Jenderal Kopassus Ini Rela Lari 7 Km hingga Kehujanan Seharian Demi Jaga Keamanan Presiden

Jum'at, 13 Oktober 2023 - 05:55 WIB
loading...
Jenderal Kopassus Ini Rela Lari 7 Km hingga Kehujanan Seharian Demi Jaga Keamanan Presiden
Mayjen TNI M. Hasan berlari-lari kecil saat mengawal Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke daerah. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Menjaga keamanan dan keselamatan Presiden merupakan tanggung jawab yang harus dijalankan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) . Tak heran, apa pun dilakukan oleh prajurit-prajurit pilihan termasuk bertaruh nyawa demi menjamin keamanan orang nomor satu di Indonesia.

Hal itulah yang dilakukan Pangdam Jaya Mayjen TNI M. Hasan, saat bertugas menjadi Komandan Grup A Paspampres Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama dua tahun sejak 2016-2018. Abituren Akademi Militer (Akmil) 1993 dari kesatuan Infanteri Kopassus ini rela mandi keringat karena harus berlari sejauh 7 Kilometer demi memastikan keamanan Kepala Negara.

Bukan cuma itu, mantan Danjen Kopassus ini pun rela diguyur hujan seharian saat mengawal kunjungan kerja (kunker) Presiden Jokowi ke Kepulauan Nias, Sumatera Utara. Suka duka menjadi perisai hidup Presiden dituturkan M. Hasan dalam buku biografinya berjudul “Menjaga Jokowi Menjaga Nusantara: Catatan Perjalanan Jaguar Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden”



M. Hasan yang saat itu masih berpangkat Kolonel Inf. Mendapat tugas mengawal kunjungan Jokowi dan Ibu Iriana ke Pondok Pesantren (Ponpes) Buntet, Cirebon, Jawa Barat.

Tiba di Bandara Cakrabhuana, Cirebon pukul 10.00 WIB, Jokowi melanjutkan perjalanan dengan konvoi kendaraan menuju Ponpes Buntet di Desa Mertapada, Kecamatan Astanajapura. Dalam kunjungannya, selain menghadiri haul Al-Marhumin dan bertemu sesepuh serta warga ponpes, Jokowi juga akan melakukan peletakan batu pertama pembangunan Sport Hall dan Auditorium Mbah Muqoyyim di ponpes tersebut.

Jenderal Kopassus Ini Rela Lari 7 Km hingga Kehujanan Seharian Demi Jaga Keamanan Presiden

Presiden Jokowi mengunjungi pondok pesantren di daerah Cirebon, Foto/istimewa

Saat melewati Kota Cirebon, masyarakat belum terlalu ramai di sepanjang jalan karena masih terlalu pagi. Mendekati tikungan menuju Pesantren Buntet pantura yang dilewati, masyarakat mulai ramai. Mereka berjejer menyambut Jokowi di sepanjang jalan. Melihat masyarakat yang menyambutnya, Presiden Jokowi mulai membuka pintu mobil. Dari dalam mobil, Presiden melambaikan tangannya.



”Saya sudah bisa mengira apa yang akan dilakukan Presiden Jokowi ketika massa semakin ramai di pinggir jalan. Ya, kecepatan mobil akan diperintahkan perlahan dan beliau mulai membagikan buku dan kaus,” kenangnya, dikutip SINDOnews, Jumat (13/10/2023).

Benar saja, kendaraan Presiden melambat dan kaca jendela terbuka. Ketika kendaraan Presiden semakin melambat, tanpa komando lagi Paspampres menuju ke arah mobil Presiden dan membentuk formasi melingkar di sekitar kendaraan VVIP. Kebiasaannya, jika mobil Presiden melambat, inilah indikasi kuat mobil Presiden akan berhenti dan mulai membagikan lagi suvenir dari kanan-kiri jendela.

”Saya segera mengambil posisi di samping jendela kendaraan, dan Presiden mulai membagikan suvenir dari dalam mobil,” ucapnya.

Selain ingin mendapat buku atau kaus, banyak juga masyarakat yang ingin bersalaman, bahkan mencium tangan Presiden. Paham dengan kondisi yang mulai sedikit chaos, Presiden Jokowi meminta sopir untuk jalan, dan mobil melaju perlahan. ”Saya dan anggota Paspampres berlari-lari kecil di pinggir kendaraan sampai posisi mobil Presiden jauh dari kerumunan massa,” kata pria kelahiran Bandung, Jawa Barat pada 13 Maret 1971 ini.

Prosedur tetap (protap) seperti ini dilakukan Paspampres hampir di setiap kunjungan Presiden, yang memang sering sekali memperlambat kendaraan atau berhenti di jalan untuk menyapa masyarakat dan membagikan cendera mata. Kerumunan massa yang mulai ramai di pinggir jalan yang akan dilalui Presiden membuat Paspampres harus waspada.

Para pengawal harus siap-siap turun dari mobil pengamanan dan berlari-lari kecil di sisi mobil Presiden. Apalagi jika Presiden membuka kaca jendela untuk menyapa dan memberi salam serta melambaikan tangan. Mau tak mau, Paspampres yang "menempel" pengamanan Presiden pun ikut berlari-lari di pinggir jalan di sekitar mobil Presiden. Sebagai Komandan Grup, M. Hasan mengaku ikut berlari bersama anggota lain.

Setelah melewati beberapa kelompok masyarakat, mobil melaju lagi lebih cepat. Namun, belum sekitar 1 Km, konvoi Presiden kembali berjalan pelan ketika memasuki sebuah kampung dan warga telihat lebih ramai dari lokasi sebelumnya.

Jokowi memerintahkan pengemudi sopir mobil untuk melambat untuk melambaikan tangan ke arah warga. Ketika kendaraan semakin melambat, otomatis Paspampres kembali keluar kendaraan pengamanan dan melakukan pengamanan.

Jenderal Kopassus Ini Rela Lari 7 Km hingga Kehujanan Seharian Demi Jaga Keamanan Presiden

Presiden Jokowi mengunjungi Kepulauan NIas, Sumut. Foto/istimewa

”Saya dan anggota Paspampres pun kembali berlari-lari kecil di samping kendaraan Presiden. Mobil tetap melaju meski berjalan pelan, Presiden kemudian mengeluarkan buku dan kaus. Peristiwa seperti ini berulang kali terjadi, sambil kami, Paspampres, berlari-lari kecil,” tuturnya.

Hari sudah menjelang siang, waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB. Matahari hampir tepat berada di atas ubun-ubun. Cuaca yang cukup panas membuat baju safari yang dikenakan mulai basah oleh keringat.

”Mobil tetap melaju pelan dan kami tetap berlari kecil di samping kendaraan Presiden. Saya akan naik ke mobil jika kaca jendela sudah ditutup. Karena kondisi yang masih rawan, saya pura-pura tidak mendengar perintah Presiden untuk naik karena saat itu jendela mobil Presiden masih terbuka,” ucapnya.

Tak berselang lama, kaca jendela mobil Presiden naik dan menutup. Mantan Pangdam Iskandar Muda ini pun memerintahkan anggota Paspampres naik satu per satu ke mobil pengamanan. Namun hal itu tidak berlangsung lama.

Masyarakat setempat antusias melambai-lambaikan tangan ke arah Jokowi. Hal ini menarik perhatian Jokowi yang kembali membuka kaca jendela, melambatkan kendaraan, dan mulai melambaikan tangan ke arah massa. Melihat kondisi itu, M. Hasan dengan sigap sudah berada di pinggir jendela mobil Presiden.

”Sambil berlari-lari kecil, saya membantu Presiden mengantarkan suvenir ke arah masyarakat yang ditunjuk langsung. Tak terasa keringat mulai mengalir deras. Cahaya matahari juga semakin terik,” katanya.

Menjelang Ponpes Buntet, kerumunan warga bukannya semakin sedikit, malah semakin banyak. M. Hasan bersama anggota Pampri Grup A Paspampres berlari kecil mengiringi mobil Presiden yang berjalan perlahan.

”Kami berharap Pesantren Buntet sudah dekat karena tak terasa kami sudah berlari kurang lebih 6 Km mulai dari Jalan Raya Pantura hingga mengarah ke Ponpes Buntet,” ujarnya.

Presiden Jokowi yang mengetahui Paspampres mulai kelelahan kembali meminta Paspampres naik ke mobil. Namun, karena kerumunan masa tidak semakin berkurang, M. Hasan memutuskan untuk tetap berada di samping kendaraan Presiden.

”Kami tetap bertahan menghadapi panasnya hari dan keringat yang mengucur deras membasahi tubuh. Kami juga tidak tahu berapa lagi jarak tempuh ke pesantren. Pokoknya, saya dan anggota terus belari dan berlari kecil mengawal mobil Presiden hingga tempat tujuan,” katanya.

"Berapa kilo lagi sampai ke pesantren?" tanya saya kepada komandan kawal kendaraan lewat radio HT. Kami seperti merasa perjalanan sudah cukup lama, diselang-seling dengan berlari-lari kecil.

"Siaap, satu kilometer lagi Komandan," jawab Komandan Kawal (Dankawal). "Waduh, masih lumayan jauh..," gumam saya.

M. Hasan menilai, kalau massa semakin ramai dan kecepatan konvoi kendaraan Presiden tetap lambat seperti ini, artinya para pengawal harus terus berlari- lari kecil di samping kendaraan VVIP. Jarak 1 Km dengan kondisi panas terik seperti ini, dan dengan Paspampres yang menggunakan pakaian safari warna gelap, waktu tempuh terasa seperti 10 Km.

Jalanan menuju pesantren semakin dipadati masyarakat, dan mulai tanda-tanda memasuki kawasan Pesantren Buntet. Hal itu terlihat dengan adanya para santri yang ikut menyambut rombongan Presiden. Kondisi seperti ini sedikit melegakan walaupun lokasi acara yang dituju belum juga terlihat. Kali ini konvoi rombongan Presiden semakin melambat.

Akhirnya rombongan Presiden Jokowi tiba di tempat acara dan disambut meriah dengan salawat yang dikumandangkan para santri. M. Hasan mengaku lega dan bisa menarik napas walaupun baju sudah basah kuyup dan kondisi tubuh hampir dehidrasi.

“Tetapi saya tetap merasa puas karena melewati tantangan panas terik Kota Cirebon. Setelah saya cek jarak tempuh yang telah saya dan anggota Paspampres lewati dengan berlari-lari ternyata kurang lebih sekitar 7 kilometer. Wow! Cukup mencengangkan juga ya karena Paspampres berlari dengan menggunakan baju safari gelap yang membuat badan tambah panas dan sepatu yang tidak ideal untuk berlari,” kenangnya.

Begitu juga saat mengawal kunjungan Jokowi ke Nias, Sumatera Utara untuk meninjau pembangunan PLTG dan potensi pariwisata di pulau tersebut. Mantan Wadanjen Kopassus juga menceritakan bagaimana dirinya harus kehujanan sepanjang hari.

Tiba di Bandara Binaka Gunungsitoli, Desa Binaka, pukul 11.37 WIB, rombongan Presiden langsung disambut gerimis. Selama hampir seharian sejak awal datang hingga malam menginap di Nias hujan tak pernah berhenti.

“Meski hujan deras, Presiden Jokowi tidak berkenan untuk dipayungi oleh anggota Pengawal Pribadi (Walpri) Paspampres. Presiden Jokowi justru memakai payungnya sendiri. Meski di tengah hujan pengamanan dan pengawalan tetap berlangsung ketat meski tidak ideal,” ujar mantan Danrem 061/Surya Kancana ini.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1777 seconds (0.1#10.140)