Tepis Isu Monopoli Bisnis di Penjara, Ini Klarifikasi Yayasan Jeera
Kamis, 04 Mei 2023 - 09:09 WIB
JAKARTA - Jeera Foundation angkat bicara terkait isu yang beredar pascapengakuan aktor Tio Pakusadewo yang menyebut ada bisnis terselubung di dalam penjara. Dalam wawancara di Youtube Uya Kuya tersebut, Tio mengatakan, ada bisnis yang dikelola dan dimonopoli.
Founder Jeera Foundation, Yamitema Laoly menegaskan, tudingan itu tidak benar sama sekali. Dia merasa heran dengan tuduhan melakukan monopoli bisnis karena ada banyak yayasan dan organisasi yang bekerja sama dengan lapas.
”Jadi saya juga heran dengan tudingan monopoli bisnis di dalam lapas, dasarnya apa? Karena sepengetahuan saya ada beberapa lembaga yang bekerja sama dengan pihak lapas,” kata Founder Jeera Foundation Yamitema Laoly kepada wartawan, Rabu (3/5/2023). Lihat Video: Tepis Tudingan Tio Pakusadewo Soal Monopoli Bisnis di Lapas, Menkumham: Dia Pernah Lakukan Pelanggaran Berat
Pimpinan Yayasan Jeera, Raden Gusti mengatakan, pembentukan yayasan ini berawal dari semangat membina para narapidana supaya mereka itu bisa mengembangkan diri, skill, jati diri, dan kemampuan setelah mereka bebas. Saat itu Yamitema diundang salah organisasi kepemudaan yang bicara soal rencana melakukan pembinaan para napi.
”Nah beliau merasa tergerak dengan semangat karena napi pasti ingin hidup lebih baik setelah keluar nanti. Di sisi lain mereka tak punya skill sehingga kami bersepakat membentuk Yayasan Jeera,” ujar Raden.
Sejak dibentuk 2016 lalu, ada sekitar 500 warga binaan sudah mendapat pelatihan membuat tas kulit, barista kopi, seni musik, barber, seni lukis, hingga membuat roti. “Banyak dari mereka yang sudah berhasil, walau tentu tidak semua berhasil juga,” ujarnya.
Terkait tudingan yang beredar bahwa Yamitema terlibat dalam bisnis narkoba, Raden mengatakan tuduhan itu sangat keji. "Ini pembunuhan karakter dan fitnah keji,” tuturnya.
Raden menjelaskan dalam rangka pembinaan napi, Yayasan Jeera bekerjasama dengan banyak pihak. Meliputi lembaga pemerintah, lembaga internasional, lembaga pendidikan, dan juga perusahaan swasta. "Jeera itu pernah berkolaborasi dengan UNODC (PBB), Parson's School Of Design New York, Dewan Kesenian Jakarta, dan banyak lagi," ujarnya.
Sementara Karutan Cipinang, Ali Sukarno mengatakan, semua warga binaan yang memenuhi persyaratan diperbolehkan mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kepribadian dan kemandirian para warga binaan secara gratis. Terkait dengan isu monopoli bisnis Jeera Foundation, Ali mengatakan, yayasan itu merupakan pihak ketiga yang ditunjuk melalui MoU.
Banyak bidang kemandirian yang disponsori Jeera Foundation. Misalnya pelatihan barista, kerajinan kulit, barbershop, seni musik, seni lukis, seni peran, pembuatan tempe, hingga laundry.“Jeera Foundation telah banyak berkontribusi dalam mengembangkan keterampilan dan kemandirian warga binaan," kata Ali.
Lihat Juga: Targetkan Pembiayaan Sebesar Rp50 Miliar, Qazwa Gandeng eJahit untuk Perkuat Ekosistem Bisnis Fesyen Lokal
Founder Jeera Foundation, Yamitema Laoly menegaskan, tudingan itu tidak benar sama sekali. Dia merasa heran dengan tuduhan melakukan monopoli bisnis karena ada banyak yayasan dan organisasi yang bekerja sama dengan lapas.
”Jadi saya juga heran dengan tudingan monopoli bisnis di dalam lapas, dasarnya apa? Karena sepengetahuan saya ada beberapa lembaga yang bekerja sama dengan pihak lapas,” kata Founder Jeera Foundation Yamitema Laoly kepada wartawan, Rabu (3/5/2023). Lihat Video: Tepis Tudingan Tio Pakusadewo Soal Monopoli Bisnis di Lapas, Menkumham: Dia Pernah Lakukan Pelanggaran Berat
Pimpinan Yayasan Jeera, Raden Gusti mengatakan, pembentukan yayasan ini berawal dari semangat membina para narapidana supaya mereka itu bisa mengembangkan diri, skill, jati diri, dan kemampuan setelah mereka bebas. Saat itu Yamitema diundang salah organisasi kepemudaan yang bicara soal rencana melakukan pembinaan para napi.
”Nah beliau merasa tergerak dengan semangat karena napi pasti ingin hidup lebih baik setelah keluar nanti. Di sisi lain mereka tak punya skill sehingga kami bersepakat membentuk Yayasan Jeera,” ujar Raden.
Sejak dibentuk 2016 lalu, ada sekitar 500 warga binaan sudah mendapat pelatihan membuat tas kulit, barista kopi, seni musik, barber, seni lukis, hingga membuat roti. “Banyak dari mereka yang sudah berhasil, walau tentu tidak semua berhasil juga,” ujarnya.
Terkait tudingan yang beredar bahwa Yamitema terlibat dalam bisnis narkoba, Raden mengatakan tuduhan itu sangat keji. "Ini pembunuhan karakter dan fitnah keji,” tuturnya.
Raden menjelaskan dalam rangka pembinaan napi, Yayasan Jeera bekerjasama dengan banyak pihak. Meliputi lembaga pemerintah, lembaga internasional, lembaga pendidikan, dan juga perusahaan swasta. "Jeera itu pernah berkolaborasi dengan UNODC (PBB), Parson's School Of Design New York, Dewan Kesenian Jakarta, dan banyak lagi," ujarnya.
Sementara Karutan Cipinang, Ali Sukarno mengatakan, semua warga binaan yang memenuhi persyaratan diperbolehkan mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kepribadian dan kemandirian para warga binaan secara gratis. Terkait dengan isu monopoli bisnis Jeera Foundation, Ali mengatakan, yayasan itu merupakan pihak ketiga yang ditunjuk melalui MoU.
Baca Juga
Banyak bidang kemandirian yang disponsori Jeera Foundation. Misalnya pelatihan barista, kerajinan kulit, barbershop, seni musik, seni lukis, seni peran, pembuatan tempe, hingga laundry.“Jeera Foundation telah banyak berkontribusi dalam mengembangkan keterampilan dan kemandirian warga binaan," kata Ali.
Lihat Juga: Targetkan Pembiayaan Sebesar Rp50 Miliar, Qazwa Gandeng eJahit untuk Perkuat Ekosistem Bisnis Fesyen Lokal
(poe)
tulis komentar anda