ASEAN People Centrum Gugat Masalah Sistemik dalam ASEAN
Rabu, 09 Agustus 2023 - 21:05 WIB
JAKARTA - ASEAN dilanda masalah yang cukup sistemik bahkan masalah terus terpelihara hingga saat ini. Sebagai organisasi yang berbasis kebangsaan, ASEAN bergerak semakin jauh dari masyarakat sipil. Berbagai upaya dan perjuangan sudah dilakukan masyarakat sipil untuk mencari solusi melalui mekanisme dalam ASEAN namun menemui jalan buntu.
Hal ini terungkap pada Temu Nasional “ASEAN People Centrum: How ASEAN Matters?” yang diselenggarakan secara hybrid oleh Synergy Policies dan diikuti para peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Acara ini didukung oleh Heinrich Böll Stiftung Southeast Asia Regional Office di Jakarta, Rabu (9/8/2023).
Hari ini, 56 tahun ASEAN berdiri, para peserta diskusi yang terdiri dari kalangan think-tank, organisasi kepemudaan, jurnalis, dan aneka organisasi masyarakat sipil yang menangani beragam isu dan terlibat di tataran regional, nasional, menceritakan pengalaman mereka diperlakukan sebagai unsur peserta saja dalam kegiatan-kegiatan ASEAN.
‘’Keikutsertaan unsur masyarakat sipil dianggap sebagai legitimasi bagi ASEAN, padahal pembahasan yang ada masih jauh dari menyelesaikan permasalahan sosial yang berkembang di kawasan. Aneka dokumen komitmen memang lahir tetapi belum diikuti dengan implementasi yang dampaknya dapat dirasakan masyarakat,” ungkap Direktur Eksekutif Synergy Policies Dinna Prapto Raharja yang menginisiasi pertemuan ini.
“Harus disadari bahwa ASEAN itu hakekatnya adalah people, bahkan itu tercantum dalam Deklarasi dan Piagam ASEAN. Jadi ASEAN yang selama ini bersifat state-centric perlu diimbangi oleh ASEAN yang people centric. Kalau di Sisingamangaraja ada state regionalism, hari ini kita merumuskan non-state regionalism, people-based regionalism,” tambah Marzuki Darusman, Senior Advisor Synergy Policies.
Dinna Prapto Raharja menambahkan telah memberi nama inisiatif tersebut sebagai ASEAN People Centrum. Filosofinya adalah pergerakan menuju perubahan. ‘’Kami menghubungkan kerja-kerja masyarakat sipil di Indonesia, yakni dari unsur think-tank, jurnalis, organisasi kepemudaan dan organisasi masyarakat sipil dari berbagai isu dan tingkatan keterlibatan, untuk kemudian diperluas jejaring kerjanya di tataran negara-negara lain di Asia Tenggara,” paparnya.
Hadir dalam Temu Nasional ini unsur masyarakat sipil yang menangani isu pekerja, pekerja migran, pengarusutamaan hak perempuan, anak dan disabilitas, penanganan perdagangan orang, antikorupsi dan demokrasi, lingkungan hidup, pendidikan, kesehatan reproduksi, pencegahan kekejaman dalam politik, dan advokasi orang muda.
Dari unsur jurnalis, hadir perwakilan dari enam media massa digital, TV maupun cetak. Beberapa di antaranya Faisal Basri dan Marzuki Darusman sebagai Senior Advisor Synergy Policies, Timboel Siregar (BPJS Watch), Rena Herdiyani (Kalyanamitra) dan Taufiq Hidayat (Yayasan Autisma Indonesia).
Hal ini terungkap pada Temu Nasional “ASEAN People Centrum: How ASEAN Matters?” yang diselenggarakan secara hybrid oleh Synergy Policies dan diikuti para peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Acara ini didukung oleh Heinrich Böll Stiftung Southeast Asia Regional Office di Jakarta, Rabu (9/8/2023).
Hari ini, 56 tahun ASEAN berdiri, para peserta diskusi yang terdiri dari kalangan think-tank, organisasi kepemudaan, jurnalis, dan aneka organisasi masyarakat sipil yang menangani beragam isu dan terlibat di tataran regional, nasional, menceritakan pengalaman mereka diperlakukan sebagai unsur peserta saja dalam kegiatan-kegiatan ASEAN.
‘’Keikutsertaan unsur masyarakat sipil dianggap sebagai legitimasi bagi ASEAN, padahal pembahasan yang ada masih jauh dari menyelesaikan permasalahan sosial yang berkembang di kawasan. Aneka dokumen komitmen memang lahir tetapi belum diikuti dengan implementasi yang dampaknya dapat dirasakan masyarakat,” ungkap Direktur Eksekutif Synergy Policies Dinna Prapto Raharja yang menginisiasi pertemuan ini.
“Harus disadari bahwa ASEAN itu hakekatnya adalah people, bahkan itu tercantum dalam Deklarasi dan Piagam ASEAN. Jadi ASEAN yang selama ini bersifat state-centric perlu diimbangi oleh ASEAN yang people centric. Kalau di Sisingamangaraja ada state regionalism, hari ini kita merumuskan non-state regionalism, people-based regionalism,” tambah Marzuki Darusman, Senior Advisor Synergy Policies.
Dinna Prapto Raharja menambahkan telah memberi nama inisiatif tersebut sebagai ASEAN People Centrum. Filosofinya adalah pergerakan menuju perubahan. ‘’Kami menghubungkan kerja-kerja masyarakat sipil di Indonesia, yakni dari unsur think-tank, jurnalis, organisasi kepemudaan dan organisasi masyarakat sipil dari berbagai isu dan tingkatan keterlibatan, untuk kemudian diperluas jejaring kerjanya di tataran negara-negara lain di Asia Tenggara,” paparnya.
Hadir dalam Temu Nasional ini unsur masyarakat sipil yang menangani isu pekerja, pekerja migran, pengarusutamaan hak perempuan, anak dan disabilitas, penanganan perdagangan orang, antikorupsi dan demokrasi, lingkungan hidup, pendidikan, kesehatan reproduksi, pencegahan kekejaman dalam politik, dan advokasi orang muda.
Dari unsur jurnalis, hadir perwakilan dari enam media massa digital, TV maupun cetak. Beberapa di antaranya Faisal Basri dan Marzuki Darusman sebagai Senior Advisor Synergy Policies, Timboel Siregar (BPJS Watch), Rena Herdiyani (Kalyanamitra) dan Taufiq Hidayat (Yayasan Autisma Indonesia).
tulis komentar anda