Jenderal TNI Peraih Adhi Makayasa Ini Dijuluki Jago Perang di Timor Timur karena Selalu Lolos dari Maut

Selasa, 19 September 2023 - 06:04 WIB
Sebagai prajurit TNI, penugasan ke medan operasi merupakan sebuah kehormatan yang harus dijalankan. Agustadi kemudian diminta menjadi Wadanki dengan kekuatan personel sebanyak 160 prajurit yang terdiri dari gabungan tiga Batalyon.

Pada apel pagi, Agustadi mengumpulkan seluruh anggota Batalyon 328 kecuali perwira, di lapangan. "Siapa ingin mati bersama saya di Timor Timur?" kata Agustadi. Ternyata hampir semua tunjuk jari, mulai dari Prada sampai tingkat di atasnya.

Agustadi teriak lagi, "Siapa yang tidak tunjuk tangan, minggir!". Agustadi kemudian memerintahkan lagi, "Siapa yang isterinya hamil dan sakit, minggir!" Seleksi pun mengalami kesulitan karena yang dibutuhkan hanya satu peleton. Akhirnya, Agustadi sendiri yang memilih misalnya yang jago berkelahi dan yang berengsek. Merekalah sang pemberani.

Batalyon 328/Dirgahayu bergabung dengan 305/Tengkorak dengan pimpinan Jarwo dan Haryono, dan 330/Tri Dharma dengan Komandan Peletonnya Lettu Inf Toni SB Husodo. Pasukan gabungan ini mendapat latihan khusus sebelum berangkat ke Timor Timur.

Untuk memotivasi para prajurit, Agustadi menyatakan setelah selesai tugas dan berhasil, mereka akan berpangkat sersan. Pasukan ini kemudian ke Timor Timur dengan ditempatkan di Lalea. Saat Batalyon 328 bergerak ke sektor Timur, tepatnya di daerah Choque dan bertemu penduduk. Penduduk ketakutan karena pengalaman perang yang lalu. Batalyon 328 cukup ditakuti.

Keberhasilan Agustadi di medan operasi juga dibuktikan saat dipercaya untuk membersihkan daerah tersebut dari gerakan pengacau. Agustadi kemudian membuat pengumuman agar ibu-bu membuatkan ketupat jam 4 sebagai bekal untuk membuat gerakan. Pasukan akan bergerak ke Gunung Matabean. Pagi-pagi buta pasukan berangkat.

Agustadi sengaja membocorkan informasi tersebut agar musuh datang ke daerah tersebut. Tak lama kemudian, Agustadi mendapat informasi jika musuh sudah mengadang. Agustadi yang menggerakkan pasukan melalui daerah lain sudah mengendap di hutan kurang lebih dua hari. Saat musuh turun gunung. Pasukan yang telah siap dengan ujung larasnya langsung melakukan penyergapan dan musuh bisa dipatahkan.

Seminggu kemudian, Agustadi kembali mendapat informasi musuh akan turun gunung. Agustadi kemudian memanggil ibu-ibu untuk membuat tupat buat bekal operasi. “Saya perintahkan ke Sapari, Komandan Regu (Danru) 305 untuk menjaga titik tertentu pada jam tertentu karena musuh akan lewat. Betul, pada jam 12 siang, musuh turun gunung dan berhasil disergap,” ucap Agustadi.

Dalam penugasan selanjutnya, Danki C Kapten Inf Syaiful Islam mengumpulkan para Danton dan memberi Perintah Operasi (PO) serangan malam. Ketika itu, Peleton Letnan Agustadi Sasongko Purnomo Bawah Kendali Operasi (BKO) di Kompi C. Ketika para Danton ditanya kesiapannya, tetapi banyak yang beralasan, sehingga Peleton Letnan Agustadi Sasongko Purnomo diperintahkan berangkat.

Dankipan C/328, Kapten Inf Syaiful Islam bertanya kepada Agustadi Sasongko Purnomo, "Jam berapa nanti berangkatnya, Gus?" Agustadi Sansongko Purnomo menjawab, "Maaf komandan, kalau untuk urusan jam berangkat saya belum bisa menjawab sekarang. Nanti saja jam 22.00 saya akan laporkan kembali."
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More