Gus Yahya Ungkap Sedimentasi Sungai Penyebab Runtuhnya Peradaban
Kamis, 15 Juni 2023 - 16:31 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menghadiri acara sosialisasi ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference ASEAN IIDC 2023 di Hotel Shangri-la, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (15/6/2023). Dalam kesempatan itu, pria yang akrab disapa Gus Yahya in mengungkapkan bahwa sedimentasi sungai penyebab runtuhnya peradaban.
Dia mengatakan, sejarah mencatat bahwa Indonesia yang dulu bernama nusantara pernah memberikan sumbangsih sangat mengagumkan. Lewat nilai toleransi dan harmoni yang ditawarkan, sejumlah kerajaan bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama.
“Kerajaan Sriwijaya bisa bertahan hingga 7 abad lamanya dan mempersatukan seluruh nusantara dalam jaringan perdagangan dengan tetap menoleransi perbedaan politik,” kata Gus Yahya dalam acara yang dihadiri sejumlah kalangan, termasuk tokoh agama di Jawa Timur dan Indonesia Timur.
Gus Yahya menuturkan, Kerajaan Sriwijaya tercatat pernah mempersatukan nusantara di dalam satu jaringan perdagangan internasional dengan tetap mempertahankan format-format politik di pulau-pulau yang ada di nusantara ini. “Jadi inland politik dibiarkan independen tapi jaringan perdagangan internasionalnya yang dikonsolidasikan sehingga menjadi kekuatan ekonomi politik yang sangat signifikan pada waktu itu,” katanya.
Sriwijaya, kerajaan yang bersendi ajaran dan nilai folosofis Budha yang berada di Sumatera Selatan ini, bertahan selama kurang lebih tujuh abad, mulai abad ke-7 hingga 14 masehi. Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang mengandalkan kekuatan maritim yang hegemonik di nusantara.
Kedudukannya di tepian Sungai Musi Palembang ini, kata Gus Yahya, sangat strategis dan sangat menentukan. Karena Sungai Musi saat itu sangat luas dan dalam, sehingga bisa menjadi pusat deployment besar-besaran. “Letaknya di sungai itu membuat kerajaan ini tak mudah diserang musuh,” tuturnya.
Namun setelah berkuasa selama tujuh abad, kerajaan ini runtuh. Runtuhnya kerajaan dikarenakan pasukan maritimnya melemah sehingga gagal mempertahankan konsolidasi kawasan. Kenapa kekuatan maritimnya melemah?
Dia mengatakan, sejarah mencatat bahwa Indonesia yang dulu bernama nusantara pernah memberikan sumbangsih sangat mengagumkan. Lewat nilai toleransi dan harmoni yang ditawarkan, sejumlah kerajaan bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama.
“Kerajaan Sriwijaya bisa bertahan hingga 7 abad lamanya dan mempersatukan seluruh nusantara dalam jaringan perdagangan dengan tetap menoleransi perbedaan politik,” kata Gus Yahya dalam acara yang dihadiri sejumlah kalangan, termasuk tokoh agama di Jawa Timur dan Indonesia Timur.
Gus Yahya menuturkan, Kerajaan Sriwijaya tercatat pernah mempersatukan nusantara di dalam satu jaringan perdagangan internasional dengan tetap mempertahankan format-format politik di pulau-pulau yang ada di nusantara ini. “Jadi inland politik dibiarkan independen tapi jaringan perdagangan internasionalnya yang dikonsolidasikan sehingga menjadi kekuatan ekonomi politik yang sangat signifikan pada waktu itu,” katanya.
Sriwijaya, kerajaan yang bersendi ajaran dan nilai folosofis Budha yang berada di Sumatera Selatan ini, bertahan selama kurang lebih tujuh abad, mulai abad ke-7 hingga 14 masehi. Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang mengandalkan kekuatan maritim yang hegemonik di nusantara.
Kedudukannya di tepian Sungai Musi Palembang ini, kata Gus Yahya, sangat strategis dan sangat menentukan. Karena Sungai Musi saat itu sangat luas dan dalam, sehingga bisa menjadi pusat deployment besar-besaran. “Letaknya di sungai itu membuat kerajaan ini tak mudah diserang musuh,” tuturnya.
Namun setelah berkuasa selama tujuh abad, kerajaan ini runtuh. Runtuhnya kerajaan dikarenakan pasukan maritimnya melemah sehingga gagal mempertahankan konsolidasi kawasan. Kenapa kekuatan maritimnya melemah?
tulis komentar anda