Denny JA Minta Elite Politik Lebih Rileks Respons Hasil Survei Pilpres 2024
Kamis, 12 Oktober 2023 - 12:00 WIB
"LSI Denny JA, misalnya, ini lembaga survei yang paling tua yang sekarang ini masih aktif di survei opini publik Indonesia," sambungnya.
Dikatakan Denny JA, sejak tahun 2004, sebulan sebelum hari pencoblosan, LSI Denny JA memberikan satu publikasi mengenai siapa yang menang di pilpres saat itu. Di tahun 2004, LSI mengumumkan SBY yang terpotret akan menang. Di tahun 2009 lebih jauh lagi, SBY akan menang satu putaran.
Juga di tahun 2014, ataupun 2019, LSI Denny JA juga mempublikasikan Jokowi akan menang. Sebulan kemudian, hasil survei itu dan prediksinya, dalam empat kali pilpres pada 2004, 2009, 2014, 2019, terbukti. "Semua bisa dilihat di Google," ucap Denny JA.
Tapi tentu ada pula lembaga survei yang namanya baru terdengar kemarin sore. Yang belum ada track recordnya yang akurat pada pilpres sebelumnya. "Tentu sah diberikan tanda tanya," kata Denny JA.
Tips kedua, lanjut Denny JA, melihat dari reputasi lembaga survei. Selain itu dapat dinilai kiprahnya atau achievmentnya.
"Misalnya, seberapa Lembaga ini karena reputasinya, karena achivementnya, mendapat penghargaan baik dari lembaga internasional ataupun dari lembaga nasional," kata Dennya JA.
LSI Denny JA atau Denny JA karena kiprahnya di lembaga survei sudah mendapatkan penghargaan dari majalah TIME. Juga penghargaan dari Guiness Book of World Record karena memecahkan rekor dunia untuk pendidikan politik. Selain itu, penghargaan dari Twitter, dari organisasi wartawan: PWI Jaya, dan penghargaan dari kampus.
"Ada pula lembaga survei, ataupun tokohnya, yang tak terlihat penghargaannya. Tapi tentu ini tak berarti lembaga itu otomatis tidak kredibel," jelas Denny JA.
Namun penghargaan dari lembaga nasional, apalagi internasional yang besar, menjadi bukti publik menilai kiprahnya. Lembaga yang sudah susah payah membangun reputasi, tentu akan aneh jika ia menjatuhkan dirinya sendiri.
Tips ketiga, survei juga harus dilihat dalam kerangka waktu. Survei itu hanyalah potret ketika saat survei itu dilakukan. Waktu yang berbeda dapat pula menghasil survei yang berbeda.
Dikatakan Denny JA, sejak tahun 2004, sebulan sebelum hari pencoblosan, LSI Denny JA memberikan satu publikasi mengenai siapa yang menang di pilpres saat itu. Di tahun 2004, LSI mengumumkan SBY yang terpotret akan menang. Di tahun 2009 lebih jauh lagi, SBY akan menang satu putaran.
Juga di tahun 2014, ataupun 2019, LSI Denny JA juga mempublikasikan Jokowi akan menang. Sebulan kemudian, hasil survei itu dan prediksinya, dalam empat kali pilpres pada 2004, 2009, 2014, 2019, terbukti. "Semua bisa dilihat di Google," ucap Denny JA.
Tapi tentu ada pula lembaga survei yang namanya baru terdengar kemarin sore. Yang belum ada track recordnya yang akurat pada pilpres sebelumnya. "Tentu sah diberikan tanda tanya," kata Denny JA.
Tips kedua, lanjut Denny JA, melihat dari reputasi lembaga survei. Selain itu dapat dinilai kiprahnya atau achievmentnya.
"Misalnya, seberapa Lembaga ini karena reputasinya, karena achivementnya, mendapat penghargaan baik dari lembaga internasional ataupun dari lembaga nasional," kata Dennya JA.
LSI Denny JA atau Denny JA karena kiprahnya di lembaga survei sudah mendapatkan penghargaan dari majalah TIME. Juga penghargaan dari Guiness Book of World Record karena memecahkan rekor dunia untuk pendidikan politik. Selain itu, penghargaan dari Twitter, dari organisasi wartawan: PWI Jaya, dan penghargaan dari kampus.
"Ada pula lembaga survei, ataupun tokohnya, yang tak terlihat penghargaannya. Tapi tentu ini tak berarti lembaga itu otomatis tidak kredibel," jelas Denny JA.
Namun penghargaan dari lembaga nasional, apalagi internasional yang besar, menjadi bukti publik menilai kiprahnya. Lembaga yang sudah susah payah membangun reputasi, tentu akan aneh jika ia menjatuhkan dirinya sendiri.
Tips ketiga, survei juga harus dilihat dalam kerangka waktu. Survei itu hanyalah potret ketika saat survei itu dilakukan. Waktu yang berbeda dapat pula menghasil survei yang berbeda.
Lihat Juga :
tulis komentar anda