Pangdam III/Siliwangi yang Kariernya Melejit Jadi KSAD, Nomor 1 Calon Panglima TNI yang Jago Menembak
Kamis, 02 November 2023 - 05:41 WIB
Pada era pendudukan Jepang, Nasution bekerja sebagai pegawai di Kota Praja Bandung. Tak lama, dia berhenti dan memilih bergabung bersama Angkatan Muda Bandung.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dalam hal ini, Nasution menjabat sebagai penasihat di BKR Bandung.
Saat Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk pada 5 Oktober 1945, dia ditunjuk sebagai Kepala Staf Komandemen TKR I/Jawa Barat. Lalu pada tahun 1946, AH Nasution diangkat menjadi Panglima Divisi Siliwangi.
Pada 17 Februari 1948, muncul Perpres Nomor 9 yang berisi keputusan pengangkatan Nasution menjadi Wakil Panglima Besar. Kariernya semakin cemerlang setelah pengkuan kedaulatan penuh RI pada 1949.
Saat itu, AH Nasution diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Setelah Presiden Soekarno menerbitkan Dekrit Presiden 4 Juli 1959, Nasution ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/ Kepala Staf Angkatan Bersenjata, tepatnya pada 1962.
Beberapa tahun berselang, Jenderal AH Nasution menjadi salah satu target penculikan jenderal TNI AD yang dilakukan PKI pada 30 September 1965. Adapun peristiwa kelam tersebut dikenal sebagai G30S/PKI.
Dalam insiden tersebut, Nasution menjadi satu-satunya jenderal yang selamat. Sedangkan beberapa rekannya yang tertangkap harus kehilangan nyawanya. Dia berhasil lolos meskipun kakinya sempat tertembak.
Selama pengabdiannya, Jenderal Besar Abdul Haris Nasution cukup banyak memberikan sumbangsih. Selain pemikiran brilian mengenai konsep perang gerilya dan dwifungsi, beberapa strateginya terbukti menghasilkan keberhasilan operasi militer yang dilakukan TNI.
Di akhir hayatnya, AH Nasution meninggal dunia pada 6 September 2000 dalam usia 81 tahun. Jenderal bintang lima ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dalam hal ini, Nasution menjabat sebagai penasihat di BKR Bandung.
Saat Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk pada 5 Oktober 1945, dia ditunjuk sebagai Kepala Staf Komandemen TKR I/Jawa Barat. Lalu pada tahun 1946, AH Nasution diangkat menjadi Panglima Divisi Siliwangi.
Pada 17 Februari 1948, muncul Perpres Nomor 9 yang berisi keputusan pengangkatan Nasution menjadi Wakil Panglima Besar. Kariernya semakin cemerlang setelah pengkuan kedaulatan penuh RI pada 1949.
Saat itu, AH Nasution diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Setelah Presiden Soekarno menerbitkan Dekrit Presiden 4 Juli 1959, Nasution ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/ Kepala Staf Angkatan Bersenjata, tepatnya pada 1962.
Beberapa tahun berselang, Jenderal AH Nasution menjadi salah satu target penculikan jenderal TNI AD yang dilakukan PKI pada 30 September 1965. Adapun peristiwa kelam tersebut dikenal sebagai G30S/PKI.
Dalam insiden tersebut, Nasution menjadi satu-satunya jenderal yang selamat. Sedangkan beberapa rekannya yang tertangkap harus kehilangan nyawanya. Dia berhasil lolos meskipun kakinya sempat tertembak.
Baca Juga
Selama pengabdiannya, Jenderal Besar Abdul Haris Nasution cukup banyak memberikan sumbangsih. Selain pemikiran brilian mengenai konsep perang gerilya dan dwifungsi, beberapa strateginya terbukti menghasilkan keberhasilan operasi militer yang dilakukan TNI.
Di akhir hayatnya, AH Nasution meninggal dunia pada 6 September 2000 dalam usia 81 tahun. Jenderal bintang lima ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata.
tulis komentar anda