Cerita Jenderal Besar TNI Menjaga Stabilitas ASEAN, Otak di Balik Perdamaian Filipina

Rabu, 06 September 2023 - 07:54 WIB
"Perundingan itu membuahkan sejarah besar bagi kami bangsa Filipina. Mempersatukan kembali bangsa kami yang beragam dalam naungan kesatuan nasional Filipina," kata Fidel Ramos.



Presiden Soeharto menerima kunjungan PM Singapura Lee Kuan Yew di Istana Negara Jakarta pada 25 Mei 1973. FOTO REPRO/KOLEKSI MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI

Cerita lain dituturkan Perdana Menteri Singapura (periode 1959–1990), Lee Kuan Yew. Ketika Phnom Penh (Ibu Kota Kamboja) dan Saigon (sekarang bernama Ho Chi Minh City, ibu kota Vietnam) jatuh pada 1975, beberapa negara regional buru-buru mengakui Indochina (pemerintah komunis Vietnam dan Khmer Merah di Kamboja). Namun Soeharto menyampaikan kepada Lee Kuan Yew bahwa ASEAN melanjutkan kebijakan yang berbeda terhadap persoalan Indochina.

Menurut Lee Kuan Yew, Soeharto menciptakan suatu era stabilitas yang membangkitkan keyakinan internasional di wilayah ASEAN dan membuatnya atraktif untuk investasi asing serta mendorong kegiatan ekonomi.

"Pada saat itu, perkembangan ekonomi penting untuk menjaga wilayah ini dari ketidakpuasan dalam negeri yang dapat mendorong terciptanya pro-komunis," katanya.

Sebagai negara besar di kawasan, kata Lee Kuan Yew, Indonesia di bawah Presiden Soeharto, tidak menjadi negara hegemoni, tidak bersikeras terhadap pandangan sendiri, dan mempertimbangkan kepentingan negara lain di ASEAN.

"Sikap ini membuat Indonesia diterima oleh anggota ASEAN lain sebagai the first among equals atau yang terutama di antara yang sederajat, dan memungkinkan ASEAN berkonsolidasi di tengah saat-saat tidak menentu dan bergejolak," katanya.



Presiden Soeharto menyambut Yang Mulia Sultan Hasanal Bolkiah saat peresmian Gedung Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan di Gedung GNB, Kemayoran, Jakarta. FOTO REPRO/SETNEG

Perdana Menteri Malaysia (periode 1981-2003, 2018-2020), Mahathir Mohamad menganggap Soeharto sebagai sahabat. Setiap ada masalah antara Malaysia dan Indonesia, ia dan Soeharto bicara baik-baik, sehingga tidak membesar dan membuat buruk hubungan kedua negara.

"Malaysia memiliki masalah dengan Thailand, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia. Tetapi yang paling mudah diselesaikan adalah dengan Indonesia. Saya merasa berutang budi terhadap Indonesia dan Pak Harto," katanya.

Senada juga disampaikan Perdana Menteri Brunei Darussalam, Hasanal Bolkiah. Ia ingat ketika pertemuan pertamanya dengan Presiden Soeharto di Jakarta pada April 1981. Waktu itu, Soeharto mendorong Brunei yang belum sepenuhnya merdeka masuk ke dalam organisasi ASEAN. Dorongan Soeharto terealisasi tiga tahun kemudian. Brunei masuk menjadi anggota ASEAN pada 7 Januari 1984 atau seminggu setelah hari kemerdekaannya.

"Presiden Soeharto sangat dihormati di kalangan pemimpin negara di rantau ini dan adalah antara pemimpin yang sangat berjasa pada ASEAN. Beliau merupakan salah seorang pengasas ASEAN dan telah memainkan peranan yang penting dalam membangun ASEAN," katanya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More