Cerita Jenderal Besar TNI Menjaga Stabilitas ASEAN, Otak di Balik Perdamaian Filipina

Rabu, 06 September 2023 - 07:54 WIB
Presiden Soeharto menjadi tokoh penting dalam menjaga stabilitas ASEAN. FOTO REPRO/BUKU PAK HARTO THE UNTOLD STORIES
JAKARTA - Presiden Soeharto adalah sosok yang dihormati di kawasan ASEAN . Ketika memimpin Indonesia, Jenderal Besar TNI itu berperan penting dalam menjaga perdamaian kawasan hingga menjadi tempat meminta saran para pemimpin negara di Asia Tenggara.

Seperti dirasakan Presiden Filipina (periode 1992-1998), Fidel Ramos saat bertemu dengan Presiden Soeharto saat ulang tahun ke-25 penobatan Sultan Hassanal Bolkiah sebagai penguasa Kesultanan Brunei Darussalam pada Oktober 1992. Waktu itu, ia baru empat bulan dilantik menjadi Presiden Filipina.

"Acara yang megah itu dihadiri oleh seluruh pemimpin negara-negara di Asia Tenggara dan Presiden Soeharto adalah tokoh paling senior di antara kami," kata Fidel Ramos dalam buku Pak Harto The Untold Stories dikutip, Rabu (6/9/2023).



Fidel Ramos memanfaatkan pertemuan itu menyampaikan gagasannya membentuk cluster dalam ASEAN yang disebut BIMP EAGA (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipinan East ASEAN Growth Area). Cluster ini meliputi daerah-daerah terdekat Filipina, yakni Sabah, Serawak (Malaysia); seluruh wilayah Brunei; Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku, dan Sulawesi (Indonesia).



Melalui BIMP EAGA diharapkan tidak ada batasan bagi penduduk di wilayah-wilayah tersebut untuk melakukan perdagangan bebas. Tujuannya untuk menggairahkan perekonomian di wilayah tersebut, sehingga dapat menunjang turisme.

"Saya menyampaikan hal itu kepada Pak Harto yang di lingkungan para pemimpin ASEAN, kami memosisikannya sebagai saudara tua. Kami sangat mendengarkan dan memperhatikan pandangan-pandangannya," kata Fidel Ramos.

Di acara tersebut, kata Fidel Ramos, para pemimpin ASEAN, yang saat itu masih berjumlah lima orang, berbincang layaknya sebuah keluarga. Fidel melihat Soeharto adalah tokoh sangat diplomatis, murah senyum, dan suka menolong.



Kesempatan itu juga digunakan Fidel Ramos untuk meminta bantuan kepada Soeharto terkait penyelesaian konflik internal dalam negeri Filipina. Waktu itu, di Filipina terjadi pemberontakan kaum muslim Moro yang digerakkan oleh Moro National Liberation Front (MNLF). Kelompok pimpinan Nurmisuari di Filipinan Selatan itu menuntut kemerdekaan.

Fidel Ramos ingin mengedepankan proses perdamaian dalam penyelesaian masalah tersebut, sehingga membutuhkan dukungan para pemimpin ASEAN. "Saya sampaikan hal itu kepada Pak Harto, Beliau mendukung isu perdamaian yang saya sampaikan," tuturnya.

Berbekal dukungan dari saudara tua, Fidel Ramos kemudian melakukan pendekatan dengan pemimpin Libya, Muammar Khadafi yang memiliki pengaruh kuat terhadap gerakan MNLF. Khadafi pun menyambut baik proses perdamaian di Filipina Selatan dan menyarankan agar pemerintah Filipina dan MNLF bertemu di tempat netral.

Dengan difasilitasi Soeharto, pertemuan pemerintah Filipina dan MNLF akhirnya dilaksanakan di Istana Cipanas, Jawa Barat, 14-17 April 1993. Perundingan yang dihadiri seluruh faksi yang bertikai itu membuahkan kesepakatan damai.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More