Kisah Jenderal TB Simatupang Tidak Akur dengan Presiden Soekarno
Kamis, 04 Mei 2023 - 01:17 WIB
JAKARTA - TB Simatupang merupakan pahlawan nasional . Dirinya sempat menduduki pemimpin tertinggi di Angkatan Bersenjata Republik Indonesia setelah Jenderal Soedirman meninggal dunia.
Karier militer Tahi Bonar Simatupang dimulai ketika bergabung dengan Koninklijke Militaire Academie (KMA) Bandung pada tahun 1940.
TB Simatupang baru bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah Kemerdekaan Indonesia pada 1945.
Ketika masa perang kemerdekaan, Simatupang ikut bergerilya dengan mengisi posisi Kepala Organisasi Staf Umum Markas Besar Tentara oleh Kepala Staf TNI Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo.
Simatupang juga jadi satu-satunya perwira yang terlibat perundingan dengan Belanda sejak tahun 1946 sampai akhir 1949.
Selain kisah heroiknya dalam mempertahankan kesatuan Tanah Air, salah satu hal yang paling populer tentang TB Simatupang adalah ketidak akurannya dengan Presiden Soekarno.
Ketidakakuran ini bermula dari keputusan Soekarno untuk tetap bertahan di Yogyakarta ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 19 Desember 1948.
Padahal sebelumnya Presiden Pertama Indonesia itu sempat mengatakan akan ikut bergerilya. Untuk itu, Simatupang sempat menyiapkan satu batalyon yang siap mengawal Soekarno. Namun yang terjadi, Soekarno justru lebih memilih ditangkap Belanda.
Karier militer Tahi Bonar Simatupang dimulai ketika bergabung dengan Koninklijke Militaire Academie (KMA) Bandung pada tahun 1940.
TB Simatupang baru bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah Kemerdekaan Indonesia pada 1945.
Ketika masa perang kemerdekaan, Simatupang ikut bergerilya dengan mengisi posisi Kepala Organisasi Staf Umum Markas Besar Tentara oleh Kepala Staf TNI Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo.
Simatupang juga jadi satu-satunya perwira yang terlibat perundingan dengan Belanda sejak tahun 1946 sampai akhir 1949.
Selain kisah heroiknya dalam mempertahankan kesatuan Tanah Air, salah satu hal yang paling populer tentang TB Simatupang adalah ketidak akurannya dengan Presiden Soekarno.
Ketidakakuran ini bermula dari keputusan Soekarno untuk tetap bertahan di Yogyakarta ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 19 Desember 1948.
Padahal sebelumnya Presiden Pertama Indonesia itu sempat mengatakan akan ikut bergerilya. Untuk itu, Simatupang sempat menyiapkan satu batalyon yang siap mengawal Soekarno. Namun yang terjadi, Soekarno justru lebih memilih ditangkap Belanda.
tulis komentar anda