Cerita Jenderal Besar TNI Menjaga Stabilitas ASEAN, Otak di Balik Perdamaian Filipina
Rabu, 06 September 2023 - 07:54 WIB
Sebagai negara besar di kawasan, kata Lee Kuan Yew, Indonesia di bawah Presiden Soeharto, tidak menjadi negara hegemoni, tidak bersikeras terhadap pandangan sendiri, dan mempertimbangkan kepentingan negara lain di ASEAN.
"Sikap ini membuat Indonesia diterima oleh anggota ASEAN lain sebagai the first among equals atau yang terutama di antara yang sederajat, dan memungkinkan ASEAN berkonsolidasi di tengah saat-saat tidak menentu dan bergejolak," katanya.
Presiden Soeharto menyambut Yang Mulia Sultan Hasanal Bolkiah saat peresmian Gedung Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan di Gedung GNB, Kemayoran, Jakarta. FOTO REPRO/SETNEG
Perdana Menteri Malaysia (periode 1981-2003, 2018-2020), Mahathir Mohamad menganggap Soeharto sebagai sahabat. Setiap ada masalah antara Malaysia dan Indonesia, ia dan Soeharto bicara baik-baik, sehingga tidak membesar dan membuat buruk hubungan kedua negara.
"Malaysia memiliki masalah dengan Thailand, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia. Tetapi yang paling mudah diselesaikan adalah dengan Indonesia. Saya merasa berutang budi terhadap Indonesia dan Pak Harto," katanya.
Senada juga disampaikan Perdana Menteri Brunei Darussalam, Hasanal Bolkiah. Ia ingat ketika pertemuan pertamanya dengan Presiden Soeharto di Jakarta pada April 1981. Waktu itu, Soeharto mendorong Brunei yang belum sepenuhnya merdeka masuk ke dalam organisasi ASEAN. Dorongan Soeharto terealisasi tiga tahun kemudian. Brunei masuk menjadi anggota ASEAN pada 7 Januari 1984 atau seminggu setelah hari kemerdekaannya.
"Presiden Soeharto sangat dihormati di kalangan pemimpin negara di rantau ini dan adalah antara pemimpin yang sangat berjasa pada ASEAN. Beliau merupakan salah seorang pengasas ASEAN dan telah memainkan peranan yang penting dalam membangun ASEAN," katanya.
"Sikap ini membuat Indonesia diterima oleh anggota ASEAN lain sebagai the first among equals atau yang terutama di antara yang sederajat, dan memungkinkan ASEAN berkonsolidasi di tengah saat-saat tidak menentu dan bergejolak," katanya.
Presiden Soeharto menyambut Yang Mulia Sultan Hasanal Bolkiah saat peresmian Gedung Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan di Gedung GNB, Kemayoran, Jakarta. FOTO REPRO/SETNEG
Perdana Menteri Malaysia (periode 1981-2003, 2018-2020), Mahathir Mohamad menganggap Soeharto sebagai sahabat. Setiap ada masalah antara Malaysia dan Indonesia, ia dan Soeharto bicara baik-baik, sehingga tidak membesar dan membuat buruk hubungan kedua negara.
"Malaysia memiliki masalah dengan Thailand, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia. Tetapi yang paling mudah diselesaikan adalah dengan Indonesia. Saya merasa berutang budi terhadap Indonesia dan Pak Harto," katanya.
Senada juga disampaikan Perdana Menteri Brunei Darussalam, Hasanal Bolkiah. Ia ingat ketika pertemuan pertamanya dengan Presiden Soeharto di Jakarta pada April 1981. Waktu itu, Soeharto mendorong Brunei yang belum sepenuhnya merdeka masuk ke dalam organisasi ASEAN. Dorongan Soeharto terealisasi tiga tahun kemudian. Brunei masuk menjadi anggota ASEAN pada 7 Januari 1984 atau seminggu setelah hari kemerdekaannya.
"Presiden Soeharto sangat dihormati di kalangan pemimpin negara di rantau ini dan adalah antara pemimpin yang sangat berjasa pada ASEAN. Beliau merupakan salah seorang pengasas ASEAN dan telah memainkan peranan yang penting dalam membangun ASEAN," katanya.
(abd)
tulis komentar anda