Jenderal Kopassus Ini Rela Lari 7 Km hingga Kehujanan Seharian Demi Jaga Keamanan Presiden
Jum'at, 13 Oktober 2023 - 05:55 WIB
”Kami tetap bertahan menghadapi panasnya hari dan keringat yang mengucur deras membasahi tubuh. Kami juga tidak tahu berapa lagi jarak tempuh ke pesantren. Pokoknya, saya dan anggota terus belari dan berlari kecil mengawal mobil Presiden hingga tempat tujuan,” katanya.
"Berapa kilo lagi sampai ke pesantren?" tanya saya kepada komandan kawal kendaraan lewat radio HT. Kami seperti merasa perjalanan sudah cukup lama, diselang-seling dengan berlari-lari kecil.
"Siaap, satu kilometer lagi Komandan," jawab Komandan Kawal (Dankawal). "Waduh, masih lumayan jauh..," gumam saya.
M. Hasan menilai, kalau massa semakin ramai dan kecepatan konvoi kendaraan Presiden tetap lambat seperti ini, artinya para pengawal harus terus berlari- lari kecil di samping kendaraan VVIP. Jarak 1 Km dengan kondisi panas terik seperti ini, dan dengan Paspampres yang menggunakan pakaian safari warna gelap, waktu tempuh terasa seperti 10 Km.
Jalanan menuju pesantren semakin dipadati masyarakat, dan mulai tanda-tanda memasuki kawasan Pesantren Buntet. Hal itu terlihat dengan adanya para santri yang ikut menyambut rombongan Presiden. Kondisi seperti ini sedikit melegakan walaupun lokasi acara yang dituju belum juga terlihat. Kali ini konvoi rombongan Presiden semakin melambat.
Akhirnya rombongan Presiden Jokowi tiba di tempat acara dan disambut meriah dengan salawat yang dikumandangkan para santri. M. Hasan mengaku lega dan bisa menarik napas walaupun baju sudah basah kuyup dan kondisi tubuh hampir dehidrasi.
“Tetapi saya tetap merasa puas karena melewati tantangan panas terik Kota Cirebon. Setelah saya cek jarak tempuh yang telah saya dan anggota Paspampres lewati dengan berlari-lari ternyata kurang lebih sekitar 7 kilometer. Wow! Cukup mencengangkan juga ya karena Paspampres berlari dengan menggunakan baju safari gelap yang membuat badan tambah panas dan sepatu yang tidak ideal untuk berlari,” kenangnya.
Begitu juga saat mengawal kunjungan Jokowi ke Nias, Sumatera Utara untuk meninjau pembangunan PLTG dan potensi pariwisata di pulau tersebut. Mantan Wadanjen Kopassus juga menceritakan bagaimana dirinya harus kehujanan sepanjang hari.
Tiba di Bandara Binaka Gunungsitoli, Desa Binaka, pukul 11.37 WIB, rombongan Presiden langsung disambut gerimis. Selama hampir seharian sejak awal datang hingga malam menginap di Nias hujan tak pernah berhenti.
“Meski hujan deras, Presiden Jokowi tidak berkenan untuk dipayungi oleh anggota Pengawal Pribadi (Walpri) Paspampres. Presiden Jokowi justru memakai payungnya sendiri. Meski di tengah hujan pengamanan dan pengawalan tetap berlangsung ketat meski tidak ideal,” ujar mantan Danrem 061/Surya Kancana ini.
"Berapa kilo lagi sampai ke pesantren?" tanya saya kepada komandan kawal kendaraan lewat radio HT. Kami seperti merasa perjalanan sudah cukup lama, diselang-seling dengan berlari-lari kecil.
"Siaap, satu kilometer lagi Komandan," jawab Komandan Kawal (Dankawal). "Waduh, masih lumayan jauh..," gumam saya.
M. Hasan menilai, kalau massa semakin ramai dan kecepatan konvoi kendaraan Presiden tetap lambat seperti ini, artinya para pengawal harus terus berlari- lari kecil di samping kendaraan VVIP. Jarak 1 Km dengan kondisi panas terik seperti ini, dan dengan Paspampres yang menggunakan pakaian safari warna gelap, waktu tempuh terasa seperti 10 Km.
Jalanan menuju pesantren semakin dipadati masyarakat, dan mulai tanda-tanda memasuki kawasan Pesantren Buntet. Hal itu terlihat dengan adanya para santri yang ikut menyambut rombongan Presiden. Kondisi seperti ini sedikit melegakan walaupun lokasi acara yang dituju belum juga terlihat. Kali ini konvoi rombongan Presiden semakin melambat.
Akhirnya rombongan Presiden Jokowi tiba di tempat acara dan disambut meriah dengan salawat yang dikumandangkan para santri. M. Hasan mengaku lega dan bisa menarik napas walaupun baju sudah basah kuyup dan kondisi tubuh hampir dehidrasi.
“Tetapi saya tetap merasa puas karena melewati tantangan panas terik Kota Cirebon. Setelah saya cek jarak tempuh yang telah saya dan anggota Paspampres lewati dengan berlari-lari ternyata kurang lebih sekitar 7 kilometer. Wow! Cukup mencengangkan juga ya karena Paspampres berlari dengan menggunakan baju safari gelap yang membuat badan tambah panas dan sepatu yang tidak ideal untuk berlari,” kenangnya.
Begitu juga saat mengawal kunjungan Jokowi ke Nias, Sumatera Utara untuk meninjau pembangunan PLTG dan potensi pariwisata di pulau tersebut. Mantan Wadanjen Kopassus juga menceritakan bagaimana dirinya harus kehujanan sepanjang hari.
Tiba di Bandara Binaka Gunungsitoli, Desa Binaka, pukul 11.37 WIB, rombongan Presiden langsung disambut gerimis. Selama hampir seharian sejak awal datang hingga malam menginap di Nias hujan tak pernah berhenti.
“Meski hujan deras, Presiden Jokowi tidak berkenan untuk dipayungi oleh anggota Pengawal Pribadi (Walpri) Paspampres. Presiden Jokowi justru memakai payungnya sendiri. Meski di tengah hujan pengamanan dan pengawalan tetap berlangsung ketat meski tidak ideal,” ujar mantan Danrem 061/Surya Kancana ini.
tulis komentar anda