi memang merupakan yang paling sulit karena menuntut daya tahan yang tinggi selama proses berlangsung. Tanpa konsistensi, hampir pasti semua perencanaan dan strategi implementasi akan gagal.

Nilai Tambah
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More